Realisasi Damai Dagang AS-China Belum Jelas, Bagaimana Peluang IHSG?

Bareksa • 01 Mar 2019

an image
Sejumlah orang mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG turun dengan sejumlah saham berkapitalisasi besar melemah. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

IHSG kemarin ditutup melemah 1,26 persen berakhir di level 6.443

Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan hari terakhir di bulan Februari 2019, pasar saham Indonesia mengalami tekanan sangat hebat hingga harus turun lebih dai 1 persen pada perdagangan kemarin.

Kinerja bursa saham domestik senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang kompak ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,79 persen, Indeks Shanghai (China) melemah 0,44 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) terkoreksi 0,43 persen, Indeks Straits Times (Singapura) merosot 1,15 persen, dan Indeks Kospi (Korea) anjlok 1,76 persen.

Setelah optimisme pelaku pasar terkait prospek damai dagang Amerika Serikat (AS) dengan China sempat membuat gembira pelaku pasar menyusul perpanjangan periode gencatan senjata kedua negara, kini optimisme tersebut menjadi surut.

Pasalnya, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara seolah mengingatkan investor bahwa damai dagang AS - China sejatinya masih jauh dari realitas.

Berbicara di hadapan House Ways and Means Committee, Lighthizer menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS - China.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya," kata Lighthizer, seperti dilansir Reuters.

Apabila AS - China sampai batal mencapai kesepakatan damai dagang, lanjut Lighthizer, maka dirinya tidak akan segan untuk kembali menaikkan bea masuk. Sebab bea masuk adalah satu-satunya alat untuk menekan China agar melakukan reformasi struktural.

Sebagai informasi, reformasi struktural yang dimaksud oleh Lighthizer adalah mengenai pemaksaan transfer teknologi terhadap perusahaan asal AS yang menjalankan bisnisnya di China. Ada juga permasalahan manipulasi kurs untuk mendongkrak kinerja ekspor.

Kalau sampai perang dagang tereskalasi, dipastikan bahwa ekonomi AS dan China akan semakin tertekan. Belum tereskalasi saja, data ekonomi di kedua negara sudah menunjukkan sinyal perlambatan.

Di samping itu, pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berakhir tanpa kesepakatan apapun.

Sebelumnya Gedung Putih mengatakan bahwa kedua pimpinan negara akan menghadiri penandatangan perjanjian bersama pada sore hari ini waktu setempat. Namun kenyatannya, pertemuan Trump dan Kim malah diakhiri lebih cepat dan penandatangan perjanjian bersama dibatalkan.

Dari konferensi pers Trump, diketahui bahwa Korea Utara hanya bersedia untuk melakukan denuklirisasi di beberapa area yang dianggap tak begitu signifikan oleh AS. Sebagai gantinya, Korea Utara meminta seluruh sanksi yang telah dibebankan oleh AS untuk dicabut, sebuah hal yang tak bisa dipenuhi AS.

Kamis, 28 Februari 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,26 persen dengan berakhir di level 6.443,35. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin cukup ramai, di mana tercatat 14,74 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp10,87 triliun.

Secara sektoral, seluruhnya kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni aneka industri (-4,8 persen), manufaktur (-1,69 persen), dan pertambangan (-1,68 persen).

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham ASII (-5,9 persen)
2. Saham BBCA (-0,9 persen)
3. Saham BDMN (-0,6 persen)
4. Saham TLKM (-1,3 persen)
5. Saham CPIN (-3,9 persen)

Sebanyak124 saham menguat, 282 saham melemah, dan 126 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net buy) di seluruh pasar yang signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,29 triliun.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham ASII (Rp481,11 miliar)
2. Saham UNTR (Rp148,36 miliar)
3. Saham BBRI (Rp73,01 miliar)
4. Saham BMRI (Rp62,53 miliar)
5. Saham UNVR (Rp49,11 miliar)

Analisis Teknikal IHSG

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body cukup besar disertai adanya short lower shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pergerakan IHSG mengalami tekanan cukup hebat hingga hampir berakhir di level terendahnya.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah berada di zona merah sejak awal perdagangan dan terus turun semakin dalam sepanjang berjalannya sesi pertama perdagangan.

Kemudian pada sesi kedua perdagangan, pergerakan IHSG masih tidak banyak berubah dan konsisten berada di zona merah hingga akhirnya tidak berdaya.

Apabila diperhatikan, posisi IHSG terlihat menembus garis MA 20 yang menandakan adanya potensi pelemahan lanjutan.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau bergerak turun dan mulai mendekati area jenuh jual, mengindikasikan adanya momentum penurunan yang cukup kuat. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi mengalami tekanan meskipun potensi rebound cukup terbuka.

Namun di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang bisa kembali menekan IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones turun 0,27 persen, kemudian S&P 500 melemah 0,28 persen, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,29 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.