Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Kata Bank Indonesia

Bareksa • 24 Apr 2018

an image
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Sejak awal April (mtd), rupiah melemah 0,91 persen terhadap dolar AS

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) menyikapi penguatan mata uang AS (dolar AS) terhadap rupiah pada Senin lalu karena kondisi yang terjadi di Amerika Serikat. Dalam hal ini, BI akan terus menjaga nilai tukar rupiah agar sesuai dengan fundamentalnya.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menjelaskan, penguatan dolar AS terjadi karena meningkatnya yield US treasury bills yang mendekati level psikologis 3,0 persen dan munculnya kembali ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak lebih dari 3 kali selama 2018.

"Kenaikan yield dan suku bunga di AS itu sendiri dipicu oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS seiring berbagai data ekonomi AS yg terus membaik dan tensi perang dagang antara AS dan China yang berlangsung selama tahun 2018 ini," ujar Agus dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (24 April 2018).

Sejalan dengan itu, semua mata uang negara maju kembali melemah terhadap USD, antara lain yen Jepang (JPY) yang melemah 0,25 persen, frack Swiss (CHF) melemah 0,27 persen, dolar Singapura (SGD) terdepresiasi 0,35 persen, dan euro (EUR) tertekan 0,31 persen. Dalam periode yang sama, mayoritas mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia, juga melemah.

Lebih lanjut, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, BI telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar SBN dalam jumlah cukup besar. Dengan upaya tersebut, rupiah yang pada hari Jumat sempat terdepresiasi sebesar 0,70 persen, pada hari Senin hanya melemah  0,12 persen. Nilai ini lebih rendah daripada depresiasi yang terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya, seperti peso Filipina (PHP) yang melemah 0,32 persen, rupee India (INR) melemah 0,56 persen, dan baht Thailand (THB) melemah 0,57 persen.

Gambaran serupa juga tampak dalam periode waktu yang lebih panjang. Dengan dukungan upaya stabilisasi oleh BI, sejak awal April (mtd), rupiah melemah 0,91 persen, lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain, seperti THB -1,04 persen dan INR -1,96 persen. Demikian pula, sejak awal tahun 2018 (ytd) rupiah melemah 2,35 persen, juga lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain seperti lira Brasil (BRL) -3,06 persen, INR -3,92 persen, dan PHP -4,46%.

Bank Indonesia akan terus memonitor dan mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah, baik yg dipicu oleh gejolak global seperti dampak kenaikan suku bunga AS, perang dagang AS-China, kenaikan harga minyak, dan eskalasi tensi geopolitik terhadap berlanjutnya arus keluar asing dari pasar SBN dan saham Infonesia.

Begitu pula yang bersumber dari kenaikan permintaan valas oleh korporasi domestik seperti kebutuhan pembayaran impor, ULN, dan dividen yang biasanya cenderung meningkat pada triwulan II. Untuk itu, BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya. (K09/hm)