BI Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Saham Sektor Perbankan?

Bareksa • 20 Jun 2016

an image
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 7,50 persen sejalan dengan kebijakan moneter guna menjaga infla

BI menurunkan BI Rate 0,25 persen, dari 6,75 persen menjadi 6,5 persen

Bareksa.com- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 15-16 Juni 2016 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,5 persen. Bank Indonesia juga menurunkan BI 7-day (Reverse) Repo Rate 25 bps 5,25 persen dari sebelumnya 5,50 persen, sejalan dengan rencana reformulasi suku bunga kebijakan yang telah diumumkan pada 15 April 2016. 

Pelonggaran kali ini dibarengi dengan penyesuaian kebijakan makroprudensial lainnya seperti rasio kredit terhadap nilai agunan, Loan to Value (LTV), rasio kredit terhadap pendanaan dan Loan to Financing Ratio (LFR). Dalam ketentuan LTV, BI memperlonggar kredit atau pembiayaan mekanisme inden untuk rumah kedua.

Pelonggaran ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit yang pada bulan April yang hanya tumbuh 8 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan bulan Maret yang mencapai 8,7 persen. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga turun menjadi 6,2 persen di bulan April dari sebelumnya 6,4 persen pada bulan Maret.

Lantas dengan berlakunya kebijakan tersebut bagaimana dampaknya terhadap saham-saham perbankan?

Grafik: Pergerakan Harga Saham Perbankan 17 Juni 2016

Sumber: Bareksa.com

Dari transaksi perdagangan sebelumnya akhir pekan lalu, terlihat saham-saham perbankan belum mengalami perubahan yang cukup signifikan dari kebijakan tersebut. Saham yang mengalami kenaikan atas sentimen ini terjadi pada saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dalam sehari masing-masing melonjak 0,6 persen dan 0,5 persen. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru melemah hingga 0,8 persen.

Menurut Billy Nugraha, Analis Avrist Asset Management, pemilihan waktu pemangkasan BI rate saat puasa, sepertinya kurang tepat. Sebab menjelang lebaran masyarakat lebih membutuhkan uang tunai, sehingga perbankan cenderung berusaha memenuhi likuiditas tersebut.

Sementara menurut Head of Research Universal Broker Indonesia, Satrio utomo langkah penurunan LTV ini sudah cukup tepat. Perlambatan ekonomi yang terjadi dalam setahun terakhir ini memerlukan stimulus ekonomi seperti dari pelonggaran kredit.