MARKET FLASH: Adaro Sepakat Amandemen Kontrak; SRIL Klaim Permintaan Tinggi

Bareksa • 10 Jun 2016

an image
Seorang pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit di Dusun Bayas Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (22/12/2015). (ANTARA FOTO/Kasriadi)

ERAA membidik penjualan sebesar Rp22 triliun atau naik 10 persen dari tahun lalu

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.

PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)

ERAA membidik penjualan sebesar Rp22 triliun atau naik 10 persen dibandingkan dengan capaian akhir 2015 dengan menambah jumlah toko baru baik dalam negeri maupun luar negeri. Di Indonesia, Erajaya akan menambah 40 toko baru, empat toko di Singapura, dan 4-5 toko di Malaysia.

Hasan Aulia, Wakil Direktur Utama Erajaya Swasembada, menuturkan perseroan terus meningkatkan ekspansi ritel dan menjalin kerjasama dengan mitra strategis. Untuk mencapai target penjualan Rp22 triliun, perseroan akan mengejar ekspansi ke sejumlah kota besar dan kota lapis kedua yang dinilai potensial, seperti Pontianak.

PT Multistrada Arah Sarana (MASA)

MASA serius menggarap pasar Amerika Serikat (AS). Pemegang merek ban Achiles ini mengalokasikan belanja modal sebesar $30 juta demi memenuhi permintaan ban AS. Uthan M Arief Sadikin, Direktur MASA, mengungkap bahwa belanja modal akan digunakan untuk membeli mesin yang didatangkan dari Jerman.

MASA menggunakan belanja modalnya secara bertahap. Selain proses pembuatan mesin yang butuh waktu, penggunaan belanja modal disesuaikan dengan permintaan di AS. Sejauh ini serapan belanja modal MASA baru 20 persen dari total anggaran. Adapun AS merupakan pasar yang cukup besar, 70 persen penjualan MASA merupakan penjualan ekspor. Dari porsi 70 persen itu, sebesar 10 persen merupakan penjualan ke AS.

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)

SRIL menerbitkan obligasi global sebesar $350 juta atau setara Rp4,63 triliun (kurs Rp13.231 per dolar AS). Surat utang ini berbunga 8,25 persen dengan jatuh tempo pada 2021. Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan Lukminto mengklaim bahwa permintaan surat utang global ini terbilang tinggi.

Manajemen menerbitkan surat utang untuk mencukupi kebutuhan modal kerja dan melakukan refinancing. SRIL akan membeli seluruh obligasi berjaminan sebesar $270 juta dengan bunga 9 persen yang jatuh tempo pada 2019. Pembelian akan dilakukan melalui penawaran tender kepada pemegang obligasi lama.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

ADRO mengklaim telah menyepakati enam isu renegosiasi kontrak pertambangan dengan pemerintah. Kepastian amandemen kontraknya tinggal menunggu komando dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Kami sudah sepakati semua persyaratan dari itu, tinggal tunggu kelanjutannya saja," ungkap Presiden Direktur PT Adari Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Tohir, Rabu 8 Juni 2016.

Adapun enam isu amandemen kontrak ini meliputi; Pertama, pengurangan luas wilayah; Kedua, kelanjutan operasi pertambangan dengan berganti menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP); Ketiga, penerimaan royalti dan pajak untuk negara; Keempat, kewajiban pengolahan dan pemurnian; Kelima, kewajiban divestasi dan terakhir kewajiban penggunaan tenaga kerja, barang dan jasa dalam negeri.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)

SGRO belum bisa lepas dari efek El Nino yang terjadi tahun lalu. Perusahaan itu memproyeksikan produksi crude palm oil (CPO) tahun ini lebih rendah 5-15 persen dari realisasi produksi tahun lalu sebesar 388.000 ton. Oleh karena itu, SGRO tidak memasang target terlalu tinggi. Perseroan memproyeksikan produksi 329.000-368.000 ton tahun ini.

Meski demikian, SGRO tetap merealisasikan rencana ekspansi tahun ini. Perusahaan akan menanam kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan di lahan seluas 4.000-6.000 hektare (ha). Bukan hanya itu, SGRO juga akan membangun pabrik kelapa sawit di Ketapang, Kalimantan Barat, pada semester II 2016.