Dihapus dari Indeks MSCI Global Small Cap, Saham BIRD Melorot

Bareksa • 13 Feb 2018

an image
Pengemudi Taksi Blue Bird menunggu penumpang di Jakarta, Senin (21/3). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

MSCI mengumumkan penghapusan (deletion) dari satu emiten Indonesia di dalam indeks tersebut tanpa ada penambahan

Bareksa.com - Harga saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) hari ini 13 Februari 2018 anjlok, seiring dengan dihapuskannya saham emiten transportasi tersebut dari daftar Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Small Cap Indexes. Indeks yang menjadi acuan bagi investor global tersebut baru saja mengumumkan rebalancing atau perubahan anggota (konstituen) yang akan efektif setelah penutupan perdagangan 28 Februari 2018.

Berdasarkan pengumuman di situsnya tertanggal 12 Februari 2018 waktu Jenewa, MSCI mengumumkan penghapusan (deletion) dari satu emiten Indonesia di dalam indeks tersebut. Pada saat yang sama, tidak ada emiten Indonesia yang ditambahkan (addition) ke dalamnya.

Indeks MSCI seringkali menjadi patokan bagi investor dan manajer investasi bagi portofolio mereka sehingga perubahan ini kerap memengaruhi keputusan para investor di pasar saham Indonesia. Adapun rebalancing indeks biasanya dilakukan secara kuartalan, atau berkala tiga bulan sekali.

Merespon pengumuman tersebut, harga saham BIRD hingga pukul 10:27 WIB hari ini terpantau turun 3,58 persen ke Rp3.500, dibandingkan penutupan kemarin di Rp3.630. Kapitalisasi pasar emiten operator taksi ini pun mencapai Rp8,76 triliun dengan harga tersebut.

Grafik Pergerakan Harga Saham BIRD Intraday


Sumber: Bareksa.com

Sementara itu, kinerja keuangan operator taksi berlogo burung biru tersebut memang mengalami tekanan sejak maraknya angkutan berbasis transportasi. Bisnis Uber, Grab Car dan Go Car diklaim telah menyedot pengguna jasa transportasi darat, termasuk taksi konvensional meski pemerintah telah mewajibkan kerja sama antara perusahaan penyedia jasa transportasi online dan konvensional.

Sepanjang sembilan bulan 2017, pendapatan Blue Bird turun 14,1 persen menjadi Rp3,13 triliun dibandingkan Rp3,64 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Seiring dengan menurunnya pendapatan, laba bersih perseroan juga menyusut 16 persen menjadi Rp302,12 miliar dari Rp360,87 miliar sebelumnya.

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.