Berita Hari Ini: UNVR Siapkan Capex Rp1,1 T; BBTN Cari Dana Rp14 T

Bareksa • 05 Apr 2019

an image
Pabrik Produk Skin Care dari Unilever di Cikarang Bekasi

Produksi dua anak BUMI berfluktuasi; HITS terbitkan obligasi Rp1 triliun; MABA fokus optimalisasi aset

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 5 April 2019.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Perseroan menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) 2019 Rp1,1 triliun. Besaran belanja modal tahun ini setara 2,6 persen dari total penjualan UNVR tahun sebelumnya. Governance & Corporate Affairs Director UNVR Sancoyo Antarikso mengatakan, 50 persen belanja modal akan digunakan untuk menambah kapasitas mesin. "Jika utilitas sudah di atas 80 persen maka akan kami menaikkan agar bisa memenuhi permintaan," ujar dia.

Sisa capex dialokasikan untuk biaya produksi. UNVR akan menggunakan kas perusahaan untuk mendanai capex. Jika jumlahnya tidak mencukupi, sisanya akan dipenuhi dari pinjaman perbankan. Tahun lalu, sebagian besar capex UNVR dialokasikan untuk untuk pendirian pabrik pengelolaan sampah plastik di Sidoarjo, Jawa Timur. Biaya investasi pendirian pabrik tersebut €10 juta. "Kami kerja sama dengan pemasok plastik. Bukan untuk menekan biaya, tapi untuk pengolahan limbah plastik," ujar Sancoyo.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Kinerja operasional perseroan berfluktuasi di dua bulan pertama tahun ini. Produksi dua anak usahanya stagnan, bahkan ada yang mengalami penurunan. Produksi PT Kaltim Prima Coal (KPC) sepanjang Februari mencapai 4,8 juta ton. Angka ini turun 6 persen dibanding produksi Januari, 5,1 juta ton. Sementara, produksi PT Arutmin Indonesia naik 5 persen menjadi 1,7 juta ton dari sebelumnya 1,6 juta ton di bulan sebelumnya.

"Ini karena faktor cuaca," ujar Direktur BUMI Dileep Srivastava seperti dikutip Kontan. Meski begitu, produksi Arutmin sepertinya bakal kembali normal. Dileep memperkirakan, produksi Arutmin sepanjang Maret bisa mencapai sekitar 2,4 juta ton. Harga batu bara BUMI juga sedikit lebih baik. Ini seiring dengan naiknya harga komoditas batu bara, terutama yang berkalori rendah. Harga batu bara dari Arutmin Februari lalu naik menjadi US$42 per ton dari sebelumnya US$41 per ton di Januari.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

Perseroan bersiap menggalang dana di pasar tahun ini. Pendanaan ini akan digunakan untuk menopang kebutuhan likuiditas serta permodalan untuk mengejar target kinerja di tahun 2019. Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, tahun ini pihaknya mengincar pengumpulan dana di pasar antara Rp11,5 triliun hingga Rp14 triliun. Salah satu rencana dalam waktu dekat yaitu penerbitan surat utang lewat skema Efek Beragun Aset (EBA) Sintetik dengan nilai mencapai sekitar Rp2 triliun.

Untuk melancarkan rencana ini, BTN sudah menunjuk dua mitra yakni PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). "Kami sudah memasukkan permohonan, nanti izinnya terserah OJK (Otoritas Jasa Keuangan) kami akan menunggu aturan mainnya keluar atau sudah bisa dikeluarkan," katanya. Tak cuma EBA, BTN berniat menerbitkan obligasi berkelanjutan dengan nilai mencapai Rp5 triliun. Selain kedua instrumen ini, BTN juga tengah menjajaki pendanaan melalui pinjaman bilateral.

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

Perusahaan perkapalan ini mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$82 juta pada tahun ini. Salah satu sumber pendanaannya berasal dari penerbitan surat utang atau obligasi berkelanjutan dengan nilai maksimal sekitar Rp1 triliun. Humpuss Intermoda menargetkan, penerbitan obligasi tahap pertama bisa terealisasi pada akhir semester I 2019. Humpuss menunjuk Bahana Sekuritas sebagai penjamin emisi. Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) kemarin juga sudah merestui rencana tersebut.

Namun, realisasi penerbitan obligasi tahap pertama masih harus menunggu selesainya pelaksanaan audit laporan keuangan tahun 2018. "Setelah itu menunggu rating dari Fitch," terang Komisaris Utama PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Theo Lekatompessy. Selain obligasi, Humpuss Intermoda bermaksud merogoh kocek pribadi untuk memenuhi kebutuhan belanja modal tahun ini. Perusahaan berkode saham HITS di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menyiapkan duit sendiri sekitar US$24 juta.

PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)

Optimalisasi performa aset untuk menopang pundi-pundi pendapatan akan menjadi agenda bisnis perseroan sepanjang tahun ini. Selain bisnis perhotelan, perusahaan ini bakal memaksimalkan pendapatan dari penjualan unit apartemen. Marga Abhinaya akan memanfaatkan dana hasil pendapatan tahun ini untuk mengurangi beban keuangan. Penurunan beban keuangan akan menjadi fokus perusahaan ini. "Seperti beban bunga, beban utang dan intinya beban pembiayaan," kata Direktur Utama PT Marga Abhinaya Abadi Adrian Bramantyo.S

Salah satu agenda RUPST Marga Abhinaya kemarin adalah membatalkan Management and Employee Stock Options Program (MESOP). Marga Abhinaya juga menunda rencana pemecahan saham (stock split). Emiten saham pengelola properti, hotel dan makanan yang berkode saham MABA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut juga sedang menunggu momentum yang tepat untuk menggelar ekspansi bisnis. Perusahaan ini akan menjajaki peluang berkongsi dengan mitra bisnis untuk meringankan beban pendanaan kebutuhan ekspansi. (hm)