MARKET FLASH: Laba TBIG Naik 2 Kali Lipat; Sritex Targetkan Revenue Tumbuh 7%

Bareksa • 28 Mar 2016

an image
Buruh memproduksi tekstil di Pabrik Sritex, Sukoarjo (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Laba AMRT menyusut 16,39%; BTEL rampungkan obligasi konversi

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

Laba bersih AMRT menyusut 16,39 persen sepanjang 2015 menjadi Rp 451,08 miliar dibanding tahun sebelumnya akibat beban yang membengkak. Padahal, pendapatan netto perseroan tercatat naik sebesar 16,3 persen menjadi Rp 48,26 triliun.

Tingginya beban penjualan dan distribusi menjadi penyebab penurunan laba perseroan. Pos beban tersebut naik 25,5 persen menjadi Rp 7,4 triliun. Selain itu, beban umum dan administrasi juga naik 20,3 persen menjadi Rp 952,2 miliar.

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

TBIG mencetak pertumbuhan laba bersih dua kali lipat pada tahun lalu menjadi Rp 1,43 triliun. Lonjakan laba ini salah satunya akibat naiknya manfaat pajak penghasilan bersih yang mencapai Rp 355,83 miliar. Padahal, pada 2014, TBIG harus mencatatkan beban pajak penghasilan bersih Rp 689 miliar.

Selain karena adanya manfaat pajak, lonjakan laba TBIG pun ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 3,32 persen menjadi Rp 3,42 triliun. Pendapatannya naik dari pelanggan seperti Telekomunikasi Selular, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, Telekomunikasi Indonesia, dan Smartfren Telecom.

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL)

BTEL melanjutkan rencana penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) untuk menyelesaikan masalah utang berkepanjangan. Nantinya, obligasi wajib konversi ini dapat ditukar dengan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Besarnya penukaran ini mencapai sebanyak-banyaknya 56 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh BTEL.

Per akhir September 2015, modal ditempatkan dan disetor penuh BTEL mencapai Rp 3,63 triliun. Artinya, penerbitan saham baru bisa mencapai Rp 2,03 triliun. Meski memiliki modal disetor lumayan, BTEL mencatat defisit ekuitas bersih Rp 7,55 triliun. Defisit ini muncul akibat melimpahnya utang BTEL, termasuk obligasi wajib konversi.

PT Sierad Produce Tbk (SIPD)

SIPD menjual kepemilikan saham PT Sierad Industries kepada PT Pacific Raya Propertindo senilai Rp 179,47 miliar. Penjualan termasuk aset unit kantor milik PT Sierad Industries. Keputusan menjual Sierad Industries demi mengurangi beban utang. Ini sesuai kebijakan perusahaan yang akan men-spin off semua aset di luar bisnis inti SIPD.

Bulan lalu, SIPD juga menjual aset berupa bangunan dan tanah seluas 107.420 m2 kepada PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Tanah dan bangunan yang terletak di Desa Kadusirung, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten itu dijual ke BSDE pada 16 Februari 2016 senilai Rp 52,42 miliar. SIPD juga pernah menjual aset pada 2014. Kala itu, SIPD menjual tanah seluas 237,28 ha di Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten senilai Rp 430 miliar kepada PT Charoen Pokphand Jaya Farm Tbk (CPIN).

PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR)

BNBR mencetak pendapatan senilai Rp 4,6 triliun sepanjang 2015, merosot 26,9 persen dari 2014 sebesar Rp 6,3 triliun. Emiten ini mencetak rugi selisih kurs sekitar Rp 722,17 miliar, membengkak dari kerugian sebelumnya senilai Rp 162,7 miliar.

Selain itu, ada penyisihan penurunan nilai investasi Rp 968,09 miliar yang semakin memangkas bottom line perusahaan. Tingginya beban membuat BNBR merugi  Rp 1,74 triliun, membalikkan untung tipis Rp 155,1 miliar pada 2014. BNBR harus mencatatkan ekuitas negatif atau defisiensi modal mencapai Rp 2,9 triliun.

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex

SRIL membidik kenaikan penjualan sebesar 7 persen tahun ini menjadi US$ 675 juta dari realisasi penjualan 2015 senilai US$ 631,34 juta. Selain mengandalkan penjualan dari pesanan seragam militer dan polisi, Sritex juga berharap ada kenaikan penjualan dari seragam batik.

Target tahun ini setara dengan pertumbuhan tahun lalu yang juga mencatat kenaikan penjualan 7 persen. Dari sisi laba, pada 2015 Sritex mengantongi kenaikan laba 10 persen menjadi US$ 55,66 juta dari perolehan laba tahun 2014 senilai US$ 40,45 juta.

PT Anabatic Technologites Tbk (ATIC)

ATIC melalui anak usahanya PT Emporia Digital, bekerja sama dengan Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar duni berbasis di Cina. Anabatic akan membantu usaha kecil menengah Indonesia dalam mengembangkan usaha di dalam dan luar negeri.

Emporia Digital nantinya akan menjadi jalan bagi UKM Indonesia untuk memasarkan produknya di Alibaba.com. Selain menjadi pintu masuk, Emporia akan membantu mengembangkan bisnis UKM melalui konsultasi pengembangan relasi bisnis, packaging produk, alur produksi hingga pengiriman produk.