Awal 2016 Pasar Saham Global Berdarah, Tapi 8 Aset Ini Masih Positif

Bareksa • 08 Jan 2016

an image
Tamu undangan mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1). Presiden meminta pelaku usaha optimis menghadapi perekonomian 2016. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Saat ini, aset yang mencatat kerugian jumlahnya lebih dari lima berbanding satu terhadap aset yang masih untung

Bareksa.com - Awal 2016 ini diwarnai dengan kinerja investasi yang mayoritas berada di zona merah. Setelah empat hari perdagangan pada awal tahun, harga minyak menyentuh level terendah 11 tahun, bursa China sudah terkena penghentian otomatis dua kali akibat anjlok cukup dalam, dan semua aset investasi di dunia mengalami tren menurun.

Pasar saham global telah kehilangan triliunan dolar. Indeks S&P Global Market yang memantau indeks saham secara global tercatat telah kehilangan market value senilai US$2,23 triliiun atau sekitar Rp 31.220 triliun (dengan kurs Rp14.000 per dolar).

Seberapa buruk kondisi di awal tahun ini? Bank of America Merril Lynch melihat kondisi ini sudah sangat parah. Akan tetapi, ternyata masih ada aset investasi yang membukukan kinerja positif. Aset investasi manakah itu?

Riset Merril Lynch yang dikutip oleh Business Insider membuat kompilasi aset dalam sebuah tabel. Dari tabel tersebut terlihat aset mana saja yang membukukan keuntungan dan kerugian. Saat ini, aset yang mencatat kerugian jumlahnya lebih dari lima berbanding satu terhadap aset yang masih untung.

Dari 58 pasar saham dan obligasi yang dipantau oleh Merril Lynch, sepanjang awal 2016 ini hanya delapan aset yang berada di teritori positif. Dari jumlah aset yang masih positif itu, hanya dua yang mencatat peningkatan lebih dari 0,2 persen.

Dua aset yang memimpin kinerja positif itu adalah obligasi pemerintah Jepang dan surat utang korporasi Jepang yang naik sedikitnya 1 persen. (lihat tabel)

Tabel: Kinerja Aset Investasi dalam Periode Sepekan, Sebulan, Tiga Bulan dan Setahun

 

Sumber: Bank of America Merril Lynch

Tak mengherankan heran bila saham yang mengalami kejatuhan terdalam. Akan tetapi, kinerja terburuk bukan dialami oleh China, melainkan Eropa dengan ekonomi Yunani yang belum pulih. Saham-saham Yunani anjlok 5,6 persen hanya dalam empat hari.