12 Saham Ini Masuk dan Keluar dari Daftar FTSE, Bagaimana Kinerjanya?

Bareksa • 28 Aug 2018

an image
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/7). ANTARA FOTO/Reno Esnir

Saham INKP masuk ke daftar saham-saham besar (large cap) di FTSE

Bareksa.com - Penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel, kembali melakukan prombakan daftar saham Global Equity Index yang rencananya akan efektif pada 24 September.

Beberapa saham domestik mengalami perubahan di indeks tersebut. Misalnya, saham INKP masuk ke daftar saham-saham besar (large cap) di FTSE. Sedangkan saham INDF, KLBF, INTP keluar dari grup large cap masuk ke indeks berkapitalisasi menengah atau mid cap.

Saham-saham Indonesia yang masuk dan keluar dari daftar FTSE

Selain itu, ada saham TKIM, TOPS, TRAM masuk ke daftar saham-saham kecil atau small cap. Sedangkan saham JPFA, WTON, MPPA, LPCK, dan INKP keluar dari daftar small cap.

Saham-saham yang baru masuk ke dalam daftar tersebut biasanya akan menjadi buruan investor terutama disebabkan akan lebih banyak arus kas asing yang masuk ke saham-saham ini. Sehingga terjadi kenaikan harga signifikan di pekan pertama, sebelum akhirnya berpotensi dilanda aksi ambil untung (profit taking).

Sementara untuk saham-saham yang keluar dari daftar biasanya akan mengalami koreksi dalam, namun akhirnya kembali naik normal.

Ternyata pameo tersebut benar terjadi pada perdagangan Senin 27 Agustus 2018, beberapa saham yang masuk ke dalam daftar kompak mencatatkan kenaikan cukup signifikan, sementara beberapa saham yang keluar terpantau membukukan pemelahan cukup dalam.

Pergerakan saham-saham yang masuk atau keluar dari daftar FTSE Global Equity Index :


Sumber: RTI, diolah Bareksa

Kinerja Emiten

TKIM

Sekedar informasi, penjualan TKIM naik tipis 4,38 persen year on year (yoy) dari US$525,27 juta menjadi US$ 548,28 juta pada paruh pertama tahun ini. Laba bersih yang dikantongi juga meroket drastis dari US$4,22 juta menjadi US$147,6 juta, atau naik 3,397 persen yoy.

INKP

INKP membukukan pendapatan US$1,66 miliar, naik 14,08 persen yoy dari US$1,45 miliar. Adapun, laba bersihnya melonjak 99,04 persen yoy dari US$171,07 juta menjadi US$340,5 juta.

INKP

INDF mencatatkan penjualan naik terbatas menjadi Rp36 triliun. Penjualan hanya naik 1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp35,65 triliun. Laba usaha tumbuh 2,1 persen menjadi Rp4,54 triliun. Sedangkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas intuk turun 12,7 persen menjadi Rp1,96 triliun.

KLBF

KLBF membukukan pertumbuhan penjualan 3,12 persen secara tahunan. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp10,06 triliun pada semester I 2017 menjadi Rp10,38 trililiun pada semester I 2018.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tipis 0,03 persen secara tahunan. Pencapaian Rp1,215 triliun pada semester I 2018 turun dari periode yang sama tahun lalu Rp1,216 triliun.

INTP

Pendapatan INTP turun tipis 0,91 persen year on year (yoy) jadi Rp6,48 triliun. Sementara beban pokoknya naik 11 persen yoy menjadi Rp4,78 triliun. Alhasil, laba bersih Indocement anjlok 60 persen yoy menjadi Rp 355,11 miliar.

MPPA

MPPA membukukan penjualan bersih senilai Rp 5,87 triliun paruh pertama tahun ini, atau turun 12,5 persen dari posisi Rp 6,71 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba kotor menjadi Rp691,23 miliar, turun 30,8 persen dari Rp1 triliun pada semester I 2017.

JPFA

JPFA mencatat revenue naik 18,2 persen jadi Rp16,7 triliun. Laba bersih juga naik drastis 146,23 persen ke Rp1,11 triliun.

Penjualan utamanya berasal dari peternakan dan produk konsumen yang menyumbangkan 42,63 persen total keuntungan atau setara Rp7,12 triliun. Posisi kedua adalah pakan ternak dengan nilai Rp5,87 triliun dan diikuti oleh penjualan DOC senilai Rp1,44 triliun.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut