BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Kredit Bermasalah Bank Berangsur Turun, Genjot Pertumbuhan Kredit 9-12%

28 April 2017
Tags:
Kredit Bermasalah Bank Berangsur Turun, Genjot Pertumbuhan Kredit 9-12%
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Nelson Tampubolon (kiri) dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad (kanan) memberikan keterangan pers terkait peraturan OJK (PJOK) di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

OJK mencatat NPL pada Maret 2017 sebesar 3,04 persen

Bareksa.com - Tren rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di industri perbankan terus menurun. Hal ini seiring dengan membaiknya pengelolaan kredit dan pertumbuhan kredit yang terjadi sepanjang tiga bulan pertama 2017.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, NPL pada Maret 2017 sebesar 3,04 persen, menurun dibandingkan Februari 2017 yang mencapai 3,16 persen. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menjelaskan, dengan adanya pelonggaran kebijakan yang dikeluarkan OJK, restrukturisasi kredit perbankan terus meningkat. Akibatnya, NPL perbankan menjadi menurun.

"Jumlah NPL sudah terisolasi dan sudah tergerus alami dan sejak akhir tahun lalu, bank-bank juga melakukan hapus buku karena memiliki pencadangan yang cukup," paparnya di Jakarta, Kamis (27 April 2017).

Selain itu, penurunan NPL juga terjadi karena pertumbuhan kredit meningkat. Pada kuartal I-2017, pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,2 persen, naik dibandingkan kuartal I-2016 yang mencapai 8,7 persen. "Pertumbuhan kredit mulai menggeliat sejak awal tahun, berbagai macam kegiatan usaha intermediasi mulai berjalan," katanya.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W Martowardojo mengungkapkan, kendati NPL mulai menurun, angkanya masih berada di kisaran 3 persen. Dengan NPL tersebut, perbankan cenderung masih menahan penyaluran kredit. "Hal ini sejalan dengan konsolidasi yang dilakukan perbankan," terangnya.

Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengungkapkan, meningkatnya pertumbuhan kredit menyebabkan NPL menurun. "NPL nominal sudah relatif stagnan, perbankan juga sudah mulai melakukan penghapusan kredit sejak akhir tahun lalu," ungkapnya.

Pertumbuhan kredit yang semakin kencang ini diperkirakan akan terus berlanjut pada kuartal II-2017. Pada periode tersebut, Nelson memprediksi pertumbuhan kredit bisa menembus angka dua digit. Sedangkan sampai akhir 2017, pertumbuhan kredit bisa berada di angka 12-14 persen. "Dengan meningkatnya pertumbuhan kredit, NPL pada akhir tahun diperkirakan berada di bawah 3 persen," jelasnya.

Lebih lanjut, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah mengungkapkan, pertumbuhan kredit pada tahun ini memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Secara keseluruhan, pada tahun ini, pertumbuhan kredit ditargetkan mencapai 9-12 persen.

"Ekonomi tahun ini diperkirakan lebih baik dari tahun lalu, apalagi IMF juga memprediksi ekonomi dunia tahun ini lebih baik sehingga memicu ekspektasi kondisi ekonomi negara akan berkembang lebih baik," katanya.

Mengenai perkembangan NPL, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) Taswin Zakaria mengungkapkan, pihaknya mengelola kualitas aset dengan tingkat NPL konsolidasian terjaga pada 3,7 persen (gross) dan 2,4 persen (net) per Maret 2017. Bank terafiliasi dengan Malaysia itu juga dapat mengurangi biaya provisi sebesar 9,5 persen menjadi Rp269,3 miliar pada Maret 2017 dari Rp297,4 miliar pada Maret 2016.

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) Ahmad Irfan menjelaskan, biaya pencadangan kredit perseroan mengalami penurunan, yakni menurun 326,3 persen. Hal ini seiring dengan menurunnya NPL dari 2,84 persen pada kuartal I-2016 menjadi 1,69 persen pada kuartal I-2017. "Sampai akhir tahun, kami melihat tren NPL akan semakin menurun. Kami targetkan bisa berada di angka 1,6-1,7 persen," katanya.

Kendati NPL menurun, Irfan mengungkapkan, rasio kredit dalam perhatian khusus sedikit meningkat, yakni dari 2,2 persen pada kuartal I-2016 menjadi 2,4 persen pada kuartal I-2017. "Kontributor terbesar dari rasio kredit dalam perhatian khusus ini berasal dari sektor konsumer," jelasnya.

Di tengah NPL yang menurun, penyaluran kredit pada kuartal I-2017 juga mengalami peningkatan, yakni bertumbuh 13,6 persen ke angka Rp62,72 triliun. Dari nilai tersebut, kredit konsumer bertumbuh 13,7 persen ke angka Rp45,1 triliun. Disusul berikutnya, kredit komersial bertumbuh 16,8 persen ke angka Rp9,16 triliun, kredit pemilikan rumah bertumbuh 4,7 persen dan kredit mikro 16,9 persen.

"Sampai akhir tahun, kami targetkan kredit bertumbuh 12 persen. Sektor kredit yang kami anggap potensial adalah kredit konsumer, kredit untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan untuk multifinance," ungkapnya.(K09).

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.312,97

Up0,14%
Up3,53%
Up0,02%
Up5,80%
Up18,28%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,1

Up0,58%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,30%
Up17,22%
Up43,04%

STAR Stable Income Fund

1.917,09

Up0,55%
Up2,93%
Up0,02%
Up6,32%
Up30,69%
Up60,37%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.752,73

Down- 0,48%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,37%
Up18,74%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,26

Down- 0,27%
Up1,73%
Up0,01%
Up2,63%
Down- 2,19%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua