Lewati Level Psikologis 15.000, Akankah Rupiah Lanjutkan Pelemahan?

Bareksa • 03 Oct 2018

an image
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Probabilitas kenaikan Federal Funds Rate menjadi 2,5 persen pada rapat 19 Desember mencapai 80,5 persen

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. Bahkan dolar AS kini sudah menembus level psikologis baru yaitu Rp15.000. Pada Selasa (2/10/2018) pukul 23.02 WIB, rupiah di level Rp15.030 per dolar AS.

Kali terakhir rupiah mencapai kisaran Rp15.000 per dolar AS adalah pada Juli 1998. Kala itu, Indonesia tengah didera krisis moneter. Artinya, posisi rupiah hari ini adalah yang terlemah sejak 9 Juli 1998.

Menurut analisis Bareksa, risiko depresiasi masih mungkin terjadi terhadap rupiah. Sebab faktor eksternal dan domestik belum mendukung mata uang Tanah Air.

Faktor Internal

Dari sisi internal, banyak hal yang harus di respons pemerintah untuk memperbaiki fundamental rupiah, di antaranya neraca pembayaran Indonesia (NPI), meningkatnya defisit transaksi berjalan, serta korelasi pelemahan rupiah dan NPI terhadap penurunan cadangan devisa.

Faktor Eksternal

Dari sisi eksternal, faktor utama risiko rupiah berasal dari kebijakan moneter AS. The Federal Reserve/The Fed kemungkinan besar masih akan menaikkan suku bunga tahun ini, yang sepertinya akan dieksekusi pada Desember.

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate menjadi 2,5 persen pada rapat 19 Desember mencapai 80,5 persen. Bahkan ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps, meski sangat kecil yaitu 0,5 persen.

Saat ini, suku bunga acuan The Fed ada di 2 - 2,25 persen. Pada akhir 2020, The Fed menargetkan suku bunga berada di median 3,4 persen. Karena itu, kemungkinan akan ada tiga kali kenaikan lagi pada 2019 dan setidaknya sekali pada 2020.

Artinya, arus modal akan terus tersedot ke AS. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbal hasil investasi di Negeri Abang Sam.

(AM)