Berita Hari Ini : Yield SUN 10 Tahun Jadi 8,06 Persen, Fintech Emas Berkembang

Bareksa • 23 May 2019

an image
Penjaga toko menunjukan emas batangan Antam di salah satu toko emas di Bandung Jawa Barat, Kamis (15/3). PT Aneka Tambang (Antam) mengalami lonjakan laba bersih sebesar 110,61 persen atau sebesar Rp136 miliar sepanjang tahun 2017, daripada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp64,81 miliar. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

Industri asuransi harus manfaatkan penurunan IHSG, Pefindo raih mandat obligasi Rp52,675 T, SMGR bagi dividen Rp1,23 T

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 23 Mei 2019 :

Yield SUN

Pasar obligasi Indonesia tengah berada dalam ancaman. Belum usai sentimen negatif dari global, pasar obligasi kali ini tertekan oleh situasi politik dalam negeri yang memanas.

Seperti dikutip Kontan, Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan suhu politik Indonesia tengah meningkat pasca pengumuman hasil Pilpres. Hal ini berdampak negatif bagi pasar obligasi domestik, walaupun sentimen ini diyakini bersifat temporer.

Sentimen negatif tersebut mendorong kenaikan yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun ke level 8,06 persen. Artinya, sudah empat hari, yield SUN 10 tahun bertengger di area 8 persen.

Beruntung, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) masih menguat tipis 0,03 persen ke level 248,07. Namun, tetap saja, dalam sepekan terakhir indeks obligasi Indonesia tersebut terkoreksi 0,29 persen.

Fintech Emas

Bisnis emas dari perusahaan financial technology (fintech) ternyata semakin moncer. Bisnis fintech emas ini terus berkembang. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) mencatat, ada empat fintech jual beli emas yang menjadi anggotanya.

Mereka adalah Laku emas, E-Mas, Treasury dan Indogold. Misalnya Indogold, hingga Mei 2019, Indogold mencatat penggunanya sudah 1 juta lebih.

Seperti dikutip Kontan, Direktur Pemasaran Indogold Fredy Setiawan mengatakan jumlah pengguna Indogold memang terus tumbuh setiap tahun, yakni 10-20 persen. Begitu pula dengan nilai transaksinya. Apalagi mendekati lebaran ini, Fredy mengakui mengalami pertumbuhan dalam penjualan emas.

Sayang, ia tak menyebut nilai transaksi perusahaan ini. “Harga kami disesuaikan dengan harga Antam maupun aplikasi lain,” kata Fredy.

Industri Asuransi

Tren pelemahan indeks harga saham gabungan pada bulan ini dinilai menjadi momentum bagi asuransi jiwa untuk meningkatkan alokasi investasi di instrumen saham. Kendati sempat rebound pada awal pekan ini, IHSG pada akhir perdagangan pekan lalu terkoreksi 1,17 persen ke level 5.826. Level tersebut merupakan terendah sejak November 2018. Secara year-to-date, IHSG melemah 5,93 persen.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengakui para pelaku industri seharusnya memanfaatkan momentum pelemahan IHSG, khususnya pada pekan lalu. Menurutnya, sejumlah harga saham mengalami penurunan yang signifikan sehingga laik untuk dikoleksi untuk jangka panjang.

“Seharusnya pada pekan lalu belanja [saham], karena harga murah,” ujarnya dikutip Bisnis Indonesia.

Togar menilai langkah tersebut bisa memberikan peluang besar kepada asuransi jiwa untuk menikmati imbal hasil investasi dalam jangka panjang. Sebab pihaknya meyakini IHSG dapat berangsur-angsur meningkat kembali pascapengumuman Pemilu.

Pefindo

PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mencatat sebanyak 47 emiten mengajukan mandat pemeringkatan untuk penerbitan obligasi dengan total nilai emisi Rp52,675 triliun. Seperti dikutip Binis Indonesia, berdasarkan data yang dirilis Pefindo per 13 Mei 2019, mandat pemeringkatan emisi surat utang tersebut mencakup beragam jenis surat utang.

Mandat terbesar datang dari PUB baru Rp20,75 triliun, disusul rencana realisasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi Rp14,33 triliun. Selebihnya Rp6,095 triliun di antaranya merupakan mandat emisi medium term notes (MTN), emisi obligasi Rp3,53 triliun, dan sukuk Rp7,92 triliun.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

Perseroan menebar dividen atas laba bersih buku tahun 2018 senilai Rp1,23 triliun. Direktur Keuangan Semen Indonesia Doddy Sulasmono menjelaskan bahwa dividen tersebut merupakan 40 persen atas laba bersih perseroan pada 2018 senilai Rp3,08 triliun.

“Dividen tersebut Rp207,64 per saham, sesuai peraturan akan dibagikan satu bulan setelah keputusan,” ujarnya.

Dengan demikian, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggenggam 51 persen atau 3,02 miliar saham Semen Indonesia akan menerima dividen senilai Rp628,19 miliar.

Sisa dari saham tersebut dimiliki oleh publik. Lebih lanjut, Doddy mengatakan sisa laba bersih perseroan 2018 senilai Rp1,85 triliun akan dipergunakan untuk mendukung kegiatan operasional dan pengembangan perseroan.

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)

Meski mencatat kerugian Rp6,2 triliun yang diderita di akhir 2018, tak menahan perusahaan investasi ini menggelontorkan duit.

Perusahaan yang 21,5 persen sahamnya dikempit calon wakil presiden Sandiaga Uno ini tetap akan ekspansi, bahkan membagikan dividen. Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), Saratoga mendapat restu membagikan dividen total Rp298,4 miliar untuk investor.

SRTG mengklaim jumlah dividen juga meningkat 48,6 persen dibanding dividen yang dibagikan sebelumnya. Dividen tersebut berasal dari pendapatan dividen yang diterima SRTG dari anak usahanya. Total dividen SRTG setara 33,15 persen pendapatan dividen tersebut.

“Kami masih akan memastikan fundamental perusahaan di mana kami berinvestasi semakin kuat,” kata Presiden Direktur SRTG Michael Soeryadjaya.

(AM)