BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Pertumbuhan Laba Mandiri Menciut, RAPBN 2016 Disetujui Banggar DPR

30 Oktober 2015
Tags:
MARKET FLASH: Pertumbuhan Laba Mandiri Menciut, RAPBN 2016 Disetujui Banggar DPR
Nasabah melakukan transaksi melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Plaza Mandiri, Jakarta (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

TPIA groundbreaking pabrik patungan dengan Michelin 2016

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

BMRI mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal III/2015 sebesar Rp14,58 triliun, naik dari Rp14,45 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Perseroan memperbesar porsi pencadangan pada kuartal III/2015 sehingga hanya membukukan pertumbuhan laba bersih sebanyak 0,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Promo Terbaru di Bareksa

Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) melonjak 126,4 persen dari Rp3,75 triliun pada kuartal III/2014 menjadi Rp8,49 triliun pada akhir kuartal III tahun ini. Meskipun demikian, sepanjang kuartal III/2015 BMRI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp10,7 persen menjadi Rp560,6 triliun dari Rp506,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)

TPIA memastikan groundbreaking pembangunan pabrik styrene butadiene rubber milik PT Synthetic Rubber Indonesia senilai US$450 juta setara dengan Rp6,14 triliun dilakukan awal 2016. Pabrik PT Synthetic Rubber Indonesia yang merupakan hasil patungan dengan produsen ban asal Prancis yakni Michelin akan berproduksi pada 2018.

Kelak pabrik ini akan memproduksi 120.000 ton karet sintetis per tahun. Saat ini, perusahaan sedang menjalin kontrak kerja sama dengan para konsumen. Nantinya, porsi untuk pasar ekspor dipatok maksimum 50 persen dan sisanya diutamakan untuk pasar domestik. Karet sintetis ini digunakan untuk ban high performance yang digunakan mobil mewah dan balap.

Rancangan APBN 2016

Pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 tahap akhir sudah disetujui dalam rapat pleno. Dari 10 fraksi di Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR), hanya Fraksi Partai Gerindra menolak kesepakatan Panitia Kerja (Panja) dengan alasan pajak terlalu tinggi dan tidak setuju dana PMN untuk BUMN. Sebanyak sembilan fraksi lainnya setuju.

Di dalam postur anggaran terbaru, total belanja pemerintah sebesar Rp 2.095,72 triliun, dan pendapatan hibah Rp 1.822,55 triliun, dan defisit RAPBN 2016 mencapai sekitar Rp 273,18 triliun. Untuk membiayai defisit 2,15 persen, pemerintah akan menarik utang sebesar Rp 330,88 triliun.

PT Elnusa Tbk (ELSA)

ELSA mencatat penurunan pendapatan di triwulan III-2015. Pendapatan ELSA turun 13,56 persen menjadi Rp2,61 triliun ketimbang pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 3,02 triliun. Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan ELSA menyatakan, penurunan pendapatan ini akibat perlambatan bisnis minyak dan gas bumi dalam satu tahun terakhir.

Sementara laba periode berjalan Elnusa juga menyusut 20,76 persen bila dibandingkan dengan laba pada kuartal III-2014 yang tercatat senilai Rp 290,17 miliar. Kuartal III-2015, Elnusa mencatatkan laba Rp 229,91 miliar. Sebagai catatan, salah satu penopang perolehan laba ELSA pada periode sembilan bulan pertama tahun lalu adalah penjualan aset tanah senilai Rp 87 miliar. Tahun ini, catatan laba ELSA berasal dari aktivitas bisnis.

PT Logindo Samudera Makmur Tbk (LEAD)

Pada Januari-September 2015, LEAD mencatat penjualan US$ 35,3 juta atau turun 34 persen ketimbang periode sama tahun lalu US$53,6 juta. Sementara laba bersih periode ini anjlok dari US$16,8 juta tahun lalu menjadi cuma US$ 265.676 saja. Manajemen perusahaan jasa logistik minyak dan gas lepas pantai terpadu ini memang mengakui, kondisi perekonomian yang lesu membuat kinerja kuartal III-2015 lesu.

Sundap Carulli, Chief Financial Officer LEAD mengatakan di sisa tiga bulan terakhir tahun ini, Logindo terus memperbaiki kinerja. Sehingga diharapkan penurunan pendapatan sampai akhir tahun ini bisa terpangkas 30 persen saja dari 2014. Salah satu caranya adalah dengan menekan pengeluaran operasional perusahaan.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)

KSEI berencana mengembangkan infrastruktur berupa instruksi pembelian atau penjualan unit penyertaan reksa dana melalui jaringan ATM, internet banking dan mobile banking perbankan pada tahun depan. Salah satu rencananya adalah rencana pengembangan sistem pengelolaan investasi terpadu (S-Invest). S-Invest merupakan infrastruktur yang dikembangkan untuk mendukung industri reksa dana di pasar modal Indonesia agar proses dan alur bisnis dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Selain itu, terkait inisiatif pengembangan AKSes Financial Hub, perluasan fungsi Fasilitas AKSes yang telah dilakukan dengan menggandeng pihak perbankan sejak 2013 ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk lebih mempermudah akses masyarakat berinvestasi di pasar modal. Adapun, untuk memastikan terealisasinya rencana tersebut serta pengembangan infrastruktur pasar modal lainnya, KSEI telah mengalokasikan dana sekitar Rp200 miliar pada 2016 untuk belanja modal.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)

SMGR akan berekspansi ke Pidie, Aceh dan Kupang, Nusa Tenggara Timur pada 2016. Nilai investasi untuk membangun pabrik di dua area itu berkiasar US$360-720 juta. Dua pabrik itu akan dibangun dengan skema joint venture. Saat ini perseroan tengah melakukan studi kelayakan.

Di Kupang, SMGR menggandeng perusahaan semen lokal yaitu PT Semen Kupang. Sedangkan di Pidie, SMGR menggandeng mitra swasta dari sektor pertambangan. Calon mitra, meski belum disebut namanya, sudah memiliki lahan siap pakai untuk bangun pabrik.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BBJB)

BBJB berencana melakuan penerbitan saham baru melalui rights issue senilai Rp1,5 triliun tahun depan. Dengan rencana aksi korporasi itu, perseroan berupaya meningkatkan modal sehingga capital adequacy ratio/ CAR mencapai kisaran 18,5 persen hingga 19 persen, dibandingkan saat ini hanya 15 persen.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,64%
Up3,07%
Up0,02%
Up6,27%
Up19,97%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,42%
Up0,02%
Up7,36%
Up18,23%
Up42,99%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,85%
Up0,01%
Up6,31%
Up31,62%
Up59,94%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,49%
Up2,79%
Up0,01%
Up5,45%
Up20,04%
Up48,77%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,36%
Up2,00%
Up0,02%
Up2,08%
Down- 2,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua