MARKET FLASH: Pembangunan 2 Kilang Dipercepat; BMRI Cari Pinjaman $500 Juta

Bareksa • 22 Dec 2015

an image
Nasabah bertransaksi melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Jakarta - (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

WIKA spin off unit usaha; MEDC beli saham pemilik gedung US$166,84 juta

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

Paket Kebijakan VIII

Pemerintah segera menerbitkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mempercepat realisasi pembangunan dua kilang yang berlokasi di Tuban Jawa Timur dan Bontang Kalimantan Timur. Percepatan pembangunan kilang itu masuk dalam paket kebijakan ekonomi tahap VIII yang diumumkan Senin (21 Desember 2015).

Pemerintah memproyeksikan defisit pasokan BBM akan meningkat menjadi 1,2 -1,9 juta barel per hari pada 2025. Selisih permintaan dan pasokan minyak itu akan terjadi apabila tidak ada penambahan kapasitas kilang baru berkapasitas 300.000 barel per hari. Selain kilang, paket kebijakan itu juga mengatur soal penghapusan bea masuk suku cadang pesawat dan kebijakan satu peta atau one map policy skala 1:50.000.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

BMRI tengah mengkaji mencari pinjaman senilai US$500 juta - US$1 miliar untuk mengantisipasi permintaan kredit. BMRI akan menjajal pinjaman bilateral dari lembaga-lembaga yang biasa membiayai proyek-proyek besar, misalnya export credit agency (ECA).

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memprediksi perekonomian Indonesia pada 2016 akan ada perbaikan sehingga perseroan lebih optimistis. Selain itu, proyek-proyek juga sudah mulai berjalan sehingga butuh pendanaan besar.  

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA melanjutkan rencana penggabungan unit usaha Departemen Bangunan Gedung ke dalam anak usaha yang bakal melakukan aksi penawaran saham perdana, PT Wika Gedung. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Suradi memaparkan penggabungan itu dilakukan supaya Wika Gedung lebih bagus dan lebih menjanjikan. Salah satu usaha WIKA akan melepas unit tersebut (spin off).

Wika Gedung tengah dipertimbangkan untuk menawarkan saham perdana (IPO) pada 2017 dan rencana penggabungan unit usaha ke dalam anak usaha itu kemungkinan sebelum aksi korporasi itu dilakukan. Berdasarkan laporan keuangan WIKA pada kuartal III-2015, jumlah aset Wika Gedung mencapai Rp1,19 triliun dengan ekuitas Rp247 miliar. Pada 31 Desember 2014, ekuitas Wika Gedung mencapai Rp152,69 miliar

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

MEDC membeli 51 persen saham PT Api Metra Graha dari Jaden Holdings Limited dan Jaden Ivestment Inc. dengan nilai transaksi mencapai US$166,84 juta. Pembelian saham tersebut dilakukan bersama dengan anak usahanya PT Medco Energi Nusantara. Perseroan mengumumkan bahwa penandatanganan agreement for the sale and purchase of share telah dilakukan pada 17 Desember.

Dengan begitu, susunan pemegang saham PT Api Metra Graha (AMG) menjadi MEDC sebesar 99,32 persen dan sisanya 0,68 persen Medco Energi Nusantara. AMG adalah pemilik dari gedung perkantoran The Energy yang berlokasi di SCBD lot 11A, Jakarta Selatan. MEDC tidak menyebutkan sumber dananya.

PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP)

IIKP baru saja mengakuisisi 98,96 persen saham PT Agro Artha Surya. IIKP menandatangani nota kesepahaman dengan penjual PT Bukit Berlian Plantations 17 Desember lalu. Untuk akuisisi tersebut, IIKP merogoh dana US$ 50 juta. Dengan nilai tukar rupiah Rp 14.000 per dollar AS, transaksi itu sekitar Rp 700 miliar.

IIKP bisa mencari pinjaman perbankan atau lembaga pendanaan lain. Inti Agri juga mengkaji opsi penambahan modal baru. Maklum, pada kuartal ketiga, kas dan setara kas IIKP hanya Rp 122,41 juta. Agro Artha Surya merupakan pemegang izin pengelolaan lahan kelapa sawit seluas 19.951 hektare. Lahan Argo Artha Surya tersebar di Wonosari, Paguyaman, Gorontalo. Dengan akuisisi ini, IIKP memperkirakan akan memperoleh pendapatan tambahan sekitar Rp 215 miliar.

Konsolidasi Mesin ATM

Konsolidasi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) bank-bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) akhirnya terwujud. Konsolidasi ini bermanfaat baik bagi bank maupun nasabah. Secara matematis konsolidasi ATM menyebabkan penghematan biaya pengelolaan ATM senilai total Rp 6,8 triliun per tahun.

Bagi masyarakat, terjadi penghematan biaya transaksi ATM sekitar Rp 7,3 triliun per tahun. Lewat ATM Himbara, tarif transaksi transfer antar bank Himbara turun lebih dari 50 persen menjadi Rp 4.000. Untuk tarif tarik tunai di bank lain sesama anggota Himbara turun lebih dari 90 persen menjadi hanya Rp 500.