Berita Hari Ini: Asing di SBN Tembus Rp1.000 T, E-Commerce Masuk PDB

Bareksa • 11 Jul 2019

an image
Ilustrasi tumpukan uang asing dolar AS, euro dalam bentuk kertas dan koin.

Bank Indonesia jaga Indeks Harga Konsumen di level 3,5 persen; KAEF rili MTN Rp1 triliun; Multifinance turunkan bunga

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 11 Juli 2019.

SBN

Dana asing, termasuk yang berjangka pendek (hot money), terus merangsek pasar Indonesia. Data terbaru, per Senin (8/7/2019), nilai kepemilikan asing di pasar surat berharga negara (SBN) menembus rekor baru sepanjang sejarah: Rp1.001 triliun. Asing tampak agresif memborong obligasi negara. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mencatat, investor asing mencetak aksi beli Rp12,25 triliun di enam hari pertama bulan Juli 2019.

Seperti dikutip Kontan, Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, masifnya aliran modal asing yang masuk ke pasar SBN mendorong yield surat utang negara (SUN) bergerak turun. Hal ini juga menguntungkan kurs rupiah terhadap dollar AS. Kini, porsi asing telah mencapai sekitar 39,29 persen dari total nilai outstanding SBN yang diperdagangkan. "Porsi investor asing di pasar obligasi Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara," ujar Desmon.

E-Commerce

Nilai transaksi perdagangan elektronik alias e-commerce semakin besar. Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi e-commerce sepanjang 2018 lalu mencapai Rp146 triliun atau naik 80,6 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya Rp80,8 triliun. Nilai transaksi e-commerce ini sejatinya dapat diperhitungkan perannya dalam produk domestik bruto (PDB) nasional. Namun, pemerintah dalam hal ini Badan Pusat Statistik (BPS) belum kunjung rampung mengkonsolidasi data transaksi e-commerce ini secara menyeluruh.

“Untuk data e-commerce ini memang kita belum ya, masih belum solid banget dan perlu banyak sekali koordinasi,” ujar Kepala BPS Suhariyanto seperdi dikutip Kontan. Suhariyanto menjelaskan, produk yang diperdagangkan dalam transaksi e-commerce sejatinya sudah tercakup dalam perhitungan PDB secara periodik. Hanya saja, perhitungan belum dilakukan secara khusus dan terpisah untuk sistem perdagangan elektronik.

Bank Indonesia

Pemerintah dan Bank Indonesia menyepakati langkah strategis untuk menjaga agar inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap terkendali dan berada dalam kisaran sasaran 3,5±1 persen pada tahun 2019. Inflasi IHK sampai Juni 2019 terkendali pada level 3,28 persen (yoy) ditopang tetap terjaganya inflasi pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir.

Pencapaian ini tidak terlepas dari sinergi kebijakan moneter dan fiskal dalam mengelola kondisi makroekonomi yang sehat serta kebijakan struktural, termasuk pembangunan infrastruktur di berbagai daerah yang memperbaiki konektivitas dan kelancaran distribusi barang dan jasa. Ke depan, Bank Indonesia dan Pemerintah di tingkat pusat dan daerah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan melalui berbagai langkah strategis guna terus membawa inflasi dalam tren menurun dalam kisaran 3,0±1 persen pada 2020 dan 2021, sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkesinambungan, seimbang, dan inklusif. ??

PT Kimia Farma Tbk (KAEF)

Perseroan akan kembali menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN). Ini merupakan kelanjutan dari MTN senilai Rp500 miliar yang baru saja diterbitkan. Direktur Keuangan KAEF Suharta Wijaya mengatakan, MTN lanjutan tersebut memiliki nilai emisi Rp1 triliun. Adapun tujuan penerbitan MTN adalah untuk menutup sebagian kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex).

Seperti diketahui, KAEF menganggarkan capex sebesar Rp4,2 triliun tahun ini. Dari jumlah tersebut, rencananya sebesar Rp2 triliun bakal dipenuhi dari penerbitan MTN. Dana dari penerbitan MTN senilai Rp500 miliar sebelum ini juga dialokasikan untuk capex dan operational expenditure (opex), dengan porsi masing-masing 50 persen. "Dengan demikian, untuk memenuhi target capex sebesar Rp2 triliun, kami akan kembali menerbitkan MTN pada kuartal ketiga atau keempat tahun ini," ujar Suharta seperti dikutip Kontan.

Multifinance

Perusahaan pembiayaan bakal melakukan penyesuaian biaya kredit jika terdapat penurunan suku bunga. Hal itu disampaikan oleh Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo. “Ya kami akan mengikuti dari perbankan. Kalau cost of fund dari perbankan di turunkan, maka MTF akan juga sesuaikan,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Saat ini, rata-rata bunga MTF sebesar 5 persen berlaku flat untuk uang muka sebesar 25 persen. Dia berharap, dengan adanya penurunan suku bunga, permintaan pembiayaan dapat bergerak naik. Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk., (Adira Finance) I Made Dewa Susila berharap dengan potensi penurunan suku bunga dapat meningkatkan minat dan daya beli masyarakat untuk melakukan pembiayaan.

PT Bank HSCB Indonesia (HSBC)

HSBC menghadirkan layanan baru, dengan menjual Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat dibeli secara elekronik (e-SBN). Head of Direct Channel dan e-Banking HSBC Indonesia Willy Budiman mengatakan, hadirnya layanan tersebut menunjukkan komitmen perseroan dalam mengembangkan dan menawarkan kapabilitas perbankan digial sebagai salah satu penyediaan layanan wealth management.

"Visi kami adalah untuk memberi akses always-on terhadap seluruh produk dan layanan finansial secara digital sehingga dapat memudahkan dan membantu nasabah," katanya. Willy menilai semakin berkembangnya teknologi memberikan peluang bagi perseroan untuk menjawab kebutuhan keuangan digital, khususnya terkait dengan investasi yang belum marak disentuh. "Karena aspek pengelolaan keuangan tidak semata mencakup pembayaran dan pembelanjaan, tetapi juga perencanaan dan pengelolaan investasi," jelasnya.