Apa Penyebab Saham BUMI Meroket 12 Persen dalam Sehari Ketika IHSG Anjlok?

Bareksa • 13 Feb 2019

an image
Area Tambang Bumi Resources (Company)

BUMI targetkan produksi 2019 melonjak 16 persen

Bareksa.com - Harga saham PT Bumi Recources Tbk (BUMI) melesat jelang penutupan perdagangan saham, kemarin, Selasa, 13 Februari 2019. Tak tanggung-tanggung harga saham perusahaan batu bara tersebut ditutup meroket 12 persen.

Pada penutupan perdagangan saham kemarin (11 Februari 2019), harga saham BUMI naik 12,16 persen ke level harga Rp166 per lembar saham. Transaksi perdagangan tercatat mencapai Rp127,9 miliar.

Kenaikan harga saham BUMI tidak sejalan dengan sektor yang mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Indeks sektor pertambangan tercatat terkoreksi 0,65 persen serta IHSG yang terkoreksi hingga 1,06 persen.

Pergerakan Intraday Saham BUMI

Sumber : Bareksa.com

Sentimen apa yang membuat saham BUMI bergerak anomali?

Targetkan produksi 2019 naik 16 persen

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) targetkan pertumbuhan produksi 2019 mencapai 94 juta ton atau naik 16,04 persen dari perolehan 2018 yakni 81 juta ton. Dengan begitu, total pendapatan yang bakal diperoleh tahun ini bisa mencapai US$5,8 miliar atau setara Rp81,2 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS).

"Kalau pakai harga rata rata (batu bara) tahunan US$57 per ton, ya (pendapatan) hampir US$5,8 miliar, tahun lalu kan US$5,3 miliar, itu pendapatan dari batu bara saja," kata Direktur Utama BUMI Saptari Hoedaja, Selasa (12/2).

Perusahaan optimistis bisa mencapai target tersebut, lewat dukungan alat produksi dan infrastruktur yang sudah ada. Di samping itu, BUMI juga terus mendorong efisiensi dengan menekan biaya produksi di 2019.

Harapannya, lewat efisiensi biaya produksi perusahaan itu sanggup menghasilkan laba yang cukup baik. Sehingga, kontribusi emiten kepada pemerintah juga bisa meningkat.

Selain itu, BUMI juga melakukan efisiensi dalam hal transportasi logistik. Salah satu kiat yang dilakukan yakni dengan membangun infrastruktur dan mengurangi ketergantungan solar.

Bahkan, saat ini Bumi Resources tengah mendesain land fan fire belt atau alat untuk mengangkut batu bara, tanpa perlu menggunakan perantara truk. Dengan begitu, perusahaan itu mampu menghemat biaya transportasi dari sisi biaya solar.

Tantangan Bagi BUMI

Meskipun begitu, Saptari mengakui masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi BUMI di 2019. Pertama, terkait kinerja operasional terhadap kondisi cuaca. Kedua, ketersediaan alat, di mana waktu yang dibutuhkan untuk memesan alat bisa mencapai satu tahun dan bakal menyebabkan deadlock produksi.

"Tapi saya sudah katakan kepada manajemen untuk menggunakan alat yang ada, kita juga jaga performance alat supaya bisa dipakai maximum," ujarnya.

Tantangan lainnya, ketersediaan suku cadang yang minim seperti ban. Sebagaimana diketahui, ban truk alat berat belum diproduksi di dalam negeri, sehingga emiten perlu impor.

Terkait tren penurunan harga batu bara akhir akhir ini, Saptari mengungkapkan kuncinya adalah menjaga produksi, kualitas dan tepat waktu dalam menyalurkan produksi. Apalagi, pergerakan indeks batu bara dunia cenderung dikendalikan oleh supply dan demand.

"Kalau kita bisa menjaga ketersediaan batu bara dan mendeliver on time, di mana konsumer sangat bergantung pada ketersediaan batu bara, itu jadi kunci sukses kita ke depan dalam persaingan industri," ungkapnya.

Untuk diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 12 Februari 2019 turun 1,06 persen ke level 6.426,33. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih Rp566 miliar.

(KA02/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.