IHSG Malah Tertekan Saat Pasar Optimistis Negosiasi Dagang AS-China, Kenapa?

Bareksa • 12 Feb 2019

an image
Pelajar melihat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Kemarin IHSG ditutup melemah 0,41 persen berakhir di level 6.495

Bareksa.com - Mengawali perdagangan pekan kedua di bulan Februari 2019, pasar saham Indonesia mengalami tekanan cukup berat hingga harus berakhir di zona merah.

Performa bursa saham domestik bertolak belakang di saat mayoritas bursa saham regional diperdagangkan di zona hijau. Indeks Shanghai (China) melesat 1,36 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) menguat 0,71 persen, Indeks Straits Times (Singapura) naik 0,13 persen, dan Indeks Kospi (Korea) bertambah 0,17 persen.

Optimisme terkait negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat pelaku pasar berani memburu saham-saham di kawasan Asia. Pada Selasa hingga Rabu, pertemuan tingkat wakil menteri digelar di Beijing, di mana Deputi Kepala Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish memimpin delegasi AS.

Sementara itu, dialog tingkat menteri dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis dan Jumat, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Sempat ada pesimisme yang mewarnai jalannya negosiasi ini. Namun, semua berubah menyusul pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.

"Kami, tentu saja, berharap, dan masyarakat dunia ingin melihat, sebuah hasil yang baik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah paparan di Beijing, seperti dikutip dari Reuters.

Kementerian Perdagangan China pada Sabtu pekan lalu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua negara akan melakukan diskusi lebih dalam mengenai beberapa isu bersama berdasarkan apa yang mereka bahas belum lama ini di Washington. Kementerian tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai topik pembicaraan pekan ini.

Sebagai informasi, pertemuan itu menjadi sangat penting mengingat periode gencatan senjata antar keduanya akan segera berakhir pada 1 Maret. Terlebih, Presiden AS Donald Trump sudah menegaskan dirinya tidak akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret.

Seperti yang diketahui, Gedung Putih belum lama ini menegaskan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25 persen (dari yang saat ini 10 persen), jika kesepakatan dagang tidak juga kunjung tercapai hingga periode gencatan senjata berakhir.

Sentimen negatif yang menekan bursa saham Tanah Air disebabkan oleh rilis data transaksi berjalan pada akhir pekan lalu. Jumat (8/2/2019) Bank Indonesia (BI) mengumumkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada triwulan IV 2018 mencapai US$9,1 miliar.

Angka tersebut setara dengan 3,57 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) year on year, atau merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir, atau sejak kuartal IV 2014. Saat itu, CAD 2,7 persen dari PDB.

Pada Senin, 11 Februari 2019 IHSG ditutup melemah 0,41 persen berakhir di level 6.495,002. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin relatif tidak terlalu ramai, di mana tercatat 14,39 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp7,82 triliun.

Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, kecuali perdagangan dan infrastruktur yang masing-masing menguat 1,1 persen dan 0,68 persen.

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami pelemahan terdalam yakni aneka industri (-1,65 persen), pertambangan (-1,53 persen), dan properti (-1,21 persen).

Beberapa saham yang menekan IHSG kemarin :

1. Saham UNVR (-1,9 persen)
2. Saham ASII (-1,8 persen)
3. Saham HMSP (-1,3 persen)
4. Saham CPIN (-3,3 persen)
5. Saham BBCA (-0,5 persen)

Sebanyak 172 saham menguat, 232 saham melemah, dan 128 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp132,9 miliar.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham ASII (Rp183,56 miliar)
2. Saham ICBP (Rp30,29 miliar)
3. Saham BBTN (Rp25,6 miliar)
4. Saham WSKT (Rp21,87 miliar)
5. Saham ISAT (Rp21,14 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle disertai dengan short upper shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami tekanan dan pergerakan negatif hingga hampir berakhir pada level terendahnya, meskipun sebenarnya sempat menguat tipis.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat cenderung bervariatif, di mana sepanjang sesi pertama perdagangan IHSG cenderung mampu bangkit setelah sempat masuk ke zona merah.

Namun saat memasuki sesi kedua perdagangan, pergerakana IHSG justru terlihat kembali mengalami tekanan yang semakin dalam hingga hanya berakhir tipis di atas level terendahnya.

Penurunan IHSG kemarin terlihat mulai menyentuh garis middle bollinger band, yang apabila tertembus ada potensi IHSG mengalami koreksi lanjutan.

Indikator relative strength index (RSI) juga terpantau bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum penurunan dalam jangka pendek. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah.

Namun di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup bervariatif dengan kecenderungan menguat terbatas pada perdagangan kemarin diperkirakan belum bisa banyak membantu untuk membawa IHSG keluar dari zona merah pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones terkoreksi 0,21 persen, S&P 500 naik tipis 0,07 persen, dan Nasdaq Composite bertambah 0,13 persen.  

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.