Investasi Sektor Energi di Kuartal III Capai US$15,2 Miliar, Ditopang Hulu Migas

Bareksa • 25 Oct 2018

an image
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan (kiri) didampingi Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar (kanan) menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (5/6). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Pemerintah mendapatkan komitmen investasi untuk eksplorasi hingga US$2 miliar

Bareksa.com - Realisasi investasi di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) hingga kuartal ketiga 2018 mencapai US$15,2 miliar. Angka ini terdiri dari US$8 miliar di sektor minyak dan gas bumi, US$4,8 miliar di sektor ketenagalistrikan, US$1,6 miliar di sektor mineral dan batu bara, dan US$0,8 miliar di sektor energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE).

Investasi, terutama di hulu migas, dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia. Jumlah investasi di hulu migas saat ini, menurut Jonan dipicu dari tahun 2011-2012, di mana harga minyak mentah mencapai lebih dari US$100 perbarel.

"Kalau kita lihat tahun-tahun sebelumnya, itu dipicu dari tahun 2011-2012 di mana harga minyak mentah mencapai US$100 per barel atau lebih. Akhirnya keputusan investasinya mengikuti. Refleksinya di 2014-2015, begitu harga minyak turun di tahun 2016, dan 2017 naik lagi, kebutuhan investasinya mulai bangkit lagi, nantinya refleksinya di tahun 2019 atau 2020," ujar Jonan (24/10).

Jonan juga menyampaikan investasi besar, terutama eksplorasi, jika dilihat dari siklusnya, dilakukan di periode setelah harga minyak mengalami kenaikan.

"Jadi ini tidak bisa, ini sering terlambat. Kalau lihat siklusnya itu semua investasi besar, eksplorasi terutama, itu dilakukan di periode di mana setelah harga minyak tinggi. Jadi karena tidak ada yang bisa memprediksi harga minyak berapa, ya kira-kira saja," kata Jonan.

Investasi di sektor migas memang tergantung pada harga minyak mentah dunia, namun komitmen untuk eksplorasi migas sekarang sudah besar. Pemerintah, tambah Jonan, mendapatkan komitmen eksplorasi hingga US$2 miliar.

"Kalau migas, tergantung harga dunia, semata-mata ini kita tidak bisa kendalikan, terserah saja investasinya bagaimana. Namun, komitmen untuk eksplorasi sekarang sudah besar. Pemerintah mendapatkan komitmen eksplorasi dengan perpanjangan blok migas termasuk Blok Rokan dan blok lain kira-kira US$2 miliar, ini seharusnya bisa digunakan untuk memicu eksplorasi," ujar Jonan.

Selain sektor migas, Jonan juga menyampaikan bahwa angka investasi di sektor ketenagalistrikan menyesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan listrik.

"Listrik investasinya pasti turun, kalau diharapkan meningkat terus, itu membangun (pembangkit) berapa besar, kan tidak mungkin itu. Jadi listrik 35.000 megawatt tidak mungkin semua diinvestasikan sampai 2019, karena pertumbuhan ekonomi 5 persen. Kalau dulu waktu 35.000 MW harus selesai 5 tahun itu pertumbuhan ekonominya 7-8 persen," terang Jonan.

Maka dari itu, lanjut Jonan, pembangunan pembangkit listrik yang termasuk dalam program 35.000 MW akan diteruskan hingga tahun 2024-2025.

"Penggunaan listrik rata-rata setiap daerah sekitar 1,5 kali pertumbuhan ekonomi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi 7 persen maka penggunaan listrik 10,5 persen, kalau (pertumbuhan ekonomi) 8 persen ya (penggunaan listrik) 12 persen, tetapi kalau pertumbuhan ekonomi 5 persen maksimum penggunaan listrik 7,5 persen. Kalau dibandingkan beda 3 persen, itu besar sekali. Kalau kapasitas terpasang 60 gigawatt, 3 persen itu 1.800 MW. Jadi ini kita geser sampai 2024 2025, jadi makanya setelah ini akan flat," imbuh Jonan.

(K12/AM)