Harga Minyak Merangkak Naik, Irak Minta OPEC Tetap Pangkas Produksi

Bareksa • 15 Jan 2018

an image
Bensin solar untuk bahan bakar minyak (BBM) dituangkan ke dalam jeriken di Abuja, Nigeria May 25, 2015. REUTERS/Afolabi Sotunde

Harga minyak mentah Brent ditutup di level US$69,8 per barel pada perdagangan akhir pekan lalu

Bareksa.com - Irak bergabung dengan Uni Emirat Arab, Qatar dan Oman dalam menyerukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak lainnya untuk tetap sepakat mengurangi produksi minyak hingga akhir tahun, meskipun terjadi kenaikan harga baru-baru ini.

Harga minyak mentah Brent ditutup di level US$69,8 per barel pada perdagangan akhir pekan lalu. (Baca : Harga Minyak Terus Naik Tembus US$70 per Barel, Ini Dampaknya ke APBN 2018)

Pergerakan Harga Mintak Brent (US$/barel)


Sumber : investing.com

Pemangkasan produksi oleh OPEC dan produsen lainnya telah berhasil memberikan stabilitas di pasar minyak, dan Irak mendukung keputusan OPEC untuk mempertahankan kontrak tersebut. (Lihat : Membuka Tahun 2018, Harga Minyak Tembus US$60 per Barel)

Menteri Perminyakan Irak, Jabbar al-Luaibi, mengatakan persetujuan OPEC dengan pemasok lain pada bulan November lalu untuk mengendalikan output sampai akhir 2018 membantu mengangkat minyak mentah Brent sebentar di atas US$70 per barel minggu lalu.

"Ada beberapa sumber di sana-sini yang mengindikasikan bahwa pasar sedang berkembang sekarang, harganya sehat, jadi mari kita bicara tentang menghentikan pembekuan. Ini adalah penilaian yang salah, dan kami tidak setuju dengan konsep seperti itu," kata al-Luaibi, seperti dilansir Bloomberg (14/01/2018). (Baca : Tren Kenaikan Harga Minyak : Antara Pemerintah Untung dan Pertamina Buntung?)

Karena itu, Irak tetap meminta OPEC untuk melanjutkan kesepakatan yang telah dibuat November lalu dan berharap dinamika ini tetap akan berlangsung sepanjang tahun 2018.

Mempertahankan pemangkasan produksi adalah pandangan konsensus OPEC, namun beberapa anggota (terutama Iran) khawatir akan mendorong dorongan baru dari produsen shale oil Amerika Serikat.

Lembaga Informasi Energi Amerika Serikat (Energy Information Agency / EIA)  memperkirakan produksi akan naik di atas 10 juta barel per hari pada bulan depan. (Lihat : Harga Minyak Tembus Level Tertinggi Sejak 2015, Saham ELSA Meroket)