BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Prospek Kinerja Reksadana pada 2020 di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga

08 Oktober 2019
Tags:
Prospek Kinerja Reksadana pada 2020 di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga
Ilustrasi investor memantau perkembangan investasinya di reksadana, saham, dan obligasi (shutterstock)

Sepanjang tahun ini BI telah memangkas suku bunga acuan 75 basis poin

Bareksa.com - Sepanjang berjalannya tahun 2019, Bank Indonesia (BI) hingga saat ini sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali berturut-turut yakni pada pertemuan Juli, Agustus, dan September dengan total pemangkasan 75 basis poin/bps (0,75 persen).

Saat ini, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate 5,25 persen. Hal yang dilakukan oleh BI juga jadi tren bank sentral di banyak negara. Bagaimana dampaknya ke investasi reksadana? Jenis reksadana apa yang diuntungkan?

Menurut analisis Bareksa,reksadana terproteksi yang beraset dasar obligasi akan mendapat keuntungan dari penurunan suku bunga acuan. Hal itu dikarenakan sektor ini menjadi potensi bagi para investor.

Promo Terbaru di Bareksa

Reksadana berbasis instrumen berpendapatan tetap, baik pasar uang maupun obligasi terlihat lebih menguntungkan dibandingkan yang berbasis saham. Karena indeksnya sendiri yang berhubungan dengan saham, baik campuran maupun reksadana saham mengalami penurunan, sehingga secara rata-rata sebenarnya di bawah raihan dari kerja reksadana berbasis obligasi maupun pasar uang.

Sejauh ini, pasar reksadana terlihat masih bisa berjalan sesuai ekspektasi. Di mana reksadana jenis pendapatan tetap sebagai salah satu yang diminati karena menghasilkan petumbuhan tertinggi sejauh ini.

Berdasarkan indeks reksadana Bareksa, sejak awal tahun hingga penutupan 4 Oktober 2019, reksadana pendapatan tetap memimpin kenaikan dengan 7,29 persen year to date (YtD).

Adapun di posisi kedua ditempati reksadana pasar uang dengan return 3,89 persen YtD, kemudian di posisi ketiga ditempati reksadana campuran dengan return 2,45 persen YtD, dan terakhir ditempati reksadana saham yang negatif 7,15 persen.

Sementara itu, kinerja bursa saham domestik yang tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi dengan -2,15 persen YtD.

Illustration
Sumber: Bareksa

Di sisi lain, beberapa ekonom memprediksikan penurunan suku bunga acuan oleh BI masih bisa berlanjut jelang akhir tahun nanti. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi Indonesia yang masih tergolong rendah. Apalagi, pemerintah ingin memastikan pertumbuhan ekonomi nasional tetap berada di atas 5 persen, meskipun ada ancaman resesi ekonomi global.

Tahun depan harusnya kondisi ekonomi bisa lebih baik. Kabinet pun baru. Kalaupun ada sentimen negatif, pasar kemungkinan akan mencerna sampai akhir tahun untuk melihat apakah kebijakan-kebijakannya makin positif atau tidak.

Meneropong Reksadana di 2020

Potensi Reksadana tahun depan diprediksi memiliki peluang lebih cerah. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.

Hal itu cukup baik di antara negara-negara lain. Di Eropa masih ada potensi perlambatan, kemudian di Amerika Serikat(AS) juga datanya tidak seperti yang diperkirakan sebaik di awal tahun.

Apalagi, kondisi politik global juga diperkirakan bisa lebih stabil dibandingkan tahun ini. Namun, kita tetap harus waspada dalam melihat dinamika global yang terus berubah.

Peristiwa perang dagang yang terjadi antara AS dan China juga bukan hanya soal ekonomi, namun juga teknologi. Sehingga berdampak ke banyak faktor.

Secara konsensus seperti pendapat lembaga-lembaga dunia melihat bahwa 2020 lebih baik dari 2019, apalagi 2021. Kalau tahun ini banyak hal yang memang tidak terukur.

Perang dagang yang mulai muncul lagi, kemudian Brexit yang baru Oktober tanggal 10 ditentukan, lalu kondisi geopolitik di Timur Tengah misalnya dengan Iran, serta pemboman minyak di Arab Saudi yang memengaruhi harga minyak dan energi.

Untuk diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Sementara itu, reksadana syariah hanya bisa berinvestasi pada efek yang masuk dalam pengelolaan secara syariah.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,83

Up0,41%
Up3,42%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,99%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,19

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,19%
Up17,64%
Up43,00%

STAR Stable Income Fund

1.915,47

Up0,56%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,23%
Up30,98%
Up60,12%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.758,34

Down- 0,06%
Up3,14%
Up0,01%
Up4,70%
Up19,28%
Up48,00%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,12

Up0,26%
Up2,10%
Up0,02%
Up3,01%
Down- 1,39%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua