
Bareksa.com - Pertemuan pertama Jerome Powell sebagai Kepala Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu waktu setempat ditandai dengan beberapa perubahan penting pada pernyataan dan pandangan baru tentang pengangguran AS di masa depan.
Powell dalam pertemuan pertamanya sebagai ketua, menyetujui kenaikan suku bunga acuan seperempat poin (0,25 persen) atau seperti yang telah diperkirakan secara luas sebelumnya. The Fed menetapkan suku bunga acuan baru di level 1,5 - 1,75 persen.
Hal tersebut merupakan kenaikan suku bunga keenam kalinya sejak FOMC mulai menaikkan suku bunganya mendekati nol pada Desember 2015. Tingkat dana terkait erat dengan suku bunga konsumen, yang umumnya naik segera setelah The Fed bergerak naik
Seiring dengan peningkatan suku bunga tersebut, The Fed juga meningkatkan prediksi terkait pertumbuhan ekonomi, dan akan menjadi sebuah petunjuk bahwa jalur kenaikan suku bunga bisa lebih agresif.
Sebelumnya pelaku pasar memperkirakan adanya tiga kali kenaikan suku bunga pada 2018. Namun itu tetaplah sebuah perkiraan, tetapi setidaknya satu peningkatan lagi diperkirakan akan terjadi dalam dua tahun berikutnya.
Laju pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk pertimbangan bagaimana The Fed akan melanjutkan kebijakan moneternya.
Menurut ringkasan proyeksi ekonomi yang dirilis FOMC setiap kuartal, tiga kali kenaikan suku bunga masih merupakan baseline. Namun, satu anggota The Fed mengindikasikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, perkiraan kemungkinan akan mencapai empat kali.
Para ekonom Wall Street memprediksi bahwa kenaikan empat kali suku bunga The Fed bisa terjadi pada 2018, dan pasar dana berjangka mengindikasikan 38 persen peluang sebelum pernyataan komite itu dirilis.
Keputusan untuk meningkatkan tingkat suku bunga datang dengan suara bulat meskipun beberapa anggota telah mempertanyakan mengapa The Fed bergerak lebih cepat dari tekanan inflasi yang terjadi.
Selain itu pejabat The Fed juga menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB 2017 dari 2,5 persen pada Desember menjadi 2,7 persen, dan meningkatkan ekspektasi 2018 dari 2,1 persen menjadi 2,4 persen.
Namun, pertumbuhan diperkirakan cenderung lebih lambat setelahnya, dengan perkiraan 2020 bertahan pada 2 persen dan dalam jangka panjang masih di 1,8 persen. Komite mencatat bahwa pengeluaran rumah tangga dan investasi tetap menjadi tumpuan pertumbuhan tersebut.
Sementara untuk ekspektasi inflasi, di mana pasar telah berfokus pada akhir-akhir ini, sedikit berubah. Perkiraan 2018 tetap hanya 1,9 persen untuk inflasi inti, tidak termasuk harga pangan dan energi.
Untuk 2019, perkiraan belanja konsumsi pribadi inti naik lebih tinggi menjadi 2,1 persen dari 2 persen, sementara inflasi keseluruhan tetap di 2 persen. Komite tetap berusaha untuk mendorong tingkat inflasi pada 2020 naik dari 2 persen menjadi 2,1 persen untuk inti dan keseluruhan.
Harapan kenaikan inflasi sangat luar biasa mengingat pejabat The Fed sekarang melihat pengangguran AS berjalan lebih rendah dari sebelumnya. Saat ini tingkat pengangguran berada di 4,1 persen, para pejabat The Fed sekarang melihat tingkat pengangguran AS untuk 2018 pada 3,8 persen, turun dari 3,9 persen pada perkiraan Desember 2017.
Untuk 2019 diperkirakan tingkat pengangguran AS akan turun sampai 3,6 persen dari perkiraan awal 3,9 persen. Perkiraan untuk 2020 juga turun, dari 4 persen menjadi 3,6 persen.
Pejabat The Fed umumnya percaya pada Kurva Phillips, yang menunjukkan bahwa ketika pengangguran menurun akan menjadi dorongan untuk inflasi yang lebih tinggi. Hal tersebut belum terjadi selama pemulihan ekonomi, karena The Fed terus gagal mencapai target inflasi 2 persen.
Proyeksi Indikator Ekonomi AS oleh The Fed
Sumber : The Fed
(AM)