Berita Hari Ini : Sri Mulyani Tambah Porsi SBN Ritel, Harga Emas Cetak Rekor

Bareksa • 12 Jun 2019

an image
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama mitra distribusi resmi meluncurkan Sukuk Tabungan ST002 di Jakarta, 1 November 2018 (Bareksa/Issa A)

Holding BUMN infrastruktur akan terealisasi, OJK bantah pemborosan, PNM rilis obligasi Rp2 triliun

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 12 Juni 2019 :

SBN Ritel

Pemerintah bakal menambah porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dari dalam negeri pada tahun depan. Tambahan utang dari masyarakat ini untuk menutup defisit anggaran 2020. Pemerintah merencanakan defisit Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2020 kisaran 1,6 persen-1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk tambahan utang dari dalam negeri ini, pemerintah ingin memperbanyak surat utang ritel agar bisa menjangkau masyarakat lebih luas. Maklum pemerintah ingin memperluas basis investor ritel sehingga harga surat utang pemerintah tidak mudah goyah saat terjadi guncangan di pasar keuangan global.

"Serta untuk meminimalkan volatilitas global dan menjaga stabilitas. Sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia sendiri yang membiayai pembangunan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Agar masyarakat berminat membeli, pemerintah akan menawarkan imbal hasil yang menarik di masa depan. Hanya saja pemerintah belum memberikan indikator imbal hasil yang menarik tersebut. Pertimbangan lain untuk memperbanyak utang dari dalam negeri, atau mengurangi surat utang berbasis valuta asing, karena pemerintah melihat masih banyak risiko yang belum terprediksi di pasar global pada tahun depan.

Dengan memperbanyak surat utang di dalam negeri, dengan sendirinya porsi utang valas Indonesia berkurang. Sebagai gambaran dalam catatan kementerian keuangan tren utang valas sejak 2018 yang berada di kisaran 40,97 persen dari total utang.

Harga Emas

Selepas libur panjang, harga emas batangan keluaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) semakin kinclong. Buktinya, emas batangan yang dijual di Logammulia, anak usaha Antam, berhasil mencetak rekor tertingginya di awal pekan ini.

Seperti dikutip Kontan, harga emas batangan Antam menyentuh Rp681.000 per gram. Ini jadi rekor tertinggi emas jualan Antam sepanjang masa. Namun, hal tersebut tak bertahan lama. Kemarin, harganya turun Rp8.000 menjadi Rp673.000 per gram. Sementara harga pembelian kembali (buyback) emas Antam sempat menyentuh level Rp600.000 per gram pada Senin lalu.

Analis Central Asia Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, walau kembali koresi, namun tren emas Antam masih menunjukan penguatan. Artinya, pelemahan kali hanya secara teknikal saja. Pergerakan rupiah yang stabil juga membawa keuntungan sendiri bagi emas Antam. Tetapi, pelaku pasar perlu mewaspadai harga emas global sedang dalam tren melemah. Hal ini bisa menekan harga emas Antam.

Holding BUMN Infrastruktur

Pemerintah segera merealisasikan pembentukan holding BUMN infrastruktur. Saat ini, prosesnya masih menunggu penerbitan Peraturan Pemerintah (PP). Kementerian BUMN menunjuk PT Hutama Karya (HK) sebagai induk holding BUMN infrastruktur.

Adapun anggotanya meliputi PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Yodya Karya dan PT Indra Karya. Dengan membentuk holding, pemerintah ingin memperkuat kemampuan pembiayaan BUMN infrastruktur untuk mendukung proyek strategis.

Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya, Muhammad Fauzan, menyebutkan saat ini holding BUMN infrastruktur masih dalam proses kajian. "Namun, persiapan internal baik di Hutama Karya maupun Kementerian BUMN sudah siap," ujar dia, kemarin.

Namun Hutama Karya masih enggan buka-bukaan soal rencana detail pembentukan holding BUMN infrastruktur. Menurut Fauzan, saat ini proses holding sedang menunggu pengesahan Rancangan PP di tingkat menteri dan presiden.

OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggunakan prognosa yang progresif pada anggaran tahun 2019. Hal ini mereka lakukan untuk mengatasi hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada keuangan OJK.

Maklum sebelumnya BPK mengungkapkan temuan yang memuat sembilan masalah dalam perencanaan dan penggunaan penerimaan pungutan OJK. "Kami menggunakan prognosis yang lebih progresif," ujar Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Anto Prabowo seperti dikutip Kontan.

Pengelolaan keuangan OJK memang berbeda dengan lembaga negara lain. OJK menggunakan penerimaan pungutan dari lembaga keuangan yang diawasi sebagai sumber anggaran. Pungutan ini hanya bisa digunakan pada anggaran OJK tahun berjalan.

Bila pada tahun berjalan realisasi penerimaan pungutan melebihi perkiraan, maka kelebihan tersebut tidak bisa dipakai oleh OJK, melainkan dikembalikan kepada kas negara. Sebab berdasarkan Undang Undang (UU) No 21/2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan tak memungkinkan perubahan anggaran OJK. Tak seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bisa diubah di tengah jalan.

PNM

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) kian gencar mencari sumber pendanaan baru. Akhir Mei lalu PNM telah menerbitkan obligasi bernilai Rp2 triliun. Obligasi ini terbagi dalam dua seri. Pertama, Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri A senilai Rp1,4 triliun. Kedua, Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri B sebesar Rp599 miliar.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menjelaskan sebanyak 10 persen dana dari penerbitan surat utang itu akan mengalir untuk modal kerja perusahaan. Khususnya produk kredit super mikro pada program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) sekaligus UMK pada program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM).

“Penawaran sudah penuh sebesar Rp2 triliun dan permintaan ini sudah sesuai dengan yang ditawarkan,” kata Arief seperti dikutip Kontan.

PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS)

Perseroan telah merealisasikan pembukaan 10.000 outlet baru dalam tiga bulan pertama 2019. Realisasi tersebut menyebabkan kewajiban ekspansi outlet mereka dalam sembilan bulan berikutnya menjadi lebih ringan.

Sepanjang tahun ini Kioson menetapkan target kepemilikan outlet sebanyak 70.000. Mengacu pada catatan 58.050 outlet tahun lalu, artinya tahun 2019 mereka harus membuka 11.950 outlet anyar. Hingga kuartal pertama, sudah terealisasi 83,68 persen dari seluruh target. Dalam membuka outlet,

Kioson menggandeng mitra bisnis ritel. Mitra bisnis hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp500.000. Investasi tersebut sudah termasuk biaya edukasi dan fasilitas pendukung seperti printer bukti pembayaran. Alhasil, hitungan kasar biaya investasi penambahan outlet tahun ini kurang lebih Rp5,98 miliar.

Namun pekerjaan rumah Kioson tahun ini bukan hanya menggandakan outlet. Perusahaan tersebut juga berniat menambah produk dan layanan, menggelar inovasi baru, memperluas kerjasama dengan pihak ketiga dan meningkatkan teknologi.

(AM)