Update Inflasi Juni; Reaksi Pasar Saham & Obligasi

Bareksa • 01 Jul 2014

an image
A trader looks at his screen while working on the floor of the New York Stock Exchange. - (REUTERS/Brendan McDermid )

Reaksi pasar keuangan positif namun tidak bergerak signifikan

Bareksa.com - IHSG sempat turun 0,31 persen dari penutupan kemarin (31/6) ke level 4.863,02 pada jam 10.30 wib, siang ini setelah adanya pengumuman inflasi dan neraca perdagangan IHSG kembali naik ke level 4.874 pada jam 14.26 wib.

Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun pada jam 14.30 wib juga turun ke level 8,19 persen, menunjukan adanya peningkatan harga obligasi. Pada penutupan 27 Juni 2014 lalu, yield obligasi tersebut sempat menyentuh level 8,29 persen.

Sementara pergerakan nilai tukar rupiah masih stabil berkisar di level Rp11.900 per dolar.

Inflasi bulan Juni 2014 sebesar 0,43 persen lebih tinggi dari perkiraan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjino yakni sebesar 0,37 persen.

Sementara itu surplus neraca perdagangan Mei 2014 sebesar USD70 juta, lebih tinggi dari perkiraan Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara yang sebelumnya memperkirakan surplus hanya sebesar USD15,3 juta.

Inflasi bulan Juni ini dipengaruhi adanya Ramadhan dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), menurut Aldian Taloputra, analis PT Mandiri Sekuritas.

kenaikan inflasi bulan Juni akan terjadi karena adanya push demand dari keberlangsungan pemilu, menurut I Kadek Dian Artha, ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Surplus pada neraca perdagangan memberikan sentimen positif namun belum cukup kuat untuk membuat rupiah terapresiasi. Selain itu, pasar juga lebih menunggu hasil pemilu yang akan diselenggarakan 9 Juli nanti, menurut Aldian

"Kita punya siklus, kuartal I biasanya trade balance surplus, kuartal II defisit karena mendekati puasa, kuartal III dan IV pelan-pelan akan kembali normal. Kuartal II biasanya defisit karena project pemerintah baru jalan sehingga membutuhkan belanja modal yang besar, impor meningkat" ungkap Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital. (NP)