Stok Sawit Malaysia Turun, Harapan Baru untuk Emiten Sektor Perkebunan?

Bareksa • 12 Jan 2016

an image
Seorang pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit di Dusun Bayas Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Selasa (22/12/2015). (ANTARA FOTO/Kasriadi)

"Kami percaya bahwa dampak dari el-nino baru saja dimulai"

Bareksa.com - Persediaan minyak sawit di Malaysia periode Desember 2015 menurun seiring dengan rendahnya produksi karena fenomena El-Nino yang merusak pola cuaca pada tahun lalu. Mengutip riset Macquarie yang telah dipublikasikan pada 11 Januari 2015, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan stok crude palm oil (CPO) Desember sebesar 2,63 juta ton, di bawah perkiraan konsensus sebesar 2,76 juta ton. Berdasarkan pada data MPOB, penurunan stok kali ini merupakan yang pertama kali sejak meningkatnya aktifitas El-Nino pada Agustus 2015.

Menurut riset Macquarie, pada Desember biasanya produksi CPO Malaysia hanya berkurang sekitar 11 persen dari bulan sebelumnya. Namun kali ini, produksi yang berhasil dicapai hanya sebesar 1,4 juta ton atau turun 14 persen dari bulan sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa efek El-Nino 2015 terbilang lebih besar dibanding tahun sebelumnya.

"Kami percaya bahwa dampak dari El-Nino baru saja dimulai dan kami memandang bahwa produksi cenderung menurun lebih besar dari yang seharusnya," ujar Alan Lim analis MIDIF Research seperti dikutip dari The Malaysian Insider. (Baca juga: Apakah La Nina Berpengaruh Terhadap Harga Komoditas?)

Grafik: Stok & Produksi Minyak Sawit Malaysia


sumber: Malaysian Palm Oil Board, diolah Bareksa

Di sisi lain, Macquarie menilai bahwa permintaan CPO masih dalam kondisi yang cukup baik. Ekspor CPO Malaysia per Desember memang dilaporkan turun 2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun penurunan tersebut masih lebih baik dari perkiraan konsensus sebesar 5 persen. Macquarie menilai bahwa permintaan masih cukup tinggi karena harga sawit yang lebih kompetitif dibanding komoditas lain seperti minyak kedelai.

Berdasarkan catatan Macquarie, minyak sawit pada Desember diperdagangkan lebih rendah $157 per ton dibanding harga minyak kedelai. Penurunan produksi yang didukung oleh permintaan  cukup tinggi tentunya dapat mendukung peningkatan harga CPO pada 2016 ini.    

Di pasar komoditas, dampak dari El-Nino sudah terasa sejak September 2015. Berdasarkan data Bareksa, harga CPO periode 26 Agustus 2015 telah menyentuh level RM1.867 per ton atau terendah sepanjang tahun. Namun sejak September harga mulai bergerak naik 33 persen menuju level RM2.400 per ton.

Grafik: Harga CPO

 

sumber: Bareksa.com

Grafik: Return Indeks Saham Perkebunan 2015


sumber: Bareksa.com

Namun, peningkatan harga  pada kuartal terakhir 2015 tidak diikuti dengan naiknya harga saham perusahaan-perusahaan sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sepanjang 2015 indeks saham perkebunan turun 26,87 persen, lebih dalam dari IHSG yang turun 12,13 persen. Sementara pada tiga bulan terakhir, indeks saham perkebunan baru menguat 6 persen.