BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Laba Bersih AKRA Melambung 61%

29 Juli 2015
Tags:
MARKET FLASH: Laba Bersih AKRA Melambung 61%
Stagen Tangki AKR Corporindo (Company)

Rajawali tunggu pembayaran FGV untuk BWPT pekan depan; Antam tarik pinjaman US$200 juta

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Meski pendapatan enam bulan pertama 2015 berkurang, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk AKRA melonjak 60,98 persen secara year on year menjadi Rp605,24 miliar dari sebelumnya Rp375,96 miliar. Revenue perseroan terpangkas 8,75 persen dari Rp11,25 triliun menjadi Rp10,27 triliun.

Promo Terbaru di Bareksa

Presiden Direktur AKR Corporindo (AKRA) Haryanto Adikoesoemo mengatakan meski harga minyak dunia anjlok hingga 40 persen dan membuat harga jual BBM turut tertekan, perseroan mampu meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan margin. Penjualan BBM menyumbangkan 73,62 persen atau Rp7,56 triliun dari total revenue AKRA. Jumlah ini merosot dari periode setahun sebelumnya, di mana segmen ini berkontribusi 79 persen atau Rp8,89 triliun.

PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT)

Rajawali Corpora akan menerima pembayaran uang muka pembelian BWPT oleh Felda Global Ventures pada pekan ini atau paling lambat pekan depan. Managing Director Rajawali Corpora Darjoto Setyawan menegaskan proses jual beli saham Eagle High Plantation (BWPT) masih berjalan sesuai rencana. Perusahaan Malaysia Felda Global Ventures (FGV) memang dijadwalkan memberi uang muka sebesar 25 persen dari nilai transaksi atau sekitar US$175 juta pada bulan ini. Kendati belum menerima uang muka, Darjoto menampik transaksi ini mengalami kendala.

FGV saat ini tengah melakukan due dilligence atas BWPT untuk menggenggam 37 persen saham di perusahaan tersebut. Perusahaan pelat merah milik Malaysia tersebut harus menggelontorkan US$680 juta guna menuntaskan transaksi ini. FGV dijadwalkan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam annual general meeting yang akan digelar pada September 2015.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam

Antam siap menarik fasilitas pinjaman sebesar US$100-200 juta untuk modal kerja tahun ini. Ada sembilan bank lokal dan asing yang akan mendanai kebutuhan BUMN tersebut termasuk Bank Mandiri dan Bank of Tokyo-Mitsubushi UFJ. Modal kerja akan digunakan untuk operasional smelter, pemeliharaan mesin atau pembelian bahan bakar untuk pembangkit listrik. Sementara itu, perseroan akan tetap menarik pinjaman revolving.

PT Timah (Persero) Tbk (TINS)

TINS berupaya menekan biaya hingga 20 persen sepanjang tahun ini sebagai bagian dari upaya efisiensi. Direktur Utama Timah Sukrisno belum bersedia menyebutkan nilai efisiensi tersebut, tapi nilainya tidak sampai Rp500 miliar. Perusahaan tambang timah milik negara ini menilai efisiensi penting mengingat kinerja emiten yang relatif rendah tahun ini dan harga timah belum membaik sejak awal tahun.

PT Hero Supermarket Tbk (HERO)

Meningkatnya pos beban membuat HERO mengalami rugi periode berjalan sebesar Rp30,68 miliar pada semester I/2015, padahal setahun sebelumnya perseroan masih mampu membukukan laba periode berjalan Rp79,1 miliar. Pendapatan emiten ritel ini pun sebenarnya bertumbuh 15,07 persen secara year on year, dari Rp6,5 triliun menjadi Rp7,48 triliun. Presiden Direktur Hero Super market (HERO) Stephane Deutsch mengatakan tertekannya laba disebabkan oleh naiknya upah minimum, pemeriksaan persediaan, dan rasionalisasi gerai. Berdasarkan laporan keuangan HERO, komponen gaji dan tunjangan mencakup 32,08 persen dari total beban usaha perseroan per Juni 2015. Deutsch tetap optimis dapat men catatkan kinerja lebih baik pada semester II/2015.

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

JPFA membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp272,13 miliar pada semester I 2015. Perolehan tersebut berkebalikan dengan yang dicatatkan oleh perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni laba bersih sebesar Rp325,98 miliar. Dampaknya, perseroan menanggung rugi per saham dasar sebesar Rp26, yang sebelumnya laba Rp31.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis Selasa (28/7), pendapatan pada semester I 2015 mencapai Rp12,14 triliun, turun tipis 0,36 persen dari semester I/2014 sebesar Rp12,19 triliun. Perseroan mesti menanggung kerugian kurs mata uang asing hingga Rp267,43 miliar, berbeda dibandingkan dengan tahun lalu yang mencatatkan keuntungan kurs Rp20,59 miliar. Selain itu, beban penjualan naik 26,1 persen dari Rp247,74 miliar menjadi Rp337,43 miliar

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua