BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Bursa Wall Street Kembali Tertekan Aksi Jual Akibat Sentimen Perang Dagang Trump

20 Maret 2018
Tags:
Bursa Wall Street Kembali Tertekan Aksi Jual Akibat Sentimen Perang Dagang Trump
A trader looks at stock prices on a screen while working on the floor of the New York Stock Exchange shortly before the closing bell in New York August 26, 2015. REUTERS/Lucas Jackson

Saham Facebook ditutup tergelincir 6,77 persen. Facebook mungkin telah menjadi katalis bagi penurunan pasar.

Bareksa.com - Kepala Ekuitas Wedbush Securities, Ian Winer, menyatakan aksi jual di bursa Wall Street pada Senin, 19 Maret 2018, sekitar 80 persen diperkirakan akibat kekhawatiran soal kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang bisa memicu perang dagang internasional. Kebijakan Trump bahkan dinilai sebagai krisis konstitusi.

Beberapa saham yang anjlok di antaranya Facebook Inc. Pelaku pasar mencerna krisis Twitter Trump. Alhasil saham Facebook ditutup tergelincir 6,77 persen.

Tiga indeks utama saham AS kompak menurun pada Senin dengan Indeks Dow Jones turun 336 poin (-1,35 persen), Nasdaq kehilangan138 poin (-1,84 persen) dan S&P 500 melemah 39 poin (-1,42 persen).

Promo Terbaru di Bareksa

Adapun saham-saham yang menekan Dow Jones antara lain Caterpillar (-2,75 persen), Johnson & Johnson (-2,57 persen), 3M Co (-2,39 persen), dan Mc Donald’s Corp (-2,06 persen).

"Orang-orang mulai memperkirakan kemungkinan krisis konstitusional yang nyata," kata Winer, seperti dilansir dari CNBC, 20 Maret 2018.

Berita buruk untuk Facebook mungkin telah menjadi katalis bagi penurunan pasar pada hari Senin. Tetapi analis mengatakan ada banyak alasan untuk kembali terjadinya aksi sell off. Kondisi ini akibat ketidakpastian kebijakan yang diciptakan Gedung Putih.

Saham Facebook jatuh setelah berita pada akhir pekan lalu bahwa Cambridge Analytica memperoleh data dari jutaan penggunanya (sekitar 50 juta). Perusahaan tersebut telah bekerja pada iklan Facebook untuk kampanye Trump pada pemilu 2016 lalu.

Sementara itu, ketakutan akan perang perdagangan global masih berada di puncak daftar kekhawatiran yang dipicu oleh pemerintahan Trump.

Tetapi para analis juga mengatakan investor juga khawatir atas penyelidikan Rusia yang sedang berlangsung, termasuk apakah Presiden Donald Trump akan memecat jaksa khusus, juga menjadi sentimen pasar.

Selain itu, ekonomi nampaknya telah kehilangan beberapa faktor kenaikkannya. Ekonom tidak lagi melihat perkiraan pertumbuhan 3 persen untuk kuartal pertama tahun ini.

Data real estate dan penjualan ritel terbaru menimbulkan pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan konsumen, dan ada kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed dapat memperlambat segalanya, bahkan lebih buruk lagi.

Dalam waktu dekat, investor menunggu keputusan The Fed untuk mendapatkan gambaran lebih jelas. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memulai pertemuan dua hari yang dibuka pada hari Selasa dan akan merilis prakiraan ekonomi dan suku bunga baru pada hari Rabu.

The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga. Tetapi tingkat kenaikan suku bunga di masa depan tidak jelas, dan analis mengatakan reaksi pasar saham bisa menjadi negatif jika The Fed mengharapkan lebih dari tiga kali kenaikan suku bunga pada tahun ini.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua