
Bareksa.com – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) masih mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan di akhir 2016, meski diwarnai penurunan performa PT Bank Jabar Banten Syariah (BJB Syariah). Laba BPD milik Provinsi Jabar dan Banten ini mencapai Rp1,569 triliun atau naik 14,4 persen dari periode akhir 2015 Rp1,372 triliun.
Pada periode sama, BJB Syariah menderita kerugian hingga Rp414,714 miliar dari sebelumnya untung Rp7,279 miliar. Kinerja BJB Syariah tertekan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang membuat operating expense (biaya operasional) naik hingga 375,4 persen dari Rp458,184 miliar menjadi Rp2,178 triliun.
Kemampuan Bank BJB menumbuhkan laba tidak lepas dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) yang mencapai Rp5,686 triliun atau naik 23,3 persen dari Rp4,61 triliun di akhir periode 2015. Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan pun meyakini, pertumbuhan laba perseroan akan terjaga seiring net interest marjin yang berkisar 6,9 persen hingga 7,1 persen tahun ini.
“Laba kami tahun ini juga ditambah BJB Syariah yang performanya akan membaik setelah memperbesar CKPN tahun lalu. Karena proses restrukturisasi pembiayaan bermasalahnya pun sudah terlihat,” ucap Irfan, Kamis, 2 Maret 2017.
Tabel: Perbandingan Rasio Keuangan Bank BJB Vs BJB Syariah
Sumber: Bahan presentasi perseroan
Sambil memperbaiki lagi binsnis BJB Syariah, Bank BJB juga terus berekspansi dengan membiayai beberapa segmen seperti konsumer, korporat dan komersil serta pembiayaan mikro. Irfan menyebut, target kredit perseroan tahun ini bisa tumbuh 11 persen sampai 12 persen.
Dari sisi konsumer, Bank BJB akan terus memperluas produknya seperti kredit pembiayaan rumah (KPR). Untuk KPR, Bank BJB akan menggandeng BPJS Ketenagakerjaan dengan menyasar segmen middle low. “Pilar kedua kami korporat dan komersil yang berbasis proyek APBD dan APBN. Dan untuk mengurangi risiko, kami juga memakai skema sindikasi,” imbuh Irfan.
Sementara untuk segmen mikro, perseroan tetap mengandalkan skema linkage dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Irfan menambahkan, kredit mikro Bank BJB juga akan diperkuat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang ditargetkan mencapai Rp1 triliun.
Aksi Korporasi
Tahun ini, Bank BJB telah memasukkan aksi korporasi yakni skema akuisisi di dalam rencana bisnis bank (RBB). Jika kondisi memungkinkan, Bank BJB akan mengincar asuransi, multifinance, sekuritas, hingga bank.
Belakangan, sempat beredar informasi Bank BJB mengincar PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE). Namun Irfan enggan membenarkan sekaligus membantah kabar tersebut. “Semua kemungkinan terbuka. Yang penting kami sudah masukkan rencana akuisisi di RBB,” kata dia.
Irfan pun enggan menyebut dana yang disiapkan Bank BJB untuk merealisasikan rencana itu. Dia hanya bilang, semua rencana tersebut terus dievaluasi sambil mencermati kondisi terkini.
Begitu juga dengan pembenahan BJB Syariah. Irfan menerangkan, tekanan CKPN tidak membuat Bank BJB langsung memutuskan untuk menyuntik modal BJB Syariah. “Atas CKPN tahun lalu kan akan berbalik di tahun ini. Jika sudah berbalik, tidak perlu lagi suntik modal. Rasio kecukupan modal BJB Syariah juga masih baik sekitar 18 persen,” sebutnya.
Seperti rencana akuisisi, Irfan juga membuka kemungkinan BJB Syariah mendapat investor strategis. Untuk yang satu ini, Irfan ingin agar BJB Syariah kembali kuat terlebih dahulu agar lebih menarik lagi saat waktunya datang. (hm)