BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Target Obligasi Bank BRI Naik; WIKA Siapkan Rp1,5T Suntik Modal

18 Januari 2016
Tags:
 MARKET FLASH: Target Obligasi Bank BRI Naik; WIKA Siapkan Rp1,5T Suntik Modal
Ilustrasi pialang mendiskusikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Wall Street anjlok tertekan harga minyak

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional dan media internasional:

Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat anjlok pada penutupan pekan lalu dengan indeks S&P 500 menyentuh level terendah sejak Oktober 2014 akibat harga minyak jatuh di bawah US$30 per barel dan kekhawatiran ekonomi China semakin buruk. Indeks utama China merosot 3 persen, sehingga membuat investor mempertanyakan kemampuan pemerintah untuk menghentikan aksi jual yang kini sudah mencapai 18 persen sejak awal tahun.

Promo Terbaru di Bareksa

Indeks Dow Jones industrial Average turun 2,39 persen menjadi 15.988,08 dan Indeks S&P 500 jatuh 2,16 persen menjadi 1.880,33. Nasdaq Composite turun 2,74 persen menjadi 4.488,42. Sepanjang pekan lalu, Indeks Dow Jones turun 2,2 persen, S&P 500 turun 2,2 persen dan Nasdaq anjlok 3,3 persen.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

BBRI menaikkan target penerbitan obligasi menjadi Rp4,65 triliun dari target awal Rp3 triliun. Total penawaran yang masuk dari investor terhadap obligasi BRI lebih dari Rp5 triliun. Perseroan akan menggunakan seluruh dana tersebut untuk ekspansi kredit.

Dalam emisi ini, BBRI menerbitkan tiga seri. Pada seri bertenor satu tahun kupon ditetapkan sebesar 8,5 persen, sedangkan seri bertenor tiga tahun memberi kupon 9,25 persen. Adapun seri bertenor lima tahun memberi kupon 9,6 persen. Penawaran ditutup pada 14 Januari 2016.

PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

WSKT mengincar pembangunan empat ruas tol baru pada tahun ini. Dengan demikian, perusahaan pelat merah ini menargetkan kepemilikan atas 15 ruas tol dengan nilai total investasi mencapai Rp70 triliun sampai 2018. Upaya mencapai target tersebut termasuk menghimpun dana melalui penawaran perdana anak usaha, PT Waskita Beton Precast, yang diharap dapat meraup dana Rp4 triliun.

Perseroan telah memiliki konsesi 11 ruas tol dengan total panjang 500 km. WSKT berencana menambah empat ruas tol baru tahun ini, di antaranya Pemalang—Batang sepanjang 39 km, Batang—Semarang sepanjang 75 km, dan Legundi—Bunder sepanjang 29.3 km.

PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)

BCIC meminta suspensi saham perusahaan diperpanjang minimal hingga 2018. Pasalnya, emiten yang dimiliki Jtrust Co. Ltd ini masih memerlukan masa transisi dalam kepemilikan dan konsolidasi internal. Selain konsolidasi, bank yang dulunya bernama Bank Mutiara tersebut pun tengah menunggu rampungnya proses terkait pengejaran aset di negara lain yang belum tuntas.

Terkait proses transfer aset bermasalah, BCIC telah melimpahkan non-performing loan (NPL) perusahaan ke sister company bentukan Bank JTrust tersebut. Tercatat, BCIC telah mengalihkan NPL senilai Rp1,2 triliun pada kuartal IV/2015.

PT MNC Investama Tbk. (BHIT)

BHIT merealisasikan pembelian kembali saham senilai Rp7,5 miliar atau 4,96 persen dari rencana awal Rp1,51 triliun. Jumlah saham yang sudah dibeli kembali sebanyak 27,57 juta lembar atau 0,5 persen dari jumlah nominal saham yang dibeli sesuai rapat umum pemegang saham (RUPS) perseroan.

Manajemen MNC Investama menyatakan harga rerata pembelian sebesar Rp272,09. Emiten jasa investasi milik Grup MNC itu punya asumsi awal untuk membeli 3,78 miliar lembar saham pada harga rerata pembelian Rp400 per lembar. Rencana pembelian kembali (buyback) saham berlangsung pada 28 Juli - 31 Desember 2016.

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS)

TMAS menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 33 persen sepanjang 2016, didorong oleh peningkatan kapasitas angkut sebesar 25 persen. Direktur Keuangan Tempuran Emas Ganny Zheng mengatakan sepanjang tahun lalu pendapatan perseroan mencapai Rp1,6 triliun.

Ganny mengatakan per Januari 2016, armada milik perseroan akan bertambah menjadi 25 karena tiga kapal yang dibeli akhir 2015 akan tiba. Menurutnya, tahun ini TMAS juga akan membeli enam kapal baru dengan kapasitas 380 TEUs. Pembelian kapal ini akan menggunakan belanja modal yang tersisa sebesar Rp210 miliar, sedangkan pembelian kapal tahun lalu menghabiskan dana hingga Rp475 miliar. Total belanja modal TMAS mencapai Rp685 miliar.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

PPRO memperkirakan tingkat kupon medium term notes (MTN) yang akan ditawarkan kepada investor akan berkisar 11 - 11,5 persen. Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto mengatakan MTN senilai Rp300 miliar dengan tenor tiga tahun itu akan diterbitkan pada kuartal I-2016. Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai akuisisi lahan.

Saat ini, perseroan tengah dalam tahap seleksi penjamin pelaksana emisi atau untuk penerbitan obligasi. Indaryanto menyebutkan sejumlah perusahaan sekuritas pelat merah menjadi calon underwriter, antara lain PT Danareksa (Persero) dan PT Bahana Securities. Penerbitan prospektus obligasi diperkirakan pada Mei 2016 karena perseroan akan menggunakan laporan keuangan 2015 yang telah diaudit.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA tahun ini menyiapkan dana Rp 1,55 triliun untuk meningkatkan penyertaan modal ke anak usahanya. Suntikan dana terbesar akan diberikan kepada anak usaha yang menggarap proyek high speed rail (HSR) atau kereta api cepat Jakarta - Bandung, yakni PT Kereta Api Cepat Indonesia-China (KCIC). Tahun ini WIKA berencana tambah modal KCIC Rp 800 miliar.

KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN China dan Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan kepemilikan masing-masing 40 persen dan 60 persen. Sementara WIKA menjadi pemimpim konsorsium BUMN Indonesia dengan porsi 38 persen. Sejauh ini WIKA telah menyetor senilai Rp 285 miliar. Pemilik saham Pilar Sinergi lain adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebesar 25 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII sebesar 25 persen, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar 12 persen. Saat ini, KCIC telah menyetor modal awal Rp 1,25 triliun sebagai syarat kepemilikan modal badan usaha di bidang transportasi sesuai aturan yang ada.

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)

GIAA ingin mengganti armada pesawat yang sudah jatuh tempo masa sewanya. Garuda telah memesan pesawat Boeing 737 Max sebagai armada pengganti Boeing 737 800 NG. Perusahaan pelat merah ini juga tengah mengkaji dua jenis pesawat lain untuk digantikan, yakni Boeing 787 atau Airbus 350. Proses penggantian pesawat akan berlangsung mulai 2016 - 2020.

Selain mengganti pesawat lawas, Garuda Indonesia juga akan menambah jumlah armada. Hingga akhir 2016, Garuda Indonesia ingin menerbangkan 230 pesawat. Sementara per 30 Desember 2015, maskapai penerbangan milik pemerintah (BUMN) ini memiliki 187 pesawat. Jadi target penambahan pesawat tahun ini 8,56 persen.

PT Astra International Tbk (ASII)

Sepanjang 2015, penjualan mobil tercatat 1,01 juta unit, turun 16,1 persen dibandingkan penjualan 2014 sebanyak 1,21 juta unit. Investor Relation ASII Tira Ardianti mengatakn meski penjualan mobil turun, penjualan Astra International masih memegang pasar hampir setengahnya.

Selain itu, PT Toyota Astra Motor (TAM) selaku anak usaha ASII yang menangani mobil Toyota masih menjabat sebagai mobil terlaris 2015 dengan pangsa pasar 31,8 persen. Jika dirata-rata penjualan mobil Astra International 2015 turun 16,9 persen. Alhasil, pangsa pasar mobil Astra International di 2015 turun 1 persen menjadi 50 persen dibandingkan pangsa pasar 2014 di posisi 51 persen.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,52

Up0,64%
Up3,07%
Up0,02%
Up6,27%
Up19,97%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,52

Up0,53%
Up3,42%
Up0,02%
Up7,36%
Up18,23%
Up42,99%

STAR Stable Income Fund

1.908,5

Up0,50%
Up2,85%
Up0,01%
Up6,31%
Up31,62%
Up59,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,62

Up0,49%
Up2,79%
Up0,01%
Up5,45%
Up20,04%
Up48,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,05

Up0,36%
Up2,00%
Up0,02%
Up2,08%
Down- 2,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua