Deutsche Bank & JPMorgan Diminta Detail Transaksi Skandal Keuangan Malaysia

Bareksa • 01 Apr 2016

an image
PM Najib Rajak

Pejabat Departemen Kehakiman AS telah terbang ke Kuala Lumpur untuk bertemu dengan seseorang yang terkait dengan 1MDB

Bareksa.com – Departemen Kehakiman Amerika Serikat meminta Deutsche Bank dan JPMorgan menjelaskan perjanjian transaksi dengan 1MDB Malaysia secara detail, ungkap sumber di perbankan Jumat (1/4).

Seperti dilansir oleh Reuters, pejabat Departemen Kehakiman AS telah terbang ke Kuala Lumpur untuk bertemu dengan seseorang yang terkait dengan pendanaan badan investasi milik pemerintah Malaysia tersebut.

Namun, sumber tadi menyebutkan JPMorgan dan Deutsche tidak menjadi target investigasi pada tahap ini, tetapi hanya diminta memberi informasi detail.

Seperti diketahui laporan ASWJ sebelumnya menyebutkan ada aliran dana sekitar US$700 juta dari 1MDB kepada rekening pribadi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada 2013. Investigasi oleh lembaga global terhadap skandal 1MDB pun semakin meluas meski Jaksa Agung Malaysia telah menyebutkan bahwa PM Najib tidak melakukan kesalahan apa pun dan menyebutkan aliran dana sekitar US$681 juta adalah hibah dari anggota Kerajaan Arab Saudi.

Di sisi lain, Bank Sentral Singapura juga telah meminta sejumlah lembaga keuangan untuk menyerahkan detail transaksi yang terkait dengan 1MDB. Bank Sentral Singapura itu mencium ada dugaan pencucian uang dalam transaksi tersebut.

Surat Kabar Australia pada Kamis lalu melaporkan bahwa Monetary Authority of Singapore (MAS) telah meminta sedikitnya 40 bank untuk memberi informasi transaksi dengan 1MDB. Beberapa bank yang dimintai detail transaksi antara lain Australia dan New Zealand Banking Group (ANZ) dan National Australia Bank (NAB).

“Sebagai bagian dari investigasi dari kemungkinan pencucian uang dan tindakan lainnya di Singapura, (MAS) telah melakukan sejumlah kajian mendalam terhadap sejumlah transaksi yang mengalir melalui sistem perbankan kami,” demikian bunya pernyataan resmi Bank Sentral Singapura. (CNBC)