Bareksa.com - George Soros menilai perekonomian China bakal mengalami 'Hard Landing' seiring dengan perlambatan yang terus terjadi. Menurut dia, kemerosotan perekonomian China dapat mengakibatkan dampak yang luas, seperti memperburuk tekanan deflasi global, menarik turun saham dan mendorong yield obligasi pemerintah Amerika Serikat.
"Sebuah 'Hard Landing' (pertumbuhan ekonomi yang menurun tajam) praktis tidak dapat dihindari," katanya dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television Francine Lacqua dari Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kamis. "Saya tidak mengharapkan hal itu (terjadi), saya mengamati itu," ucap pria kelahiran Hungaria ini.
Menurut Soros, dampak penurunan ekonomi China akan meluas ke seluruh dunia, meskipun pembuat kebijakan di Tiongkok memiliki sumber daya untuk mengelola dampak domestik. Ia pun menambahkan bahwa perhatian terhadap China telah memicu pergolakan di pasar global pada tahun ini di tengah memudarnya kepercayaan investor terhadap kemampuan pemerintah untuk dapat melewati krisis.
Risiko Deflasi
Menurut Soros, angka yang lebih akurat untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi China saat ini sekitar 3,5 persen atau jauh lebih rendah dibanding angka resmi yang baru dipublikasikan pemerintah China sebesar 6,8 persen pada kuartal keempat. Keluarnya arus modal asing menunjukkan sinyal lain tentang terjadinya 'Hard Landing' China. Menurut perkiraan Bloomberg, arus keluar dana asing China dalam 11 bulan pada 2015 mencapai $843 miliar.
"Perlambatan China ditambah dengan penurunan harga minyak serta kompetisi devaluasi mata uang semakin meningkatkan risiko deflasi di seluruh dunia," kata Soros. Indeks Harga konsumen di AS sudah turun 0,1 persen pada Desember, sementara indeks harga industri di Cina juga sudah turun untuk rekor 46 bulan berturut-turut.
Soros mengatakan, akan terkejut jika Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi setelah menaikannya pada Desember untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Menurut dia, The Fed membuat kesalahan ketika mengangkat suku bunga. Penyebabnya, konsumen sepertinya kurang merespon penurunan biaya pinjaman dengan peningkatan konsumsi.
Namun tidak semua orang memiliki pandangan pesimis. Menurut Goldman Sachs Private Wealth Management, Investor mungkin melebih-lebihkan perlambatan China yang akan berdampak pada seluruh dunia, dan ekonomi sepertinya akan menghindari 'Hard Landing' tahun ini.
Sementara itu, Heather Arnold yang menjabat sebagai manajer investasi dan direktur riset di Templeton Global Advisors Ltd, mengatakan dalam sebuah wawancara di Tokyo pekan ini bahwa China tidak harus menjadi perhatian besar bagi investor global, dan dia telah meningkatkan kepemilikan saham. "Dalamnya pesimisme yang ada di luar sana tampaknya tidak beralasan," kata Arnold.
Saham AS rebound dari level terendah dalam 21 bulan pada Kamis (21 Januari 2016), dengan rally yang membawa melalui ke pasar Asia pada hari ini (Jumat, 22 Januari 2016). MSCI Asia Pacific Index naik 2,4 persen pada 10:32, sementara harga minyak naik dan ringgit Malaysia memimpin kenaikan dalam mata uang pasar berkembang. Shanghai Composite Index naik 0,3 persen.
Sementara harga aset mungkin memasukkan reli jangka pendek, Soros mengatakan, dia belum melihat tanda-tanda bahwa pasar sudah mencapai level terendah. "Masih terlalu dini untuk membeli," katanya.