
Bareksa.com – Defisit transaksi berjalan kuartal II-2014 melebar menjadi USD9,1 miliar atau 4,3 persen dari PDB dibandingkan kuartal I-2014 lalu sebesar USD4,2 miliar atau 2,1 persen dari PDB dipicu pemberlakuan larangan ekspor bahan tambang mineral mentah.
Angka defisit tersebut sedikit lebih kecil dari nilai defisit tertinggi pada kuartal II-2013 sebesar USD10,1 miliar. Transaksi berjalan merupakan komponen neraca pembayaran pemerintah yang mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa serta pembayaran hasil investasi investor asing dan transfer unilateral seperti bantuan pemerintah.
Secara tahunan nilai defisit terus mengalami kenaikan akibat beberapa faktor, pertama turunnya ekspor komoditas karena pelemahan permintaan serta terdapat larangan ekspor di tahun 2014 ini.
Faktor kedua, impor terus mengalami peningkatan karena kenaikan impor barang modal karena adanya pertumbuhan infrastruktur yang berimplikasi positif. Tetapi negatifnya kenaikan impor juga berasal dari peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM).
Faktor ketiga adalah iklim investasi di Indonesia yang semakin baik mendorong investasi investor asing yang tercermin dari kenaikan nilai FDI (Foreign Direct Investment), sehingga terjadi peningkatan pembayaran repatriasi seperti deviden.
Tabel Transaksi Berjalan Periode 2009 sampai Juni 2014 (Dalam USD Miliar)
Sumber : BI, diolah Bareksa.com
“Hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan diperkirakan mencapai USD27 miliar atau sebesar 3,2 persen dari PDB,” ungkap Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo kemarin (15/8).
Transaksi berjalan Indonesia kembali mengalami defisit sejak akhir tahun 2011 mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 36,42 persen menjadi Rp12.224 per dolar Amerika pada akhir tahun 2013 dari Rp8.960 per dolar Amerika diawal tahun 2011. Momentum positif dari Pemilu mendorong penguatan rupiah hingga Rp11.661 per dolar Amerika.
Apakah pelebaran defisit transaksi berjalan akan kembali mendorong pelemahan rupiah?
Grafik Transaksi Berjalan dan Pergerakan Rupiah
Sumber : BI, Bareksa.com
*oleh Ni Putu Kurnia Sari