
Bareksa.com - Kini terdapat dua operator taksi yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) yang telah telah listing sejak pada 2 November 2012 dan PT Blue Bird Tbk (BIRD) listing di Bursa pada tanggal 5 November 2015.
Tahun 2014 kemarin merupakan tahun yang cukup sulit karena terdapat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan memberi imbas tersendiri bagi keduanya. Kebijakan ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo yang mengumumkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Premium naik 31 persen menjadi Rp8.500 per liter dan solar naik 36 persen menjadi Rp7.500 per liter sedangkan harga minyak tanah tetap Rp2.500 per liter pada, Senin 17 November 2014.
Setelah itu, pada pertengahan Desember Express menyesuaikan tarif bawah dari batas yang diberikan oleh pemerintah. Saat ini tarif taksi Express untuk buka pintu meningkat menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp6.500. Kemudian untuk biaya per kilometer naik menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.000.
Tarif Blue Bird yang sebelumnya menggunakan tarif atas malah ikut menyesuaikan kenaikan dengan tarif taksi bawah baru menjadi Rp7.500 untuk tarif buka pintu dari sebelumnya Rp7.000, dan Rp4.000 untuk tarif per kilometer dari sebelumnya Rp3.600.
Hal tersebut tentu membuat persaingan semakin ketat karena kini keduanya menggunakan tarif yang sama. Lalu bagaimana perbandingan kinerja keuangan keduanya ?
Dari segi pertumbuhan pendapatan, TAXI lebih unggul dibanding BIRD. Itu tercermin dari tingginya pertumbuhan pendapatan (CAGR) TAXI yang mencapai 30,7 persen, sedangkan BIRD hanya 22,6 persen. Namun, pertumbuhan pendapatan keduanya melambat pelambatan pada 2014.
Pada 2014, TAXI hanya membukukan pendapatan Rp890 miliar atau melambat menjadi 29,56 persen. Padahal tahun sebelumnya bisa membukukan pertumbuhan 32 persen. Pendapatan BIRD mencapai Rp4,76 triliun pada 2014 atau melambat menjadi 21,34 persen dibanding tahun sebelumnya 27 persen.
Grafik Pertumbuhan Pendapatan 2012-2014 TAXI dan Blue Bird
Sumber: Bareksa.com
Akan tetapi, pertumbuhan laba BIRD malah lebih unggul dibanding TAXI. Itu tercermin dari tingginya pertumbuhan laba (CAGR) BIRD yang mencapai 29,53 persen, sedangkan TAXI hanya 22,21 persen. Namun, tetap saja pertumbuhan laba keduanya tidak segemilang tahun sebelumnya.
Laba Blue Bird pada 2014 hanya naik tipis 3,8 persen menjadi Rp740 miliar, dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp713 miliar. Hal tersebut merupakan imbas dari meningkatnya beban bunga serta biaya operasional akibat ekspansi agresif setelah BIRD memperoleh dana dari hasil penjualan saham perdana (Initial Public Offering / IPO).
Sebaliknya, laba TAXI pada 2014 juga turun menjadi Rp118 miliar dari sebelumnya Rp132,42 miliar akibat pembengkakan beban bunga. Beban bunga TAXI meningkat 81,88 persen menjadi Rp153,9 miliar akibat penerbitan obligasi pada Juni 2014.
Grafik Pertumbuhan Laba Bersih 2012-2014 TAXI dan Blue Bird
Sumber: Bareksa.com
Dari sisi utang pada periode 2014 dan 2013, rasio perbandingan nilai utang dengan ekuitas (debt to equity ratio/DER) TAXI naik menjadi 2,37 kali dibanding sebelumnya 1,68. Hal tersebut juga disebabkan penerbitan obligasi yang ikut berdampak pada peningkatan total utang TAXI hingga 58,13 persen menjadi Rp2,12 triliun. Obligasi senilai Rp989,12 miliar tersebut digunakan untuk pembelian aset tetap berupa tanah, bangunan, kendaraan operasional, serta infrastruktur pendukung lainnya.
Sementara, DER BIRD semakin membaik menjadi 1,01 kali dari sebelumnya 3,16 kali pada 2013. Nilai DER yang membaik didorong penawaran umum perdana (IPO) saham BIRD karena modal perusahaan bertambah menjadi Rp3,6 triliun dari sebelumnya hanya Rp1,21 triliun.
Grafik DER Blue Bird dan Express 2011-2013
Sumber: Bareksa.com