Kinerja UNTR Februari Turun; 1/3 Analis Tambang Masih Beri Respon Positif

Bareksa • 26 Mar 2015

an image
Alat berat milik United Tractors. (company)

Penjualan Komatsu mencapai 275 unit pada Februari, naik dari Januari, tapi turun dari tahun lalu

Bareksa.com - Penurunan volume penjualan alat berat merek Komatsu oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) masih ditanggapi positif oleh analis. Perhatian analis justru pada penurunan pengupasan dan produksi batubara yang menunjukan masih lemahnya industri pertambangan di Indonesia.

Volume penjualan alat berat bulan Februari 2015 sebanyak 275 unit turun 26,5 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Tetapi jika dibandingkan dengan Januari 2015 tercatat mengalami kenaikan 12,7 persen.

Analis JP Morgan, Aditya Srinath dalam laporan yang telah disampaikan kepada nasabah menilai bahwa dengan kinerja dua bulan pertama, UNTR dapat mencapai penjualan setahun hingga 3.225 unit dan laba masih bisa tumbuh 5 persen. Pertumbuhan laba juga bisa ditopang dari peningkatan margin akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini.

"Hal ini membuat kami percaya bahwa masih ada potensi kenaikan bila data melanjutkan perbaikan, meskipun harga saham sudah naik 22 persen sejak awal tahun (dibandingkan kenaikan IHSG 4 persen)," tulisnya dalam riset.

Grafik Perbandingan Penjualan Komatsu Oleh UNTR


Sumber: Bareksa.com

Namun sayangnya dari bisnis kontraktor pertambangan juga masih belum menunjukan tanda-tanda kebangkitan industri pertambangan. Jumlah produksi batu bara yang dilakukan anak usaha, PT Pamapersada (PAMA) Februari 2015 hanya 8,2 juta ton, merosot dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 9,4 juta ton.

Analis Mandiri Sekuritas Hariyanto Wijaya menyematkan rekomendasi jual kepada saham ini dengan target harga Rp13.950 per saham. Menurutnya, kinerja pengupasan dan produksi batu bara UNTR berada di bawah prediksi Mandiri Sekuritas. Selain itu, harga batu bara yang masih rendah juga diperkirakan memberatkan kinerja PAMA.

"Karena lemahnya harga batu bara, klien PAMA menegosiasikan biaya kontrak pertambangan mereka yang efektif sejak awal 2015. Biaya kontrak pertambangan yang turun dapat menekan marjin laba PAMA," tulisnya dalam riset yang sudah disebarkan pada nasabah.

Berdasar pada data konsensus, hanya 36 persen dari analis yang mangamati UNTR memberikan rekomendasi beli. (np)