BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Pasar Bergejolak, Dana Pensiun Makin Konservatif

04 September 2015
Tags:
Pasar Bergejolak, Dana Pensiun Makin Konservatif
A teller prepares Indonesian rupiah for a customer at a money changer in Jakarta, Indonesia, August 24, 2015. REUTERS/Nyimas Laula

Saat IHSG turun, kelolaan reksa dana tetap naik dan pangsa AUM pasar uang makin besar

Bareksa.com - Indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah terkoreksi 15 persen sejak awal tahun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terdepresiasi hingga menembus Rp14.000 per dolar AS. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun melambat menjadi 4,67 persen pada semester pertama tahun ini, paling rendah dalam enam tahun.

Sebagian orang ada yang mengatakan kondisi ini sebagai krisis, yang diakibatkan lemahnya ekonomi global termasuk China. Selain itu, pelaku pasar juga mengkhawatirkan sentimen suku bunga naik dari The Fed. Selama setahun terakhir, indeks reksa dana saham membukukan return minus 17,48 persen dan reksa dana campuran minus 8,8 persen. Namun, reksa dana pasar uang masih positif 5,39 persen dan reksa dana pendapatan tetap naik 3,21 persen.

Saat pasar modal sedang jatuh, pengelola dana pensiun juga makin berhati-hati dalam menempatkan portofolio dana mereka. Contohnya dilakukan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Tugu Mandiri, yang merupakan patungan dari Dana Pensiun Pertamina, PT Timah Tbk dan PT Tugu Pratama Interindo.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik Return Reksa Dana Periode 3 September 2014 - 3 September 2015

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Vice President/Group Head of DPLK Business Unit DPLK Tugu Mandiri Maya Susiana menjelaskan bahwa saat ini DPLK Tugu Mandiri lebih konservatif dengan mengurangi porsi di produk investasi berisiko tinggi termasuk saham dan memasukkan ke produk seperti deposito. Adapun untuk investasi obligasi, dia juga memilih surat utang yang rate-nya tidak terlalu tinggi. Dia mengakui untuk mengimbangi kondisi sekarang lebih memperbesar deposito menjadi 30 persen, padahal kondisi normal porsinya hanya 20 persen.

"Sudah dari pertengahan tahun stop membeli obligasi dan saham, lalu menaruh dana di deposito. Melihat kondisi pasar sekarang, kami lebih konservatif. Pasar sedang gonjang ganjing, sehingga perserta memilih tidak menyimpan di produk berisiko tinggi," katanya di Jakarta.

Seiring dengan rendahnya return saham, pangsa pasar reksa dana saham juga mulai berkurang meski secara umum nilai kelolaan reksa dana masih tumbuh. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diolah Bareksa.com, pangsa reksa dana saham per Agustus 2015 menyusut menjadi 39 persen, dibanding setahun lalu 45 persen dari total aset kelolaan dana nasional. Pangsa pasar reksa dana campuran juga turun menjadi hanya 8 persen dibanding sebelumnya 10 persen.

Di sisi lain, dana kelolaan (asset under management/AUM) untuk reksa dana pendapatan tetap, pasar uang dan terproteksi melonjak menjadi masing-masing 18 persen, 11 persen, dan 22 persen. Sementara pangsa AUM untuk reksa dana ETF dan Indeks masih tetap di kisaran 2 persen.

Kenaikan pangsa pasar tiga jenis reksa dana tadi juga seiring dengan pertumbuhan dana kelolaan. Reksa dana pasar uang mencatat pertumbuhan tertinggi 51,91 persen menjadi Rp27,86 triliun. Pertumbuhan tertinggi kedua reksa dana pendapatan tetap sebesar 34,55 persen menjadi Rp42,68 triliun. Kemudian, diikuti oleh reksa dana ETF dan Indeks yang naik 28,07 persen menjadi Rp4,34 triliun dan reksa dana terproteksi naik 24 persen menjadi Rp54,37 triliun.

Grafik Perubahan Pangsa Pasar Reksa Dana Nasional

Illustration

Sumber: OJK, diolah Bareksa.com

Sementara itu, penurunan pangsa reksa dana saham dan campuran juga terproyeksi dari penurunan jumlah AUM. Dana kelolaan reksa dana saham turun tipis 0,55 persen menjadi Rp95,56 triliun dan kelolaan reksa dana campuran turun 12,47 persen menjadi Rp18,69 triliun.

Namun, secara umum total dana kelolaan reksa dana masih bertumbuh 13,42 persen. Hal tersebut memperlihatkan adanya pengalihan dana investor ke produk yang lebih moderat pada saat pasar saham bergejolak.

Direktur Maybank Asset Management Denny Thaher juga menilai saat pasar modal mengalami anjlok seperti ini, banyak investor menyeimbangkan kembali (rebalancing) portofolio mereka, terutama pemilik dana kelolaan besar.

"Dana pensiun atau BPJS harus melakukan rebalancing portofolio mereka, karena dana investasi mereka besar. Rebalancing dilakukan untuk menjaga agar investasi sesuai dengan alokasi aset," ujarnya ketika ditemui Bareksa.com.

Kontrak Pengelolaan Dana

Sementara itu, guna mencapai target dana kelolaan hingga Rp 1,3 triliun pada tahun ini, DPLK Tugu Mandiri menggandeng PT Sucorinvest Asset Management dalam menyediakan produk Program Pensiun untuk Kompensasi Pesangon (PPUKP) bernama Adagio.

Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri Donny J. Subakti mengatakan, memberi dana pesangon kepada karyawan merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan atau pengusaha. Menurut dia, penyebab sebuah perusahaan atau pengusaha mengeluarkan pesangon bisa karena risiko sistemik, seperti kondisi ekonomi.

Adapun kemitraan strategis antara DPLK Tugu Mandiri dan PT Sucorinvest Asset Management menghadirkan Program Pensiun untuk Kompensasi Pesangon (PPUKP) yang diberi nama Adagio untuk memenuhi kebutuhan ini. “PPUKP Adagio dirancang untuk membantu perusahaan dalam mencadangkan pesangon karyawan dan memastikan kesejahteraan karyawan,” ujarnya.

Donny mengungkapkan, saat ini pihaknya telah mengelola dana pensiun dari 132 perusahaan dengan jumlah karyawan mencapai 32.000 orang yang bernilai sekitar Rp1 triliun. Ia mengatakan mayoritas klien DPLK Tugu Mandiri merupakan perusahaan minyak dan gas. “Tahun ini kami targetkan dana kelolaan bisa tumbuh 30 persen atau menjadi sekitar Rp 1,3 triliun,” ungkapnya.

Sehingga, ketika pesangon dibutuhkan tidak mengganggu arus kas (cash flow) perusahaan. PPUKP Adagio memberi banyak manfaat, antara lain tax benefit, pemisahan aset yang jelas serta aman karena terlindungi oleh payung hukum.

VP Head of Institusional Sales Sucorinvest Asset Management Kevin Rahardjo mengatakan pihaknya melakukan kerja sama dengan DPLK Tugu Mandiri terkait dengan investasi reksa dana dalam bentuk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD/discretionary fund).

“KPD adalah investasi bebas pajak. Portofolionya lebih ke pasar uang dengan rate yang fixed seperti deposito, atau obligasi yang tenornya pendek. Hal ini pertama kalinya kami bekerja sama dengan DPLK,” ujarnya.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua