BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Astra Cari Mitra Asing Power Plant; BEI Serahkan Kasus SIAP ke OJK

17 November 2015
Tags:
MARKET FLASH: Astra Cari Mitra Asing Power Plant; BEI Serahkan Kasus SIAP ke OJK
Businessmen gather in front of an electronic board showing stock information at the Indonesia Stock Exchange (IDX) in Jakarta, September 29, 2015. REUTERS/Nyimas Laula

Indopora target Rp560 miliar dari IPO; BNLI kaji rights issue

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Astra International Tbk (ASII)

ASII tengah menjajaki kerja sama dengan mitra strategis untuk rencana ekspansi ke pembangkit listrik. Calon investor bisa berasal dari Jepang atau Korea. Astra mengincar beberapa proyek mine mouth power plant alias pembangkit listrik mulut tambang.

Promo Terbaru di Bareksa

Proyek yang menjadi kajian antara lain PLTU Sumbagsel 1, PLTU Sumsel 9, dan PLTU Sumsel 10. Pembangkit listrik yang paling prospektif, lanjutnya, adalah Sumbagsel 1. Tender proyek pembangkit listrik berkapasitas 2x150 MW ini kemungkinan berjalan tahun depan.

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (TMAS)

TMAS membeli kapas kontainer bekas dari Prosper World Marine Co. Ltd. Liberia senilai US$5,5 juta setara dengan Rp74,25 miliar. Manajemen TMAS mengatakan bahwa Prosper World Marine Co. Ltd. Liberia bukanlah merupakan afiliasi terhadap perseroan. Tujuan dari pembelian 1 unit kapal secondhand tersebut untuk melanjutkan program peremajaan armada milik perseroan dan meningkatkan kapasitas usaha.

Rencananya serah terima kapal itu akan dilaksanakan pada kuartal pertama 2016. Adapun, anggaran yang digunakan untuk pembelian kapal ini berasal dari belanja modal perseroan. Tahun ini, emiten perkapalan tersebut menganggarkan belanja modal Rp685 miliar.

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)

ANTM menargetkan dapat memproduksi 5 ton emas pada 2016 atau dua kali lipat dibandingkan dengan perkiraan produksi 2,5 ton sepanjang 2015. Perkiraan peningkatan produksi itu berdasarkan sejumlah potensi sumber emas baru.

Target produksi perseroan tersebut akan masuk ke dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) untuk 2016. RKAP tersebut sampai sejauh ini belum disahkan oleh dewan komisaris Antam.

PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

Penelusuran dugaan transaksi semu dalam kasus transaksi saham SIAP masuk tahap finalisasi. Bursa Efek Indonesia akan menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Otoritas Jasa Keuangan pada akhir pekan ini. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Efek Indonesia Hamdi Hassyarbaini mengatakan sejauh ini bursa sudah memeriksa delapan broker yang terlibat dalam transaksi saham SIAP di pasar negosiasi. Dua broker lain akan diperiksa pada pekan ini.

Bursa menelusuri sejarah transaksi SIAP sejak akhir 2014. Dua dari delapan broker yang sudah diperiksa mengalami gagal bayar dalam transaksi gadai saham SIAP. Salah satunya PT Reliance Securities Tbk., broker yang paling banyak membeli saham SIAP. Saat ini, saham yang dibelinya masih ‘nyangkut’ sekitar Rp100 miliar. Sementara itu, satu broker lain pun masih memegang saham SIAP yang ‘nyangkut’ dengan nilai di bawah Rp100 miliar.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

WIKA menargetkan dapat mengantongi pendapatan sebesar US$50 juta-US$100 juta dari cabang baru di Arab Saudi pada tahun depan. Destiawan Soewardjono, Direktur Operasi Wijaya Karya, memperkirakan izin operasional dari pembentukan cabang di Arab Saudi bisa diperoleh pada periode November-Desember tahun ini. Dengan begitu, perseroan bisa memulai usaha pada awal tahun depan.

PT Bank Permata Tbk (BNLI)

BNLI tengah mengkaji beberapa opsi termasuk rights issue untuk memupuk modal untuk menaikkan posisi rasio kecukupan modal yang berada di bawah batas ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan. Direktur Utama Bank Permata Roy Arman Arfandy mengatakan per September 2015, capital adequacy ratio (CAR) perusahaan tercatat sebesar 13,6 persen, hanya naik 40 basis poin dari 13,2 persen pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Untuk mengerek rasio tersebut, perusahaan tengah melakukan diskusi intensif dengan pemegang saham. Adapun, berdasarkan laporan keuangan September 2015, sebanyak 44,56 persen saham Bank Permata dimiliki PT Astra International Tbk (ASII) selaku pemegang saham pengendali (PSP). Porsi yang sama, juga tercatat dimiliki Standard Chartered Bank sebagai PSP. Sementara itu, publik memiliki 10,89 persen saham emiten ini.

PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (Indopora)

Indopora mengincar dana Rp380 - 560 miliar dari penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) yang digelar pada akhir tahun ini. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan konstruksi pondasi ini adalah sebanyak-banyaknya 303 juta saham atau 15,13 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Adapun harga penawaran saham yang dipatok adalah Rp1.280 - 1.920 per lembar saham, dengan posisi price to earning ratio (PE) 8 - 12x, yang mengacu pada proyeksi laba tahun depan.

Dalam rencana, sebesar 40 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk pembelian aset tetap, yaitu mesin-mesin untuk pekerjaan fondasi, 10 persen untuk penambahan investasi pada entitas anak PT Rekagunatek Persada, 17,6 persen untuk pembelian tanah yang saat ini telah digunakan sebagai kantor dan pool perseroan, serta 32,4 persen untuk modal kerja operasional proyek.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Rencana merger PGAS dan PT Pertamina Gas (Pertagas) kembali menyeruak. Adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang mencuatkan rencana itu. Rini dalam forum diskusi dengan pemimpin redaksi mengatakan, merger kedua perusahaan BUMN merupakan bagian dari konsolidasi BUMN energi. Tak efektif jika ada dua perusahaan negara bersaing di bisnis yang sama.

Skemanya: tahap pertama, PGAS akan mengakuisisi Pertagas. Kemudian, induk Pertagas, yakni Pertamina akan akan mengambil saham PGAS dan membentuk sub holding bidang gas yang digawangi PGAS. Pertamina mengaku belum mendapatkan skema paling tepat untuk merger. Adapun PGAS menyerahkan keputusan ke pemerintah.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.313,18

Up0,15%
Up3,81%
Up0,02%
Up5,82%
Up18,30%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,42

Up0,60%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,32%
Up17,24%
Up43,22%

STAR Stable Income Fund

1.917,41

Up0,56%
Up2,94%
Up0,02%
Up6,33%
Up30,71%
Up60,33%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.753

Down- 0,46%
Up3,74%
Up0,01%
Up4,38%
Up18,76%
Up47,23%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.035,73

Down- 0,22%
Up1,77%
Up0,01%
Up2,68%
Down- 2,15%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua