BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Bursa Temukan Indikasi Goreng Saham SIAP; TBIG Dapat Utang $275 Jt

10 November 2015
Tags:
MARKET FLASH: Bursa Temukan Indikasi Goreng Saham SIAP; TBIG Dapat Utang $275 Jt
Pialang mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Jakarta, Senin (10/8) bertepatan dengan peringatan 38 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

INTP anggarkan capex Rp3 triliun pada 2016; WIKA kaji private placement & obligasi

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

TBIG menandatangani pinjaman sebesar US$275 juta yang merupakan pinjaman dengan tenor terpanjang dan termurah sejauh ini. Fasilitas pinjaman ini pada awalnya direncanakan untuk sebesar US$ 200 juta, tapi ditingkatkan menjadi US$275 juta setelah komitmen yang diterima dari bank-bank membuat fasilitas ini lebih dari empat kali oversubscribed. Sebanyak 10 bank yang diundang ke dalam fasilitas ini menyediakan setidaknya masing-masing US$25 juta.

Promo Terbaru di Bareksa

Fasilitas memiliki jatuh tempo bullet pada 5 tahun dan 8 bulan dengan suku bunga Libor ditambah 200 basis poin, dan ditambah dengan biaya di muka sebesar 1,25 persen. Fasilitas ini menggantikan pinjaman jangka pendek Fasilitas C yang ada, yang merupakan bagian dari Fasilitas Pinjaman Unsecured Term dan Revolving yang ditandatangani pada November 2014. Fasilitas baru ini adalah fasilitas pinjaman bank dengan tenor terpanjang yang pernah dimiliki TBIG dan secara signifikan telah meningkatkan rata-rata tenor utang TBIG menjadi 4,5 tahun.

PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

PT Bursa Efek Indonesia berkomitmen menuntaskan kasus berindikasi gagal bayar transaksi gadai saham SIAP yang terjadi di pasar negosiasi. Hingga kemarin sudah delapan anggota bursa diperiksa, dua di antaranya terindikasi gagal bayar

Hamdi Hassyarbaini, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Efek Indonesia, mengatakan dari hasil penelusuran otoritas bursa sejauh ini, ada indikasi terjadi transaksi semu atau goreng saham dalam kasus transaksi saham SIAP. Indikasi transaksi semu ini muncul setelah otoritas bursa bertemu dengan pemegang saham pengendali SIAP. Bursa tidak bisa memberi sanksi untuk pemegang saham bila terbukti melakukan transaksi semu. Akan tetapi, yang bisa memberikan sanksi adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

INTP menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan sekitar Rp2 - 3 triliun, atau lebih rendah dibandingkan dengan alokasi pada tahun ini sekitar Rp4 triliun. Hingga saat ini, perseroan sudah merealisasikan belanja modal sekitar Rp2,1 triliun. Pengeluaran terbesar dari capex digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik semen terintegrasi dengan teknologi brownfield (pabrik P14) di Kompleks Pabrik Citereup, Bogor.

Investasi pabrik tersebut sekitar Rp5,5 - 6,5 triliun dengan kapasitas 4,4 juta ton per tahun. Adapun, pabrik tersebut ditargetkan rampung pada kuartal I 2016. Bila pabrik di Citeureup tersebut beroperasi tahun depan, maka kapasitas semen emiten ini meningkat menjadi 25 juta ton per tahun. Sementara itu, pada 2020 kapasitas perseroan diharapkan bisa bertambah 5 - 8 juta ton.

PT MNC Land Tbk (KPIG)

Grup MNC masih menjajaki mitra lain untuk mengembangkan kawasan theme park Lido di Bogor, Jawa Barat. CEO Grup MNC Hary Tanoesoedibjo mengatakan perseroan menjajaki banyak perusahaan untuk diajak bekerja sama, salah satunya perusahaan asal China. Hingga saat ini, sudah dua mitra yang digandeng Grup MNC. Mereka adalah Trump Hotel Collection dan Korea Land and Housing (Korea LH).

Agustus silam KPIG menandatangani kerja sama dengan Trump Hotel Collection untuk membangun dua resort kelas dunia di Bali dan Lido. Lantas, pada 2 November 2015, MNC Land menandatangani kerja sama dengan BUMN asal Korea Selatan, yakni Korea LH.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

WIKA mempersiapkan dua opsi pencarian dana dengan total mencapai Rp4,2 triliun pada tahun depan sebagai antisipasi jika perseroan batal mendapatkan penyertaan modal negara. Opsi pertama adalah dengan melepas saham pemerintah hingga 10,05 persen dengan target perolehan sebesar Rp2,8 triliun. WIKA berencana melakukan pelepasan saham itu dengan skema private placement. Lalu, antisipasi lainnya adalah menerbitkan surat utang sebesar Rp1,4 triliun.

Direktur Keuangan WIKA Adji Firmantoro mengatakan berdasarkan pertemuan dengan Kementerian BUMN diputuskan jumlah saham pemerintah tidak boleh lebih rendah dari 55 persen. Saat ini, porsi saham pemerintah di WIKA sebesar 65,05 persen dan sisanya dimiliki oleh publik. Kalau yang dilepas 6,1 persen saham, jumlah dana yang bisa diperoleh Rp1,7 triliun. Jika seluruhnya dilepas sekitar Rp2,8 triliun. Dengan catatan harga saham tersebut berada pada posisi Rp2.800 per lembar.

Aturan Free Float Emiten

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengkaji kenaikan persentase jumlah saham emiten yang beredar di publik antara 10 - 20 persen. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar kenaikan presentase itu diharap dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal yang saat ini masih rendah, akibat rendahnya nilai transaksi, jumlah emiten dan jumlah investor.

OJK akan mengkaji rencana kenaikan ini pada tahun depan. Pasalnya, OJK harus melihat dulu realisasi dari aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mewajibkan emiten untuk memenuhi ketentuan jumlah saham yang beredar di publik (free float) minimal 7,5 persen. Bila floating share dinaikkan, kata Nurhaida, hal tersebut harus sejalan dengan adanya kemudahan yang diberikan untuk emiten. Jadi, ketika OJK memberi target presentase tertentu, kemudian dari SRO dan OJK harus memikirkan kebijakan yang bisa diberikan untuk memudahkan perusahaan yang melantai di bursa.

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

LPKR bersiap untuk menerbitkan real estate investment trust (REITs) dengan target perolehan dana hingga Rp2,3 triliun pada tahun ini, dengan menjaminkan aset pusat perbelanjaan dan rumah sakit. Aksi korporasi itu akan dilakukan melalui Lippo Malls Indonesia Retail Trust Management Ltd. (LMIRT) di Singapura. Tahun lalu, perseroan telah memperoleh Rp3 triliun dari hasil penjualan Lippo Mall Kemang melalui skema serupa.

Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya mengatakan pusat perbelanjaan yang akan dijaminkan dalam aksi korporasi itu adalah pusat perbelanjaan perseroan di Bali dan Yogyakarta, serta rumah sakit yang terletak di Yogyakarta. Perseroan tidak menerbitkan REITs di Indonesia karena ketentuannya belum jelas saat ini. Sejauh ini LPKR mengelola dua REITs, yakni First REIT dan LMIRT. Jumlah aset dalam pengelolaan itu mencapai US$2,2 miliar. Perseroan belum memutuskan akan memindahkan REITs tersebut ke Indonesia atau tidak.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

BMRI tengah mengkaji opsi rights issue senilai Rp20 triliun pada 2018. Opsi ini dipertimbangkan untuk memupuk permodalan demi memperbesar kemampuan ekspansi dan market cap perseroan. Direktur Keuangan dan Strategi BMRI Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan perseroan mengincar posisi sebagai Top Bank di Asean pada 2020 dengan target market cap senilai Rp500 triliun.

Menurut Kartika, setidaknya perseroan mesti memiliki modal senilai Rp200 triliun untuk mencapai target nilai kapitalisasi tersebut dengan estimasi valuasi sebesar 2 - 2,5 kali. Tiap tahunnya, Bank Mandiri membidik laba berkisar Rp20 - 25 triliun. Dengan estimasi untuk dividen pay out ratio sebesar 20 - 30 persen, maka perseroan memiliki peluang untuk menambah modal.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

TLKM ingin mengerek nilai anak usaha dengan melangsungkan initial public offering (IPO) atau merger untuk kemudian melantai di bursa. Direktur Inovasi dan Portofolio Strategis TLKM Indra Utoyo mengungkapkan tiga anak usaha TLKM, yakni Telkomsigma, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Administrasi Medika (Admedika) akan menjadi perusahaan publik.

Pada kuartal III-2015, aset Mitratel yang merupakan perusahaan menara tercatat Rp 8,74 triliun. Adapun perusahaan jasa teknologi, informatika, implementasi dan integrasi sistem, outsourcing, serta pemeliharaan lisensi peranti lunak Telkomsigma mencatatkan aset sekitar Rp 2,86 triliun. Sedangkan Admedika yang merupakan perusahaan jasa administrasi memiliki aset sebesar Rp 169 miliar. Khusus Mitratel, Indra menyatakan, perusahaan ini akan menjadi perusahaan publik tanpa melalui jalur IPO, melainkan menjalin kemitraan strategis yang belum bisa dirinci. Mitra strategis yang dimaksud adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) meski rencana tukar guling saham sebelumnya kandas karena ditentang pemerintah.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua