BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Bank Mandiri Cari Pinjaman Asing; AISA Rencana Buyback Saham

22 Januari 2016
Tags:
MARKET FLASH: Bank Mandiri Cari Pinjaman Asing; AISA Rencana Buyback Saham
Seorang petugas teller di kantor Bank Mandiri menata tumpukan uang rupiah di Jakarta. (Wahyu Putro A/Antara Foto)

ADHI garap proyek jembatan Rp1,1 triliun; TAXI siapkan capex Rp300 miliar

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

BMRI menjajaki pinjaman dana dalam bentuk valuta asing dari institusi keuangan luar negeri guna memperkuat struktur pendanaan. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perseroan membutuhkan tambahan dana untuk pembiayaan jangka panjang utamanya sektor infrastruktur yang tahun ini diprediksi kian menggeliat.

Promo Terbaru di Bareksa

BMRI mengkaji sejumlah mekanisme, seperti pinjaman bilateral maupun menggali dana dari publik (public issuance). Hanya saja, opsi pinjaman bilateral disebut menjadi pilihan utama. Bank Mandiri fokus pada dua negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Singapura, untuk melancarkan ekspansi bisnisnya di luar negeri.

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)

AISA mengumumkan rencana aksi pembelian kembali (buyback) saham dalam tiga bulan mendatang. Pengumuman tersebut disampaikan usai harga saham perseroan mengalami koreksi cukup tajam pada 19 - 20 Januari 2016. Harga saham AISA anjlok tertekan rumor anak usahanya terkena masalah keuangan.

Corporate Secretary AISA Desilina mengatakan manajemen perseroan tak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu yang menggerakkan harga saham itu. Namun dia mengakui salah satu anak usaha perseroan, yakni PT Bumiraya Investindo (BRI) memang tengah bernegosiasi dengan kreditor membahas fasilitas pinjaman dari BRI dan anak perusahaannya.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

ADHI bakal segera menggarap proyek jembatan Kotabaru - Batulicin di Kalimantan senilai Rp1,1 triliun pada 2016. ADHI bekerja sama dengan BUMN lain, PT Hutama Karya (Persero) dalam menggarap konstruksi tersebut.

Dalam proyek ini, ADHI hanya berperan sebagai kontraktor, bukan investor. Direktur Utama ADHI Kiswodarmawan memaparkan proyek tersebut menjadi salah satu proyek yang bakal digarap oleh perseroan di luar proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) di Jakarta. Pada tahun ini, perusahaan membidik kontrak baru senilai Rp25,1 triliun.

PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM)

DPUM akan menggenjot produksinya tahun ini dengan menambah armada kapal tangkapnya sebanyak 20 unit dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik pengolahannya hingga lima kali lipat. Komisaris Utama DPUM Witjaksono mengatakan dengan pembelian 20 unit kapal berbobot mati 120 gross ton (GT) itu, maka pada akhir tahun ini jumlah armada tangkap perseroan menjadi 35 unit.

Tahun lalu, perseroan telah membeli 10 unit kapal juga dengan bobot mati 120 GT. Anggaran belanja penambahan kapal tahun ini diperkirakan Rp85 - 90 miliar. Target DPUM sebelum 2018 jumlah kapal bertambah lagi menjadi 50 kapal.

PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

TAXI menyiapkan belanja modal sebesar Rp200 - 300 miliar untuk penambahan dan peremajaan armada sebanyak 1.000 -1.500 unit pada tahun ini. Direktur Keuangan TAXI David Santoso mengatakan belanja modal tersebut akan berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. Perseroan tidak ada rencana obligasi, tetapi dari pinjaman saja karena suku bunga acuan BI Rate sudah turun.

Dia mengatakan perseroan perlu menambah dan meremajakan armada taksi guna menjaga tingkat penggunaan atau utilisasi. Terlebih, persaingan jasa transportasi darat kian sengit seiring tren aplikasi pemesanan jasa transportasi. Oleh karena itu, perseroan juga akan meluncurkan aplikasi pemesanan taksi pada Maret 2016 untuk mendongkrak tingkat utilisasi armada. Pada tahun ini, TAXI menargetkan tingkat okupansi 80 - 90 persen dari realisasi sepanjang 2015 sekitar 70 persen.

Kereta Cepat

Proyek kereta cepat atau high speed railway (HSR) Jakarta - Bandung diresmikan Presiden Joko Widodo, Kamis 21 Januari 2016 di Walini, Bandung Barat. Megaproyek ini dikerjakan bersama konsorsium BUMN Indonesia dengan BUMN Tiongkok, dengan nilai investasi US$ 5,57 miliar.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan konsorsium gabungan, 60 persen sahamnya milik PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan 40 persen digenggam oleh China Railway International Co Ltd, akan mengerjakan pembangunan trase Jakarta-Bandung. Dalam konsorsium Indonesia, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menjadi pemimpim konsorsium BUMN Indonesia dengan porsi 38 persen. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggengam 25 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII 25 persen, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 12 persen. KCIC juga akan membangun pembangkit listrik untuk memastikan tidak ada gangguan pasokan listrik ketika beroperasi.

PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN)

KREN melebarkan sayap ke bisnis jasa satelit bergerak alias mobile satellite services. Ekspansi itu dengan menanamkan investasi setara 25 persen saham di PT Dini Nusa Kusuma (DNK).

PT Dini Nusa adalah perusahaan nasional yang bergerak di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi berbasis satelit. Dini Nusa juga pemegang izin resmi layanan satelit komunikasi Inmarsat-4 di Indonesia, yang memberi layanan MSS kepada lebih dari 150 pelanggan di Indonesia.

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

HITS mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure sebesar US$ 100 juta. Perusahaan jasa pengangkutan itu akan memakai belanja modal untuk belanja tiga kapal.

Perinciannya, satu kapal minyak dengan kapasitas di atas 100.000 deadweight tonnage (DWT). Lantas, satu kapal gas dengan volume di atas 100.000 DWT dan satu kapal petrokimia dengan volume sekitar 20.000 DWT. Humpuss Intermoda akan memanfaatkan tiga kapal baru untuk memaksimalkan pelayanan ke tiga klien besar. Ketiganya yakni PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua