BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: ACST Naikkan Target Kontrak; Utang Luar Negeri Indonesia Naik

20 April 2016
Tags:
MARKET FLASH: ACST Naikkan Target Kontrak; Utang Luar Negeri Indonesia Naik
Pekerja menyelesaiakan proyek konstruksi jalan layang tol akses Tanjung Priok di Jakarta, Selasa (5/5). BPS menilai realisasi proyek infrastruktur yang dananya cair pada Mei 2015 itu akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan menjadi 4,71 persen pada triwulan I 2015. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Paket kebijakan XII keluar pekan depan

Bareksa.com - Berikut ini sejumlah berita terkait pasar dan aksi korporasi yang diambil dari sejumlah surat kabar nasional dan keterbukaan informasi.

PT Acset Indonusa Tbk (ACST)

ACST berencana meningkatkan target raihan kontrak baru pada tahun ini seiring dengan realisasi sepanjang 2015 yang melampaui ekspektasi. Kontraktor swasta ini akan fokus untuk mengerjakan proyek-proyek bangunan tinggi (high rise) dan merambah proyek infrastruktur.

Promo Terbaru di Bareksa

Hingga kuartal I-2016, Acset telah mengantongi kontrak baru senilai Rp2,4 triliun atau 68,57 persen dari total target yang diusung tahun ini sebesar Rp3,5 triliun. Target tersebut 13 persen lebih tinggi dibanding realisasi kontrak baru pada 2015 sebesar Rp3,1 triliun.

PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)

Emiten menara telekomunikasi ini berencana menerbitkan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu (non-HMETD) senilai Rp950,1 miliar. Solusi Tunas akan menerbitkan maksimal 113,75 juta saham baru atau setara 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan diperkirakan minimal Rp8.352 per saham, yang merupakan harga rata-rata penutupan perdagangan selama 25 hari bursa berturut-turut sebelum pengumuman rencana non-HMETD.

Dana hasil non-preemptive rights tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha, modal kerja, atau pelunasan sejumlah utang perseroan. Setelah transaksi ini dilakukan, maka kepemilikan saham masing-masing pemegang saham akan mengalami dilusi sebesar 9,09 persen. Namun hingga saat ini, belum ditentukan calon pembeli dari non-preemptive rights tersebut.

PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Holcim menilai pasar semen domestik tahun ini masih penuh tantangan. Namun perseroan optimistis proyek pembangunan infrastruktur dan properti dapat mendongkrak kinerja perusahaan. Menurut SMCB, kondisi pasar semen domestik diprediksi belum akan pulih tahun ini, bahkan pasar masih akan kelebihan pasokan sekitar 10 juta ton.

Mengantisipasi kelebihan pasokan ini, SMCB siap mengalihkan pasokan ke pasar ekspor. "Ekspor selalu menjadi opsi yang menarik, tapi kami masih fokus pada pasar dalam negeri," ujar Diah Sasnawati Soenardi, Corporate Communications Manager SMCB. Saat ini, SMCB memiliki total kapasitas produksi semen sebesar 15 juta ton per tahun. Kapasitas bertambah setelah SMCB mengakuisisi Lafarge Cement Indonesia dan mengoperasikan pabrik Tuban, Jawa Timur.

Paket Kebijakan Ekonomi XII

Pemerintah akan merilis Paket Kebijakan Ekonomi XII sepulangnya Presiden Joko Widodo dari lawatan ke Eropa, pekan depan. Paket kebijakan ekonomi XII akan berfokus pada upaya revitalisasi tabungan Pos Indonesia dan mempermudah perizinan bagi pelaku usaha. Kebijakan revitalisasi tabungan Pos Indonesia bertujuan menghimpun dana masyarakat, terutama yang tinggal di pedesaan, guna memperkuat likuiditas dalam negeri untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

Deputi Budang koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Keuangan Bobby Hamzar mengatakan langkah pemerintah meluncurkan berbagai paket kebijakan ekonomi berhasil membalikkan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional keluar dari tren perlambatan, yang pada kuartal IV-2015 mencapai 5,04 persen.

Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat

Utang Luar Negeri Indonesia (ULN) pada akhir Februari 2016 mencapai US$311,5 miliar atau meningkat sekitar 3,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bank Indonesia menyatakan, peningkatan ULN pada akhir Februari ini akibat kenaikan utang sektor publik. Sementara itu, ULN sektor swasta justru mengalami penurunan.

ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) mencapai US$146,9 miliar atau 47,2 persen dari total ULN. ULN sektor publik ini meningkat 9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara utang swasta menurun tipis 0,7 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi US$164,6 miliar.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Up0,15%
Up3,81%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,42

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,32%
Up17,24%
Up43,22%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,56%
Up2,94%
Up0,02%
Up6,33%
Up30,71%
Up60,33%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,46%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,38%
Up18,76%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,22%
Up1,77%
Up0,01%
Up2,68%
Down- 2,15%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua