BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Kinerja 2018 Dorong Saham TINS, Bagaimana Prospeknya?

16 Januari 2019
Tags:
Kinerja 2018 Dorong Saham TINS, Bagaimana Prospeknya?
Pekerja PT Timah Tbk (TINS) di tempat penyimpanan logam timah batangan. (Dokumentasi PT Timah)

TINS bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 3.538 kali

Bareksa.com - Harga Saham PT Timah Tbk (TINS) pada perdagangan Selasa, 15 Januari 2019 ditutup meroket 9,24 persen dengan berakhir pada level Rp945 per saham.

TINS bergerak atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 3.538 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp48,19 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak membeli saham TINS pada perdagangan kemarin antara lain CGS-CIMB Sekuritas (YU) senilai Rp14,29 miliar, kemudian RHB Sekuritas (DR) Rp7,43 miliar, dan Deutsche Sekuritas (DB) Rp7,42 miliar.

Promo Terbaru di Bareksa

Nilai pembelian ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan TINS masing-masing sebesar 29,65 persen, 15,42 persen, dan 15,40 persen.

Kinerja 2018 & Target 2019

Sepanjang 2018, PT Timah Tbk mencatatkan volume produksi bijih timah sebesar 44.380 ton tahun 2018 atau naik sekitar 43 persen menjadi dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2017 sebesar 31.035 ton.

Emil Ermindra, Direktur Keuangan PT Timah Tbk mengatakan hingga tutup tahun 2018 emiten berkode saham TINS tersebut menorehkan jumlah volume produksi logam dan penjualan ekspor naik sekitar 10,5 persen menjadi 33.425 ton, dibandingkan dengan kinerja tahun 2017 yang mencapai sebesar 30.249 metrik ton.

Dengan tercapainya target volume produksi bijih timah yang cukup tinggi serta pencapaian penjualan ekspor logam timah tersebut, TINS optimis mampu mengantongi laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan laba pada 2017 yang sebesar Rp502 miliar.

“Untuk laba, minimal akan sama atau bahkan sedikit lebih tinggi sekitar di bawah 10 persen dibanding pencapaian kinerja laba tahun 2017,” ujarnya Senin (14 Januari 2019) seperti dilansir Kontan.

Sementara untuk tahun 2019, TINS memasang target produksi bijih timah sebesar 38.600 ton atau naik di atas 15 persen dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2018.

Emil memproyeksikan harga logam timah pada tahun ini masih stabil di level US$20.000 per metrik ton dengan tingkat pertumbuhan konsumsi logam timah dunia bakal meningkat 0,4 persen pada 2019. “Diperkirakan bahwa tingkat konsumsi logam timah dunia pada tahun 2019 masih dalam kisaran 360.000 metrik ton hingga 370.000 metrik ton,” ujarnya.

Dengan adanya program pengkajian dan pengembangan yang dilakukan sepanjang tahun 2018, Emil optimis hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap kesiapan TINS untuk menghadapi peluang dan tantangan usaha pada 2019.

Kasus Segel Gudang

Sejumlah eksportir timah, selain PT Timah Tbk, tersangkut kasus penyegelan gudang oleh Kepolisian karena ada dugaan pihak yang bukan pemegang izin melakukan aktivitas ilegal. Akibatnya, sejumlah produk timah batangan dan bijih timah Indonesia yang diverifikasi oleh PT Surveyor Indonesia (Persero) di Bangka Belitung tidak bisa diekspor.

Kasus ini, menurut Asosiasi Eksportir Timah Indonesia, bisa memengaruhi kinerja ekspor timah Indonesia. Berdasarkan data asosiasi, pada 2017 ekspor timah Indonesia mencapai 77.000 metrik ton, sementara pada 2018 turun menjadi 75.000 metrik ton.

Analisis Teknikal Saham TINS

Illustration

Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham TINS pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa saham ini bergerak sangat positif dalam rentang yang lebar hingga berakhir dua tick di bawah level tertingginya.

Volume terlihat mengalami lonjakan cukup signifikan dibandingkan sehari sebelumnya menandakan adanya aksi beli serta antusiasme yang besar dari pelaku pasar. Kemudian investor asing juga terpantau banyak mengoleksi saham TINS dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp12,69 miliar.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terlihat masih bergerak naik meskipun telah memasuki area jenuh beli. Hal ini mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat berada di level psikologis Rp1.000.

(KA01/hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua