Pasca Dua Hari Tertekan, Mampukah IHSG Rebound?

Bareksa • 13 Feb 2019

an image
Ilustrasi pergerakan harga saham IHSG, reksadana, investasi, obligasi, surat utang

Pelemahan IHSG jauh bertolak belakang dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang berakhir di zona hijau

Bareksa.com - Setelah mengalami pelemahan di awal pekan ini, pasar saham Indonesia kembali mengalami tekanan lebih berat dengan tercatat turun lebih dalam pada perdagangan kemarin.

Kinerja bursa saham domestik jauh bertolak belakang dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang berakhir di zona hijau. Indeks Nikkei (Jepang) melonjak 2,61 persen, Indeks Shanghai (China) naik 0,68 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) bertambah 0,1 persen, dan Indeks Kospi (Korea) menguat 0,45 persen.

Sejatinya, sentimen positif memang mewarnai perdagangan kemarin. Pertama, adanya nada optimisme dari Amerika Serikat (AS) dan China terkait negosiasi dagang tingkat wakil menteri yang akan berlangsung hingga hari ini. Pada Senin (11/02/2019), Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya dan masyarakat dunia ingin melihat sebuah hasil yang baik.

"Kami, tentu saja, berharap, dan masyarakat dunia ingin melihat, sebuah hasil yang baik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah paparan di Beijing, seperti dilansir Reuters.

Dari AS, Kepala Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan pemerintah AS sangat berharap ada hasil yang positif dari perundingan ini.

"Para (pejabat) yunior sedang bekerja dan menyiapkan jalan bagi (pejabat) senior pada akhir pekan. Tentu saja semua disiapkan, soal hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, dan sebagainya. Gedung Putih sangat menantikan apa yang bisa didapat para senior itu," papar Hassett dalam wawancara dengan Fox Business Network, dilansir Reuters.

Kemudian, Penasihat Senior Gedung Putih Kellyanne Conway mengatakan sepertinya AS dan China akan segera mencapai kesepakatan dagang.

"Sepertinya begitu, tentu saja," ujarnya saat menjawab pertanyaan apakah kesepakatan dagang AS-China sudah semakin dekat.

Kedua, sentimen positif datang dari kemungkinan pemerintahan AS akan berhasil menghindari shutdown lanjutan. Pada Senin malam waktu setempat, empat orang negosiator dari Partai Demokrat dan Republik mengumumkan mereka telah mencapai dasar-dasar yang akan membuat pemerintahan AS tetap beroperasi selepas tanggal 15 Februari, seperti dilansir CNBC International.

Seorang sumber mengatakan kesepakatan tersebut memasukkan anggaran senilai US$1,4 miliar untuk pembangunan infrastruktur perbatasan AS-Meksiko.

Jika shutdown lanjutan bisa dihindari, maka tekanan terhadap perekonomian AS bisa diminimalisir.

Meski begitu, sentimen negatif bagi bursa saham Tanah Air datang dari bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sepanjang kuartal IV 2018, CAD diumumkan senilai US$9,1 miliar atau 3,57 persen dari PDB, naik dari capaian kuartal III 2018 yang sebesar 3,37 persen dari PDB.

Sebagai informasi, CAD pada kuartal IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal II 2014.

Selasa, 12 Februari 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot 1,06 persen dengan berakhir di level 6.426,32. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin cukup ramai, di mana tercatat 14,47 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp9,85 triliun.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, kecuali konsumer yang tercatat menguat 0,34 persen.

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami pelemahan terdalam yakni aneka industri (-3,41 persen), infrastruktur (-2,31 persen), dan pertanian (-2,23 persen).

Beberapa saham yang menekan IHSG kemarin :

1. Saham ASII (-4,4 persen)
2. Saham TLKM (-2,8persen)
3. Saham BMRI (-2,6 persen)
4. Saham BBCA (-0,6 persen)
5. Saham BYAN (-4,8 persen)

Sebanyak 118 saham menguat, 309 saham melemah, dan 114 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp566,23 miliar.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham ASII (Rp300,8 miliar)
2. Saham TLKM (Rp118,54 miliar)
3. Saham UNTR (Rp52,51 miliar)
4. Saham BMRI (Rp52,16 miliar)
5. Saham BNLI (Rp29,36 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body cukup besar disertai dengan short lower shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami tekanan yang berat dengan turun cukup dalam, meskipun akhirnya ada sedikit perlawanan yang memangkas penurunan IHSG.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah mengalami tekanan sejak awal pembukaan perdagangan dan cenderung semakin turun dalam seiring berjalannya waktu.

Memasuki sesi kedua perdagangan, pelemahan IHSG berhasil sedikit terpangkas meskipun masih turun cenderung dalam seperti saat sesi pertama perdagangan.

Penurunan IHSG kemarin terlihat telah menembus garis middle bollinger band, yang menandakan adanya potensi koreksi dalam jangka pendek.

Indikator relative strength index (RSI) juga terpantau masih bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum penurunan. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed namun dengan kecenderungan adanya rebound mengingat IHSG telah turun cukup dalam pada dua hari terakhir.

Selain itu, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa membantu IHSG untuk bangkit dan bergerak positif pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones melesat 1,49 persen, kemudian S&P 500 naik 1,29 persen, dan Nasdaq Composite melaju 1,46 persen.  

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.