Data Pengangguran AS Cetak Rekor Lagi, Rupiah Tes Support Rp15.300 per Dolar

Bareksa • 09 Oct 2018

an image
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi M.

US Treasury yield terus meroket, mata uang dolar AS kian perkasa di dunia

Bareksa.com - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa terhadap rupiah pada Senin sore (8/10). Pada pukul 15.10 WIB. Kurs dolar AS berada di level Rp15.299 di perdagangan pasar spot.

Mengutip Detik Finance, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai dolar AS ini akan terus bergerak ke satu titik ekuilibrium baru seiring langkah The Fed yang akan menaikkan suku bunganya beberapa kali tahun depan.

Nilai dolar AS yang hampir menyentuh Rp15.300 ini juga dipicu data perekonomian negeri Paman Sam yang terus membaik dan perkembangannya sangat cepat, khususnya kenaikan imbal balik (yield) pada obligasi 10 tahun yang bunga sudah 3,2 persen.

(Baca Juga : Powell Tegaskan Suku Bunga AS Jauh dari Level Netral, Bagaimana Peluang Rupiah?)

US Treasury Yield AS Diposisi Tertinggi Sejak September 2016

Sumber : Investing.com

US Treasury merupakan acuan yield obligasi AS. Semakin tinggi US Treasury yield menggambarkan kondisi pasar obligasi AS sedang mengalami tekanan jual.

Selain itu, indeks dolar AS yang semakin naik menggambarkan kondisi dolar AS sedang mengalami tekanan beli, sehingga mendorong penguatan indeks dolar AS dan sebaliknya,

Kondisi itu berdampak negatif terhadap pergerakan mata uang lainnya, khususnya mata uang negara berkembang.

Data Pengangguran AS Terendah Dalam 49 Tahun Terakhir

Sumber : Tradingeconomics.com

Menurut analisis Bareksa, penguatan mata uang dolar AS juga didukung oleh rilis data pengangguran AS di bulan September yang mencatatkan rekor baru, yakni hanya 3,7 persen. Artinya semakin rendah data pengangguran, menggambarkan roda perekonomian negara AS sedang berada di atas angin.

Tak heran, makin membaiknya data-data AS membuat mata uang negara berkembang, khususnya Indonesia terus mencari level support barunya.

(AM)