Apakah Reksadana dengan NAB Tinggi Pasti Beri Untung Besar?

Bareksa • 04 Dec 2018

an image
Ilustrasi investasi reksadana saham obligasi surat utang yang digambarkan dengan tumpukan uang koin yang tumbuh menjadi tanaman pohon berdaun dan jam yang melambangkan jangka waktu.

Umumnya, NAB/UP reksadana yang baru terbit lebih kecil dibandingkan dengan reksadana yang berumur panjang

Bareksa.com - Sebagai investor reksadana, kita perlu mengetahui berbagai istilah yang terkait dengan produk investasi ini. Ketika akan membeli (subscribe) satu produk reksadana, kita pasti dihadapkan dengan istilah nilai aktiva bersih (NAB) atau dalam bahasa Inggris disebut net asset value (NAV).

Apa yang dimaksud dengan NAB?

Definisi NAB adalah jumlah dana yang dikelola oleh suatu reksadana di dalam portofolionya, yang sudah mencakup kas, deposito, saham dan obligasi. NAB ini sering dipertukarkan maknanya dengan dana kelolaan atau asset under management (AUM), yang berarti jumlah seluruh dana investor yang dikelola dalam satu reksadana.

Sementara itu, ada lagi istilah NAB per unit penyertaan atau disingkat NAB/UP. Ini adalah harga suatu reksadana yang menjadi tolok ukur atau acuan perhitungan harga dari suatu reksadana.

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa keuangan (OJK), pada hari pertama penawaran umum (initial public offering/IPO) sebuah reksadana, NAB/UP ditetapkan Rp1.000. Di kemudian hari, angka ini bisa naik dan turun seiring dengan nilai aset yang membentuk portofolio reksadana tersebut.

Bila kita lihat dari sisi investor, kita membeli reksadana dalam satuan unit penyertaan (UP) dan harganya adalah sebesar NAB/UP. Sebagai investor yang akan bertransaksi reksadana, kita perlu mengetahui berapa NAB/UP suatu reksadana untuk memperkirakan jumlah unit yang akan peroleh atau perkiraan keuntungan ketika menjual reksadana.

Untuk memahaminya, mari kita menggunakan contoh.

Sebagai contoh, reksadana BNP Paribas Pesona yang tersedia di marketplace investasi Bareksa memiliki NAB/UP sebesar Rp27.342,72 per tanggal 3 Desember 2018. Apabila kita membeli atau berinvestasi di reksadana ini sebesar Rp100.000, maka kita akan mendapatkan 3,65728 unit.

Jumlah unit penyertaan kita pada reksadana ini jumlahnya tetap apabila kita tidak melakukan penambahan atau pembelian reksadana kembali (top up) dan bisa berkurang apabila kita melakukan penjualan (redemption) terhadap reksadana. Sementara potensi keuntungan akan diperoleh berdasarkan pergerakan NAB reksadana yang setiap hari berubah.

Misalkan NAB/UP reksadana ini di kemudian hari meningkat, tentu kita sebagai investor akan merasakan imbal hasil (return) positif alias keuntungan. Besarnya keuntungan bisa dihitung dengan melihat selisih NAB/UP reksadana tersebut pada saat menjual dibandingkan dengan pada saat membeli.

Setiap hari bursa setelah selesai sesi perdagangan, NAB reksadana akan dihitung oleh bank kustodian. Kemudian hasil perhitungan NAB tersebut akan diterbitkan oleh manajer investasi selaku yang mengelola portofolio reksadana dan dipublikasi oleh berbagai media masa baik cetak maupun online. Di Bareksa, kita juga bisa melihat pergerakan NAB dari setiap reksadana.

Apakah NAB/UP yang sudah mahal menentukan keuntungan investor dalam reksadana tersebut?

Dalam hal ini, besar kecilnya NAB/UP reksadana tidak menunjukkan murah atau mahalnya reksadana, melainkan hanya menjadi acuan harga ketika kita ingin membeli dan menjual reksadana. Tingginya NAB/UP suatu reksadana disebabkan aset-aset dalam portofolio reksadana tersebut telah mengalami kenaikan. Sehingga pada umumnya, NAB/UP reksadana yang baru melakukan penawaran umum lebih kecil dibandingkan dengan reksadana yang sudah lebih lama terbit.

Biasanya, reksadana dengan NAB/UP tinggi sudah berumur cukup panjang. Sebagai contoh, di marketplace Bareksa, reksadana yang memiliki NAB/UP di atas Rp10.000 adalah produk yang sudah meluncur lebih dari 10 tahun lalu. Reksadana BNP Paribas Pesona, contohnya, diluncurkan pada 10 Oktober 1997 atau sudah 21 tahun lalu.

Bila kita sudah membeli reksadana ini sejak peluncurannya, dan hingga kini belum kita jual, nilai investasi kita tumbuh 2.634,27 persen alias naik 27 kali lipat. Perlu dicatat, untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi sebesar itu kita harus bersabar menunggu dan berinvestasi dalam jangka panjang.

Meskipun demikian, belum tentu reksadana yang memiliki NAB/UP tinggi pasti memberikan keuntungan pada investornya. Sebab, perhitungan keuntungan investor dihitung dengan cara selisih harga saat ini dengan harga di saat membeli.

Bila saat ini reksadana yang kita pegang memiliki NAB/UP lebih tinggi daripada harga saat membeli, tentu reksadana tersebut memberikan keuntungan bagi kita sebagai investor. Sebaliknya, bila NAB/UP reksadana yang kita pegang saat ini lebih kecil dibandingkan dengan saat membeli, kita bisa dibilang mencatat rugi. Namun, selama kita tidak menjual reksadana itu, kerugian kita belum terealisasi.

Di sisi lain, reksadana dengan NAB/UP yang masih kecil juga bisa memberikan keuntungan bagi investornya. Misal, kita membeli reksadana Minna Padi Pasopati Saham pada saat peluncurannya yaitu, 21 Oktober 2016. Bila kita terus menyimpan reksadana ini hingga kini (3 Desember 2018), nilai investasi kita sudah tumbuh 35,78 persen dalam waktu sekitar dua tahun.

Bagaimana cara perhitungan NAB reksadana ini?

Secara sederhana, NAB dihitung dengan menjumlahkan total aktiva bersih keseluruhan dana atau AUM dalam reksadana. Kemudian, untuk mendapatkan NAB/UP kita membagi nilai ini dengan jumlah total unit yang beredar.

Total aktiva bersih sendiri berasal dari nilai pasar setiap jenis aset investasi seperti saham, obligasi, surat berharga pasar uang, serta deposito; ditambah dividen saham dan kupon obligasi, kemudian dikurangi biaya operasional reksadana seperti biaya MI, biaya bank kustodian, dan lain-lain.

Karena itulah, NAB disebut dengan ‘aktiva bersih’ dan menyebabkan harga reksadana mengalami perubahan setiap harinya akibat pergerakan pasar instrumen investasi yang menjadi portofolio reksadana.

Sebelum berinvestasi reksadana, ketahuilah dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda untuk mendapatkan kenyamanan dalam memilih produk dan hasil yang maksimal.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

**

Ingin berinvestasi reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.