Tiga Reksadana Saham Ini Tahan Banting dan Beri Return Lebih Tinggi dari IHSG

Bareksa • 13 Mar 2019

an image
Ilustrasi investor pria tertawa bahagia senang happy gembira melihat layar komputer laptop yang menampilkan hasil investasi reksadana saham obligasi surat utang negara online sambil mengepalkan tangan menunjukkan kemenangan

Dua di antaranya merupakan racikan PT Manulife Asset Manajemen Indonesia

Bareksa.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 12 Maret 2019 hanya tumbuh 2,57 persen secara year to date (Ytd). Hal itu terjadi setelah IHSG turun dalam 3 hari secara beruntun mulai 8 Maret 2019 sampai 12 Maret 2019.

Posisi terakhir, IHSG berada pada level 6.353,77 dari posisi akhir tahun 2018 di level 6.194,49. IHSG sepanjang tahun ini pernah menyentuh level tertinggi 6.547,88 dengan level terendah 6.181,18.

Melihat pergerakkan IHSG tahun ini, tak ada salahnya jika kita membandingkannya dengan produk-produk reksadana yang berbasis saham. Terlebih, ada beberapa produk reksadana yang ternyata tahan banting bahkan bisa memberikan return lebih baik dari IHSG.

Dari daftar produk yang ada, setidaknya ada tiga besar produk reksadana saham yang dijual Bareksa dengan karakteristik dan keunggulan yang disebutkan tadi. Reksadana tersebut antara lain Avrist Equity – Cross Sectoral, Manulife Saham SMC Plus, dan Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS.

Untuk mengetahui bagaimana reksadana-reksadana itu bisa lebih baik dari IHSG, mari simak penjelasan berikut ini.

Kinerja Avrist Equity – Cross Sectoral, Manulife Saham SMC Plus, & Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (YtD 12 Maret 2019)

Sumber: Bareksa.com

Berikut ulasan ketiga reksadana tersebut :

1. Avrist Equity – Cross Sectoral

Reksadana racikan PT Avrist Asset Management yang lahir pada 15 Mei 2013 ini punya return tertinggi di antara daftar reksadana jualan Bareksa. Hingga 12 Maret 2019, Avrist Equity – Cross Sectoral memberikan return 18 persen secara Ytd.

Avrist Equity - Cross Sectoral bertujuan untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang dengan risiko yang sepadan melalui investasi pada saham dengan valuasi yang menarik dan memiliki potensi pertumbuhan yang kuat.

Reksadana dengan dana kelolaan Rp2,05 miliar ini pun punya beberapa kebijakan investasi. Pertama, 80 persen dan maksimum 98 persen pada efek bersifat ekuitas. Kedua, minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada efek bersifat utang, dan ketiga adalah minimum 2 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang atau deposito.

Performance Avrist Equity – Cross Sectoral

Sumber: Bareksa.com

Per Januari 2019, reksadana ini punya top 5 portofolio yang bisa kamu ketahui. Di antaranya adalah saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

2. Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS

Reksadana yang satu ini menempati posisi kedua reksadana berbasis saham yang tahan banting dan memberi return besar bagi para investornya. Hingga 12 Maret 2019, Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS punya return 10,55 persen.

Reksadana yang tergolong pendatang baru karena lahir pada 15 Februari 2016 ini sudah punya dana kelolaan sebesar US$372,71 juta. Reksadana yang biasa dikenal dengan nama MANSYAF bertujuan untuk memberikan pertumbuhan investasi jangka panjang dengan berinvestasi pada efek bersifat ekuitas yang sesuai dengan prinsip syariah, yang dijual melalui penawaran umum dan/atau diperdagangkan di Bursa Efek di wilayah Asia Pasifik.

Dalam perjalanannya, MANSYAF punya kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek fyariah bersifat ekuitas. Minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada efek syariah berpendapatan tetap dan/atau sukuk dan/atau instrumen pasar uang syariah.

Adapun top 5 portofolio investasi reksadana racikan PT Manulife Asset Manajemen Indonesia ini antara lain saham Alibaba Group Holding-SP ADR, BHP Group LTD, Samsung Electronics Co Ltd, Samsung Heavy Industries, dan Taiwan Semiconductor Manufac.

3. Manulife Saham SMC Plus

Tahun ini bisa jadi tahunnya bagi produk-produk reksadana Manulife. Kali ini, Manulife juga memberikan return positif bagi para investornya melalui produk Manulife Saham SMC Plus. Reksadana ini bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan investasi yang tinggi dalam jangka panjang dengan menginvestasikan sebagian besar dananya dalam efek bersifat ekuitas yang berkapitalisasi kecil dan menengah.

Return reksadana ini hingga 12 Maret 2019 mencapai 7,4 persen setelah dalam 5 tahun ke belakang memberikan return minus. Saat ini, reksadana yang lahir 27 Februari 2013 ini punya dana kelolaan lebih dari Rp109 miliar.

Untuk memberikan return maksimal bagi para investor, Manulife Saham SMC Plus punya kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek bersifat ekuitas serta 0 persen dan maksimum 20 persen pada efek bersifat utang.

Di antara portofolio yang ada, top 5 portofolio investasi Manuife Saham SMC Plus per Februari 2019 antara lain saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Untuk mempelajari lebih lanjut soal menabung di reksadana, baca ini : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.