
Bareksa.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terdepresiasi seiring dengan membaiknya data ekonomi di Negara Adidaya tersebut. Menyikapi hal ini, Bank Indonesia (BI) menegaskan, tidak akan segan melakukan penyesuaian suku bunga kebijakan 7 day reverse repo rate, apabila dibutuhkan untuk menstabilkan nilai tukar.
Hingga pukul 10:00 WIB hari ini, 11 Mei 2018, nilai tukar rupiah mencapai Rp14.060 per dolar AS di pasar spot, kembali melemah dibandingkan Rp14.028 pada pembukaan pagi ini, menurut data Bloomberg. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia menunjukkan kurs Rp14.048 per dolar AS hari ini, dibandingkan Rp14.074 per dolar AS pada 9 Mei 2018.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W Martowardojo mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan dampak dari menguatnya dolar AS secara berskala luas (broadbased) terhadap seluruh mata uang, sehubungan dengan semakin solidnya ekonomi AS di tengah lambatnya pemulihan ekonomi di berbagai kawasan.
Nilai tukar rupiah secara year to date (ytd) per 8 Mei 2018 melemah 3,44 persen, sedangkan peso Filipina melemah 3,72 persen, rupee India 4,76 persen, real Brasil 6,83 persen, rubel Rusia 8,93 persen, dan lira Turki 11,51 persen.
"Tekanan pada nilai tukar mata uang negara-negara maju lainnya juga besar," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima dan dikutip, Jumat (11 Mei 2018).
Dia mengungkapkan, Indonesia telah mengalami beberapa tekanan yang cukup besar seperti saat ini dalam lima tahun terakhir sejak Bank Sentral AS melakukan program tapering off di tahun 2013. Bank Indonesia meyakini bahwa Indonesia juga akan berhasil melewati tekanan saat ini dengan baik, dengan perekonomian yang tetap tumbuh berkesinambungan dan stabil.
Kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercermin dari data realisasi pertumbuhan PDB kuartal IV-2017, serta pertumbuhan PDB kuartal I-2018 sebesar 5,06 persen (yoy), yang tetap stabil, kuat, dengan struktur ekonomi yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2018 merupakan capaian tertinggi di pola musiman kuartal I sejak tahun 2015.
"Permintaan domestik yang meningkat pada kuartal I-2018 juga didukung oleh investasi yang naik dan konsumsi swasta yang tetap kuat. Sementara itu, kestabilan inflasi tetap terjaga pada level rendah sesuai target 3,5 persen +/-1 persen," kata dia.
Untuk menjaga kesinambungan pemulihan ekonomi, BI melakukan langkah-langkah stabilisasi, seperti melanjutkan intervensi di pasar valuta asing secara terukur, stabilisasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan mengoptimalkan berbagai instrumen operasi moneter valas dan rupiah, termasuk membuka lelang forex swap.
"Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan likuditas rupiah dan menstabilkan suku bunga di pasar uang untuk memastikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah terkelola dengan baik," jelas dia.
Saat ini, BI juga tengah mempersiapkan langkah kebijakan moneter yang tegas dan akan dilakukan secara konsisten, termasuk melalui penyesuaian suku bunga kebijakan 7-day Reverse Repo Rate.
"Penyesuaian suku bunga kebijakan dilakukan dengan lebih memprioritaskan pada stabilisasi, untuk memastikan keyakinan pasar dan kestabilan makro ekonomi nasional tetap terjaga," kata dia. (K09)