Fed Rate Hampir Dipastikan Naik Bulan Ini. Investor Asing Sudah Antisipasi?

Bareksa • 14 Dec 2015

an image
U.S. Federal Reserve Chair Janet Yellen takes her seat to testify before the House of Representatives Financial Services Committee on Capitol Hill in Washington. (REUTERS/Kevin Lamarque)

99 persen responden dalam survey yang dilakukan Bloomberg yakin suku bunga naik Desember 2015

Bareksa.com - Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) hampir dipastikan akan meningkatkan suku bunga acuan pada Desember ini. Survey Bloomberg kepada sejumlah ekonom menunjukkan 99 persen responden memperkirakan bahwa The Fed akan menaikan suku bunga pada pertemuan 16 Desember mendatang. Survey yang dilakukan Bloomberg pada  8-10 Desember 2015 itu menyertakan 73 responden, termasuk sejumlah ekonom dari lembaga keuangan global seperti Deutsche Bank, Moody's, dan JP Morgan.

Hal ini tentunya akan memberi impak bagi pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Kekhawatiran terbesar adalah ditariknya investasi asing dari negara berkembang kembali ke negara asalnya, yakni Amerika Serikat (AS).  

Namun jika mengacu pada data, kekhawatiran tersebut seharusnya sudah memudar lantaran antisipasi telah dilakukan oleh investor asing jauh-jauh hari sebelum kebijakan ekonomi ketat AS dilakukan. Pada kenyataannya, dana asing sudah keluar dari pasar modal Indonesia bahkan sejak awal 2015 ini.  

Grafik: Survey Peningkatan Suku Bunga AS oleh Bloomberg


sumber: Bloomberg.com

Data Bareksa menunjukan bahwa dana investor asing di pasar saham yang keluar sejak awal tahun ini mencapai Rp29,16 triliun. Arus keluar sudah terjadi sejak Maret karena meredupnya prospek negara berkembang, dan dipertegas oleh pemangkasan target pertumbuhan ekonomi China menjadi 7 persen dari sebelumnya 7,4 persen.  

Grafik: Kepemilikan Asing di Pasar Saham (dalam triliun rupiah)


sumber: Bareksa

Menjelang akhir tahun, investor asing sempat kembali ke pasar saham Indonesia. Pada akhir September sampai akhir Oktober, tercatat dana asing yang masuk lebih dari Rp4 triliun didukung dari aksi korporasi beberapa emiten yang melaksanakan penerbitan saham baru tanpa HMETD (rights issue) seperti yang dilakukan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). (Baca juga: Komitmen Asing $1,4 Miliar Ke Saham Sampoerna Dorong Penguatan Rupiah)

Tak hanya di bursa saham, pada periode yang sama, rupiah juga menguat 6,8 persen. Selain karena adanya arus masuk dana asing ke beberapa korporasi, penguatan rupiah masih didukung dengan intervensi Bank Indonesia (BI) serta pencairan pinjaman dolar yang diperoleh 3 Bank BUMN dari China sebesar $3 miliar.

Grafik: Pergerakan Rupiah


sumber: Bareksa

Namun seiring dengan santernya isu kenaikan fed fund rate (FFR) pada Desember, investor asing terpantau kembali melakukan antisipasi. Sejak 27 Oktober - 11 Desember tercatat arus keluar dana asing sudah mencapai Rp6,91 triliun. Rupiah juga ikut melemah 3 persen ke level Rp13.937 per dolar AS dari sebelumnya pada Rp13.466 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dalam laporan risetnya mengatakan masih adanya sejumlah kekhawatiran menyusul peningkatan Fed Rate. "Walaupun kenaikan FFR target sudah diharapkan, ketidakpastian masih menyelimuti pasar global mengenai tingkat kecepatan kenaikan (FFR) yang jika agresif bisa memberi efek negative shock yang lebih hebat," ujarnya.

Menurut Rangga, pergerakan aset global diperkirakan masih fluktuatif pada minggu ini tetapi masih dengan tema utama, yakni penguatan nilai tukar dollar.