Laba Bersih 2 Bank Asal Singapura Melonjak Dua Digit, Ini Penyebabnya

Bareksa • 26 Jul 2017

an image
Jajaran manajemen PT Bank Danamon Indonesia Tbk saat paparan kinerja semester I Tahun 2017 di Jakarta, 25 Juli 2017. (sumber : www.danamon.co.id)

Ditopang penurunan biaya kredit dan kenaikan pendapatan bunga bersih

Bareksa.com - Dua bank asal Singapura membukukan laba bersih naik signifikan pada semester I 2017. Perolehan laba bersih kedua bank tersebut meningkat dua digit. Bank pertama adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang membukukan laba bersih sebesar Rp 2 triliun di semester I tahun 2017. Nilai tersebut bertumbuh 18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

"Peningkatan laba bersih ditopang oleh penurunan biaya kredit dan efisiensi pengelolaan operasional Danamon," ujar Chief Financial Officer Bank Danamon, Vera Eve Lim di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2017.

Peningkatan kualitas aset juga tercermin dari penurunan nilai kredit bermasalah sebesar 4 persen dibandingkan periode sebelumnya. “Kami terus meningkatkan kualitas produk dan layanan Danamon untuk melayani nasabah lebih baik," ujar dia.

Vera mengungkapkan, di luar perbankan mikro, total portofolio kredit dan trade finance tumbuh 4 persen menjadi Rp 119,8 triliun. Sedangkan total kredit mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) turun 32 persen menjadi Rp 8,5 triliun karena kompetisi dan permintaan yang menurun.

Dari total kredit tersebut, Bank Danamon mencatat pertumbuhan penyaluran kredit pada segmen usaha kecil menengah (UKML) sebesar 9 persen menjadi Rp 26,7 triliun. Selanjutnya, kredit segmen enterprise yang terdiri dari perbankan, korporasi, komersial dan institusi keuangan bertumbuh 6 persen menjadi Rp 37,1 triliun. Sementara kredit perumahan bertumbuh 25 persen menjadi Rp 4,9 triliun.

Pembiayaan Adira Finance

Di tengah melemahnya industri otomotif, pembiayaan baru unit usaha yakni PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance masih bisa bertumbuh 5 persen ditopang oleh segmen kendaraan roda dua dan empat. Tercatat pada semester I 2017, pembiayaan Adira Finance mencapai Rp 44,6 triliun. Per Juni 2017, Danamon tercatat sebagai pemegang 92 persen saham Adira.

Di balik peningkatan penyaluran kredit, Danamon terus meningkatkan kualitas asetnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang pruden serta proses collection dan credit recovery yang disiplin. Nilai kredit bermasalah  perseroan menurun 4 persen menjadi Rp 3,8 triliun.

Biaya kredit (cost of credit) turun 23 persen menjadi Rp 1,7 triliun. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) Danamon tercatat pada 3,2 persen yang masih di bawah batas yang ditentukan regulator yaitu 5 persen.

Dengan rasio kredit terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) pada 89,6 persen, maka likuiditas diklaim terkelola dengan baik. Pada saat yang sama, giro dan tabungan (CASA) naik 4 persen menjadi Rp 46,7 triliun. Sedangkan rasio CASA tumbuh menjadi 44,3 persen dari 42,1 persen. Deposito menurun 4 persen menjadi Rp 58,8 triliun melalui pelepasan dana mahal.

Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/CAR) tetap menjadi salah satu yang terbaik di antara bank-bank dikelompoknya. CAR konsolidasian berada pada posisi 21,5 persen, sementara CAR bank only berada pada 23,2 persen.

Kinerja Bank OCBC NISP

Bank asal Negeri Jiran kedua yang mencatatkan peningkatan perolehan laba adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Perseroan membukukan laba sebesar Rp 1,1 triliun di semester I 2017. Nilai tersebut meningkat 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 914 miliar.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, menjelaskan perolehan laba perseroan didorong oleh pendapatan bunga bersih yang meningkat 11 persen dari Rp 2,6 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp 2,9 triliun pada Juni 2017.

"Bank OCBC NISP melanjutkan tren positif pada kinerja keuangan kuartal II 2017 sebagai hasil dari upaya yang konsisten dalam meningkatkan performanya di seluruh aspek," jelas dia.

Sementara itu, total aset Bank OCBC NISP meningkat 11 persen (yoy) menjadi Rp 143,4 triliun pada semester I 2017 dari Rp 128,9 triliun pada semester I 2016. Kenaikan total aset ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 17 persen menjadi sebesar Rp 100,6 triliun pada 30 Juni 2017 dari Rp 86,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

"Berdasarkan jenis penggunaannya, komposisi kredit yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 45 persen, investasi 42 persen, dan konsumer 13 persen," jelas dia.

Pertumbuhan kredit tersebut seiring dengan strategi manajemen risiko yang tepat dan prinsip kehati-hatian yang diterapkan. Bank OCBC NISP senantiasa menjaga kualitas kreditnya dengan mencatatkan rasio kredit bermasalah gross sebesar 1,9 persen dan nett sebesar 0,9 persen. "Rasio-rasio keuangan utama lainnya juga berada pada kisaran positif dan level yang sehat,"ungkap dia.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseroan juga meningkat signifikan. Pada Juni 2017 tercatat meningkat 15 persen dari Rp 92,6 triliun pada akhir Juni 2016 menjadi sebesar Rp 106,2 triliun pada akhir Juni 2017.(K09)