Ketua DK OJK Terpilih, Wimboh Santoso : Kebijakan OJK dan BI Harus Sinkron

Bareksa • 09 Jun 2017

an image
Ketua Dewan Komisioner OJK Terpilih Wimboh Santoso saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/6)

Wimboh bicara soal rencana kerjanya di OJK hingga kasus AJB Bumiputera

Bareksa.com – Terpilih sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) langsung menyibukkan Wimboh Santoso. Tak cuma kebanjiran ucapan selamat dari berbagai pihak, pria kelahiran 15 Maret 1957 ini harus langsung meladeni bermacam pertanyaan dari media.

Agar bisa memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan itu, Wimboh langsung menggelar konferensi pers hari ini, Jumat 9 Juni 2017, difasilitasi oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang merupakan tempatnya dia bernaung saat ini. Di Bank Mandiri, mantan Direktur International Monetary Fund (IMF) ini menjabat sebagai Komisaris Utama.

Setelah menyampaikan kalimat-kalimat pembuka mulai dari pengalaman kerjanya hingga visi dan misi sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh pun mempersilahkan para awak media untuk mengajukan pertanyaan.

Sebagian besar pertanyaan dari media langsung mengarah ke langkah-langkah yang akan dilakukan Wimboh setelah nantinya resmi dilantik. Beberapa pertanyaan lain juga menyinggung kondisi ekonomi saat ini hingga keadaan industri jasa keuangan terkini. Untuk mengetahui secara persis pertanyaan media dan jawaban Wimboh, berikut adalah rangkumannya:

Dalam  5 tahun beroperasi, masih ada kebijakan-kebijakan OJK yang bertabrakan dengan Bank Indonesia?

Regulasi OJK sebenarnya harus sinkron dan bersinergi dengan BI, dan institusi lain juga paham. OJK memfollow up regulasi yang dikeluarkan undang-undang. Ini satu hal yg penting. Dan pertanyaannya, bagaimana hal ini bisa dilakukan? Tentu saja melalui sinergi dengan komunikasi yang baik. Kalau nggak mau dilakukan, ya berat. Bagaimana mengkomunikasikan dengan baik itu penting. Tapi nggak ada defisini komunikasi yang baik itu, pimpinan melakukan dengan baik. Menurut kami sudah bagus, tinggal bagaimana perbedaan yang belum terselesaikan. Ke depannya kami punya waktu yang cukup. Ini kan proses.

Bagaimana melihat kondisi pasar modal, khususnya untuk meningkatkan IPO? Bursa Efek menargetkan 35 emiten baru tahun ini?

Ini menjadi agenda bagaimana agar IPO lebih menarik dari pada kredit bank. Dulu orang nggak mau IPO karena harus transparan, tapi sekarang ada tax amnesty dan lainnya. Jadi, mungkin perlu stimulus, seperti pajak dan lainnya. Soal 35 emiten saya tidak tahu itu target pas, sedikit, atau kebanyakan. Intinya mencari cara agar calon emiten tertarik.

Bagaimana melihat perbedaan zaman BI dan OJK sebelum krisis moneter dan sekarang?

Krisis moneter sangat beda jauh, tahun 1997-1998. Suku bunga dan nilai tukar juga sesuai pasar kalau dulu dipengaruhi kebijakan-kebijakan. Ini lebih memberikan kepastian untuk melakukan kegiatan bisnis. Kebijakan keuangan ada reformasi. Regulasi kita cukup baik. Pada 2010 permodalan kita cukup kuat. Krisis 2008 pasar keuangan dan Indonesia termasuk yang resilient. Jauh lebih bagus dibandingkan krisis 1997-1998.

Bagaimana menjaga independensi OJK dari sisi pemerintah dan industri?

Dalam pengambilan keputusan independen, tapi perlu satu sinergi dan komunikasi agar tidak ada kebijakan yang bertubrukan. Begitu kita sudah paham, kita harus ambil keputusan, memahami dan berkomunikasi, membuat keputusan berdasarkan kemampuan masing-masing.

Kami juga akan independen dari industri. Pengambilan kebijakan akan tetap mengakomodasi diskusi dengan pelaku industri. Ini bukan hal baru, ada working group sejak dari BI, steering committee.

Penyelesaian AJB Bumiputera?

Saya belum mendalami secara detail. Paling ampuh adalah private solution, restrukturisasi bisnis. Kalau tidak private solution, akan panjang birokrasinya. Detilnya seperti apa belum tahu, harus ada skill khusus. Silent tapi done. Kalau didiskusikan di publik malah nggak selesai

Mengenai arahan pertumbuhan kredit, apa sudah punya pandangan baru atau masih satu pandangan dengan OJK lama?

Target kredit bank harus terukur, dilihat kemampuan modal bank apakah mampu tumbuh 11 - 12 persen. Spacenya tumbuh seberapa, likuiditas cukup nggak? Likuiditas industri dan per individu kita bedakan. Total punya kapasitas berapa? Apakah ada modal asing masuk, apakah ekspansi budget atau multiplier yang akan digunakan. Jangan diam duduk. Sekuritisasi juga bisa nambah darah dan kredit akan tumbuh. Demand ada atau nggak. Kalau nggak ada demand, yang pinjam nggak ada. Aktivitas ekonomi nggak jalan. Kalau nggak ada, aktivitas ekonomi diciptakan.

Fokus pertama yang akan dilakukan setelah menjabat?

Efisiensi harus, anggaran perlu lebih efisien. Kita lihat prioritas, apa yg bisa disave, ya disimpan. Misalnya yang lalu terlalu banyak perjalanan, ya kami kurangi.