Tips Alokasi Aset Investasi di Masa New Normal

Bareksa • 16 Jul 2020

an image
Ilustrasi sepasang investor pria dan wanita berpakaian formal mengenakan masker penutup mulut sambil melihat laptop dan memegang kertas laporan data ekonomi hasil investasi

Sesuaikan pilihan investasi dengan tujuan investasi, profil risiko dan jangka waktu investasi

Bareksa.com - Setelah tertekan akibat pandemi virus corona Covid-19, ekonomi Indonesia diperkirakan mulai bangkit karena pemerintah mulai menerapkan era new normal. Hal ini bisa mendorong kinerja investasi di pasar modal, termasuk reksadana.

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menyatakan pembukaan kembali ekonomi secara gradual memberikan optimisme akan mulainya pemulihan ekonomi, meski masih dibayangi dengan kembali meningkatnya kasus Covid-19.

“Semester II-2020 diharapkan menjadi titik balik pemulihan ekonomi setelah mengalami penurunan yang dalam pada semester I, khususnya pada kuartal II-2020,” kata Ivan dalam acara diskusi BizInsight online yang diadakan oleh Bank Commonwealth, 14 Juli 2020.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan bagi pasar modal Indonesia, kini terpantau sudah naik sekitar 30 persen sejak menyentuh level terendah tahun ini pada Maret 2020. Ke depannya, IHSG bisa diperkirakan naik lagi hingga menyentuh 5.500 di akhir tahun.

Grafik Pergerakan IHSG Year to Date

Sumber: Bareksa.com

Pasar modal dikenal sebagai salah satu leading economic indicator sehingga pergerakan pasar modal cenderung akan mengikuti perubahan pandangan dan ekspektasi pada pertumbuhan ekonomi dan bisnis ke depannya. Dengan mencermati indikator ini, masyarakat bisa memilih berbagai instrumen investasi di pasar modal.

Khusus untuk masyarakat awam yang tidak punya waktu memantau aset investasinya, Ivan menyarankan untuk berinvestasi di reksadana. Sebab, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang profesional dan berpengalaman dalam mengelola investasi.

Selain itu, Ivan menambahkan, yang terpenting bagi investor di masa apapun adalah diversifikasi aset dan tetap menyesuaikan pilihan investasinya dengan tujuan investasi, profil risiko dan jangka waktu investasi.

Pada saat ini, lanjutnya, investor disarankan untuk menyesuaikan alokasi aset portofolionya. Untuk investor dengan profil risiko balanced direkomendasikan untuk sementara mengurangi porsi saham dan mengalihkan ke obligasi untuk menurunkan tingkat volatilitas portofolio, dengan proporsi 25 persen reksa dana saham, 40 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, 35 persen reksa dana pasar uang.

Grafik Ilustrasi Alokasi Investasi

Sumber: Commonwealth Bank, diolah Bareksa.com

Sedangkan untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi dan 15 persen reksa dana pasar uang. Dan agar tetap aman, berinvestasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking.

Tips tambahan bagi investor yang mau membeli reksadana saham, Ivan mengatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan. "Pertama, perhatikan profil risiko. Reksadana saham disarankan hanya untuk investor dengan profil risiko tinggi," ujarnya.

Reksadana saham, sesuai dengan isi portofolionya, berisikan saham yang harganya bisa naik-turun dalam waktu cepat. Namun, dalam jangka waktu yang panjang, reksadana saham berpotensi memberikan imbal hasil tinggi.

"Kedua, pastikan uang investasi reksadana adalah uang dingin, yaitu bukan uang yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Uang investasi reksadana saham sengaja dipisahkan untuk jangka panjang," jelas Ivan.

Reksadana adalah kumpulan dana dari masyarakat pemodal yang dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio efek, seperti saham, obligasi dan pasar uang. Risiko reksadana beragam tergantung isi portofolionya.

Reksadana jenis pasar uang memiliki risiko paling rendah, diikuti dengan reksadana pendapatan tetap yang berisikan efek surat utang atau obligasi. Sementara itu, reksadana saham dan reksadana indeks saham memiliki risiko tinggi karena harga saham bisa berfluktuasi dalam jangka pendek.

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.