Berita Hari Ini : Laba Bersih TLKM Anjlok 20 Persen, Harga CPO Melemah

Bareksa • 30 Oct 2018

an image
Executive Vice President PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Telkom Regional V Jatim, Bali, Nusra Suparwiyanto (ketiga kanan) berbincang dengan petugas ketika memantau trafik di Regional Operation Center Telkom Regional V Jatim, Bali Nusra di Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Baby boomers dominasi ORI015, laba BYAN melonjak 80 persen, YELO ekspansi 5 negara

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 30 Oktober 2018 :

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

Kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama sembilan bulan di tahun ini belum solid. Per September, laba bersih turun 20 persen year on year (yoy) menjadi Rp14,23 trilliun.

Padahal, pendapatan naik 2,26 persen menjadi Rp99,203 triliun. Penurunan laba terutama disebabkan kenaikan beban operasional yang mencapai Rp33,432 trilliun. Tahun lalu, pengeluaran pada pos itu hanya Rp27 trilliun. Kenaikan beban operasional paling besar terjadi pada pos operasi dan pemeliharaan, mencapai Rp17,49 trilliun.

Seperti dikutip Kontan, Direktur Keuangan TLKM Harry M Zein mengatakan, meski laba sembilan bulan turun, kinerja TLKM termasuk membaik. Tahun ini, industri telekomunikasi memang lesu.

"Tren pelemahan industri sudah berakhir di semester satu dan mulai membaik di kuartal tiga," ujar Hary.

CPO

Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih dalam tren turun. Harga komoditas ini bahkan menyentuh level terendahnya pada akhir pekan lalu.

Jumat, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2019 di Malaysia Derivative Exchange berada di RM2.148 per metrik ton, atau level terendahnya sejak Januari 2017 lalu.

Untungnya, awal pekan ini, harga CPO rebound setelah menguat 1,96 persen menjadi RM2,190 per metrik ton. Tapi para analis masih melihat harga minyak sawit mentah ini ada dalam tren bearish.

Seperti dikutip Kontan, Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, harga CPO masih akan bergerak di bawah RM2.300 per metrik ton.

“Level ini merupakan area resistance yang kuat bagi harga CPO,” kata dia.

ORI015

Total pemesanan pembelian instrumen obligasi ritel Indonesia seri ORI015 mencapai Rp23,39 triliun, didominasi oleh kalangan investor berusia 54—72 tahun atau generasi baby boomers yang mencapai 36,27 persen.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, nilai pemesanan ORI015 hanya kalah dari ORI012 pada 2015 yang kala itu mencapai Rp27,44 triliun.

Dari sisi jumlah investor, total pemesan ORI015 mencapai 41.306 investor. Jumlah ini juga hanya kalah dibandingkan dengan jumlah investor pada ORI012 yang mencapai 49.521 investor.

Jumlah investor baru ORI015 mencapai 17.789 investor, kalah jauh dari ORI012 yang mencapai 28.520 investor baru.

PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Emiten pertambangan batu bara ini membukukan laba bersih senilai US$388,05 juta per September 2018, melonjak 80,12 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$215,43 juta.

Dalam laporan keuangan per September 2018 yang dipublikasikan, manajemen emiten berkode saham BYAN itu menyebutkan pendapatan perseroan mencapai US$1,24 miliar.

Nilai itu naik 73,12 persen yoy dari sebelumnya sebesar US$717,62 juta. Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat menjadi US$587,26 juta dari sebelumnya US$342,21 juta. Namun, laba bruto masih naik menuju US$655,11 juta dari posisi per September 2017 sebesar US$375,41 juta.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$388,05 juta per September 2018. Nilai itu melonjak 80,12 persen yoy dari realisasi 9 bulan pertama 2017 yang sebesar US$215,43 juta.

PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO)

Perseroan akan menggeber ekspansi setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Dari penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), perusahaan pemilik modem Passpod ini meraih dana segar Rp48 miliar. YELO melepas 130 juta saham atau 34,21 persen dari modal disetor.

Harga IPO dipatok sebesar Rp375 per saham. Pada perdagangan perdana, kemarin, harga sahamnya melesat 48,94 persen menjadi Rp560. CEO Yeloo Integra Datanet Hiro Whardana mengatakan dana IPO digunakan untuk ekspansi dan pengembangan research & development (R&D).

"Sekitar 70 persen untuk R&D, sisanya untuk ekspansi," tutur Hiro.

Tahun depan, YELO membidik ekspansi ke lima negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Myanmar dan Korea Selatan. Perusahaan ini mengincar konsumen dari luar negeri yang ingin berkunjung ke Indonesia.

PT Pelita Samudera Shipping Tbk

Sepanjang Januari—September 2018,  perseroan membukukan laba bersih US$12,1 juta, naik signifikan dari raihan US$1,4 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2018, emiten berkode saham PSSI itu membukukan kenaikan pendapatan 47 persen secara tahunan menjadi US$46,8 juta sepanjang 9 bulan pertama tahun ini.

Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Sekretaris Perusahaan Pelita Samudera Shipping Imelda Agustina Kiagoes menuturkan pertumbuhan pendapatan ditopang oleh kinerja yang solid dari semua lini bisnis. Perseroan memaparkan kapal tunda dan tongkang (T&B) memberikan kontribusi sekitar 54 persen dari pendapatan bersih kuartal III 2018.

Adapun, segmen bisnis fasilitas muatan apung (floating load facility/ FLF) dan kapal besar (MV) kontribusi masing-masing 42,1 persen dan 3,9 persen terhadap total pendapatan PSSI pada Januari - September 2018.

(AM)