Kinerja Semester I 2018 Melambat, Apakah Valuasi Saham UNVR Murah atau Mahal?

Bareksa • 02 Aug 2018

an image
Beberapa produk milik Unilever (Company)

Laba Unilever pada semester I 2018 turun tipis 2,49 persen menjadi Rp3,62 triliun

Bareksa.com - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan kinerja melambat pada semester pertama 2018. Raksasa consumer goods tersebut mengantongi laba bersih Rp3,53 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Capaian tersebut turun tipis 2,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp3,62 triliun.

Penurunan laba tersebut disebabkan oleh top line-nya yakni penjualan bersih yang menyusut 0,38 persen menjadi Rp21,18 triliun pada semester I 2018, dari sebelumnya Rp21,26 triliun pada semester I 2017.

Kemudian Harga pokok penjualan perseroan naik 0,68 persen menjadi Rp10,42 triliun pada semester I 2018 dari periode yang sama tahun lalu Rp10,35 triliun. Hal itu mendorong laba bruto terkikis 1,37 persen menjadi Rp10,76 triliun pada semester I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp10,91 triliun.

Kinerja Keuangan UNVR Semester I 2018


Sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa

Berdasarkan segmen bisnisnya, sekitar Rp14,06 triliun (66,38 persen) penjualan UNVR ditopang oleh bisnis kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh. Sementara sisanya sekitar Rp7,12 triliun (33,62 persen) berasal dari bisnis makanan dan minuman.

Harga Wajar Saham UNVR

Analisis Bareksa mencoba untuk menghitung harga wajar saham UNVR dengan sebuah metode sederhana yakni relative valuation berbasis price to earning ratio (PER) yakni perbandingan harga saham (price) terhadap laba per lembar saham (earning per share/EPS).

Langkah pertama adalah menentukan EPS, di mana EPS yang digunakan haruslah EPS tahunan. EPS tahunan berbeda definisinya dengan EPS kuartalan.\

Misalkan EPS tahun 2017 adalah keuntungan per lembar saham selama periode 1 Januari – 31 Desember 2017, sementara EPS kuartal II tahun 2018 hanya menunjukkan keuntungan selama 1 Januari – 30 Juni 2018.

EPS kuartal II adalah untuk periode laporan keuangan 1 Januari – 30 Juni 2018. Untuk mendapatkan data EPS tahunan berarti harus menambahkan EPS kuartal II 2018 dengan EPS Tahunan 2017.

Namun penambahan ini akan menyebabkan periode EPS menjadi lebih dari 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2017 – 30 Juni 2018. Untuk itu perlu dikurangi lagi dengan EPS kuartal II 2017.

Secara matematika, bisa digambarkan sebagai berikut :

EPS Annualized Kuartal II Tahun 2018

= EPS Q2 2018 + EPS Tahunan 2017 – EPS Q2 2017
= (1 Jan  – 30 Juni 2018) + (1 Jan – 31 Des 2017) – (1 Jan – 30 Juni 2017)
= Rp463 + Rp918 – Rp475
= Rp906

Setelah mendapatkan angka EPS yang disetahunkan tersebut, langkah berikutnya adalah menentukan angka PER untuk mendapatkan harga wajar UNVR.


Sumber : Bareksa

Adapun PER yang dapat digunakan untuk mencari harga wajar tersebut dapat menggunakan rata-rata PER dalam lima tahun terakhir, di mana rata-rata PER saham UNVR selama periode 2013 hingga 2017 diperoleh angka 46,84x.

Langkah terakhir adalah mengalikan EPS yang disetahunkan tadi dengan rata-rata PER dalam lima tahun terakhir.

Sebelumnya persamaan PER adalah sebagai berikut :


Berdasarkan persamaan tersebut dapat kita modifikasi untuk mencari harga wajar dengan persamaan sebagai berikut :

Karena itu, harga wajar saham UNVR berdasarkan relative valuation berbasis PER yaitu diperoleh hasil Rp42.425 (46,84 x Rp906).

Apabila dibandingkan dengan penutupan Selasa, 31 Juli 2018 di level Rp44.735, maka dapat dikatakan harga saham UNVR saat ini tergolong sedikit lebih mahal (overvalued) sekitar 5,16 persen.

Harga Saham Naik

Pada perdagangan Rabu 1 Agustus 2018, harga saham UNVR terpantau naik cukup tinggi yakni 3,41 persen sekaligus menjadi saham nomor empat yang berkontribusi besar terhadap kenaikan IHSG.


Sumber : Bareksa

Adapun kenaikan harga saham UNVR kemarin bertepatan dengan momentum rilis data inflasi domestik yang tercatat tumbuh 0,28 persen secara bulanan (month on month/MoM). Kemudian secara tahunan (year on year/YoY) laju inflasi tercatat 3,18 persen, sementara inflasi inti YoY di posisi 2,87 persen. 

Menurut persepsi pelaku pasar, data inflasi menunjukkan konsumsi masyarakat yang kuat. Hal tersebut terlihat dari laju inflasi yang tidak terlalu melambat secara bulanan meski periode Ramadan - Idul Fitri telah usai.

Secara YoY, bahkan terjadi akselerasi inflasi melebihi ekspektasi pasar. Artinya, konsumsi masyarakat tumbuh cukup baik. Sebagai tambahan, pertumbuhan konsumsi juga tidak menyebabkan inflasi yang berlebihan, masih relatif stabil, sehingga bisa dipersepsikan pasokan pun memadai dan tidak ada kelangkaan produksi.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.